6 research outputs found

    ANALISIS HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN BUBU YANG DIOPERASIKAN PADA PERAIRAN PULAU PURA KABUPATEN ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil tangkapan sampingan Bubu (portable traps) yang dioperasikan oleh nelayan di perairan Pulau Pura. Bubu (portable traps) yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubu berbentuk silinder yang biasa digunakan oleh nelayan setempat. Stasiun penelitian terdiri dari 3 lokasi yaitu perairan Desa Pura Utara, perairan Kelurahan Pulau Pura dan perairan Desa Pura Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan sampingan tertinggi terdapat pada perairan Desa Pura Utara dengan total tangkapan 830 ekor. Komposisi hasil tangkapan sampingan yang tertinggi pada spesies Caetodon baronesa 7,62%. Frekuensi kemunculan ikan tertinggi pada alat tangkap Bubu (Portable traps) yaitu pada spesies ikan Caetodon auriga 2.87%. Terdapat perbedaan hasil tangkapan sampingan yang signifikan antara Perairan Pura Utara, Perairan Kelurahan Pulau Pura dan Perairan Pura Timur. Kata Kunci: Hasil tangkapan sampingan, Bubu, Ikan karang, Perairan Pulau Pur

    KERAGAMAN MANGROVE DAN ASOSIASI BIVALVIA DI LOKASI TITIAN MANGROVE DESA AIMOLI SEBAGAI INFORMASI KEPADA PENGUNJUNG WISATA UNTUK MENUNJANG NILAI EDUKASI TERHADAP KONSERVASI DAN EKOWISATA

    Get PDF
    Abstrak:Penelitian ini bertujuan menggambarkan, asosiasi keragaman mangrove dan populasi bivalvia di titian mangrove Desa Aimoli. Metode, yang digunakan, terbagi dalam dua bagian. Pertama, pengambilan data ekosistem mangrove, kedua, pengambilan data populasi bivalvia. Informasi, kondisi ekosistem mangrove digunakan analisis, Indeks Nilai Penting (INP). Hasil penelitian menemukan, 7 spesies mangrove yaitu; Rhizopora apiculata, Aegialitis annulata, Rhizophora stylosa, Bruguera ghimnorrhiza, Osbornia octodonta, Aegiceras floridum, Sonneratia alba, dengan hasil perhitungan sebagai berikut, (a) Pada tingkat Pohon, jenis mangrove di dominasi oleh jenis Rhizophora stylosa, 18 pohon, dengan Kerapatan Relatif (KR) = 36.73%, Frekuensi Relatif (FR) = 28,57%, dan Dominansi Relatif (DR) = 39,67%, dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu, 104,98%; (b) indeks keanekaragaman (H’) seluruh jenis di peroleh 1,3805; (c) indeks keanekaragaman (H’) semai, dari seluruh jenis, 1,3454. Keanekaragaman spesies mangrove di lokasi wisata titian mangrove Desa Aimoli kategori sedang, Rata-rata volume pohon ± 72m3/ha. Ketersediaan bivalvia dengan rata-rata individu 139,6/m2, berbanding positif terhadap, interval volume pohon 65-80m3/ha, dimana menunjukkan kesuburan individu tumbuhan dalam suatu komunitas sedang dengan kategori baik, hal ini nyata, dampak yang signifikan adanya kontribusi bivalvia terhadap kesuburan lingkungan mangrove.Kata Kunci: Titian Wisata; Mangrove; Desa Aimoli.Abstract: This study aims to describe the association of mangrove diversity and bivalve populations in the mangrove walkway of Aimoli Village. The method, used, is divided into two parts. First, mangrove ecosystem data collection, second, bivalve population data collection. Information on the condition of the mangrove ecosystem was used to analyze the Index of Important Value (INP). The results found, 7 mangrove species namely; Rhizopora apiculata, Aegialitis annulata, Rhizophora stylosa, Bruguera ghimnorrhiza, Osbornia octodonta, Aegiceras floridum, Sonneratia alba, with the following calculation results, (a) At the tree level, mangrove species are dominated by Rhizophora stylosa, 18 trees, with Relative Density (KR) = 36. 73%, Relative Frequency (FR) = 28.57%, and Relative Dominance (DR) = 39.67%, with the highest Index of Important Value (INP), namely, 104.98%; (b) diversity index (H') all species obtained 1.3805; (c) diversity index (H') seedlings, of all species, 1.3454. The diversity of mangrove species at the Aimoli Village mangrove walkway tourism site is moderate, the average tree volume is ± 72m3/ha. The availability of bivalves with an average of 139.6 individuals/m2, positively proportional to, tree volume interval 65-80m3/ha, which indicates the fertility of individual plants in a moderate community with a good category, this is real, a significant impact of the contribution of bivalves to the fertility of the mangrove environment

    EFEKTIVITAS PEMANFAATAN RUMPON PADA OPERASI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN KABOLA KABUPATEN ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Get PDF
    Penggunaan dan pemanfaatan rumpon yang semakin meningkat di kalangan nelayan memerlukan pengaturan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan pola ruang ikan dan terjaganya kelestarian sumberdaya ikan. Informasi mengenai distribusi rumpon dan efektivitas rumpon terhadap alat tangkap pada perairan Kabola masih terbatas, sehingga perlu dilakukan kajian terhadap pengaruh distribusi dan efektivitas alat tangkap rumpon terhadap hasil tangkapan ikan di Perairan Kabola Kecamatan Kabola kabupaten alor provinsi nusa tenggara timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola distribusi rumpon, komposisi hasil tangkapan dan membandingkan efektivitas alat penangkapan ikan yang beroperasi disekitar rumpon. Metode penelitian yang digunakan untuk perhitungan pola distribusi rumpon digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan peta dan diperkuat dengan analisis tetangga terdekat, perhitungan komposisi jenis ikan, perhitungan efektivitas alat penangkapan ikan yang beroperasi disekitar rumpon dan Uji T untuk mengetahui perbandingan hasil tangkapan dari 3 jenis alat tangkap yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan pola Distribusi dari ala bantu penangkapan Rumpon yang digunakan oleh nelayan di Perairan Kabola yaitu mengelompok. Komposisi hasil tangkapan terdiri dari jenis ikan Layang 49%, Ikan Selar 29% dan ikan Tembang yaitu sebesar 22%. Nilai efektivitas untuk alat tangkap yang dioperasikan disekitar Rumpon yaitu Jaring Insang (Gill net) sebesar 45,28%, Pancing tonda sebesar 29,34% dan Pancing Rawai sebesar 25,36 % Terdapat perbedaan hasil tangkapan pada 3 jenis alat tangkap yang beroperasi disekitar rumpon

    Penyuluhan Penanganan Biofouling Sebagai Upaya Peningkatkan Kualitas Rumput Laut Kepada Pembudidaya Rumput Laut di Desa Allumang

    Get PDF
    Budidaya rumput laut yang dilakukan oleh petani rumput laut di Desa Allumang, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur, belum sepenuhnya memperhatikan biofouling yang tumbuh bersama rumput laut, baik pada thallus rumput laut maupun pada tali atau longline yang digunakan untuk mengikat benih rumput laut dari awal budidaya, serta setelah panen. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas rumput laut karena pertumbuhannya terhambat akibat adanya kompetisi unsur hara antara rumput laut dan biofouling. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai penanganan biofouling sebagai pesaing dalam pengambilan sumberdaya (nutrisi) untuk meningkatkan mutu atau mutu rumput laut. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain: (1) Tahap Persiapan; (2) tahap pelaksanaan kegiatan; (3) tahap evaluasi. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini ditujukan kepada pembudidaya rumput laut di Desa Alumang yang berjumlah 582 KK dan perkembangannya dikatakan berhasil secara signifikan yaitu 100% karena secara kognitif psikologis terjadi perubahan pola pikir petani mengenai penanganan biofouling. untuk meningkatkan mutu atau mutu rumput laut karena berkorelasi dengan mutu rumput laut yang dihasilkan. Selanjutnya untuk lebih memastikan pemahaman pembudidaya rumput laut, dilakukan contoh kegiatan demonstrasi penanganan biofouling di lokasi budidaya

    Pengaruh fase bulan terhadap produktivitas hasil tangkapan bagan apung di perairan teluk Mutiara Kabupaten Alor

    No full text
    Bagan Apung fishing gear is one of the fishing gear that uses light as a tool in the fishing process. Floating Bagan fishing gear is a fishing gear that produces a high enough value for fishery production. The value of marine fishery production sometimes experiences instability which can be caused by several factors including oceanographic, weather or climate factors and the period of the moon phase. The research method used in this study was observation or following the fishing operation directly on Bagan Apung as many as 16 trips. Data analysis was carried out to see the effect of the catch on the moon phase using the t test and the BNT follow-up test. The composition of the catch shows that the crescent phase has a catch composition of 33% or with a total catch of 884 kg. The first bright spring moon phase with a catch composition of 17% or with a total catch of 454 kg, the full moon phase with a composition of 13% or with a total catch of 346 kg. The second semi-bright moon phase with a composition of 37% or with a total catch of 987 kg. The results of the t test and further test (BNT) showed that there was a moon phase on the catch of Bagan Apung

    PENYULUHAN TEKNIK PENGERINGAN RUMPUT LAUT MELALUI METODE PENJEMURAN PARA-PARA KEPADA PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT DESA ALLUMANG, NUSA TENGGARA TIMUR

    No full text
    Abstrak: Kebiasaan pembudidaya rumput laut di Desa Allumang, Kec. Pantar Barat Laut, Kabupaten Alor, Prop. NTT melakukan teknik pengeringan rumput laut melalui metode penjemuran di atas terpal atau waring yang digelar diatas tanah atau pasir. Metode ini mempunyai kekurangan karena produk rumput laut dapat terkontaminasi dengan debu dan kandungan air yang tinggi serta tidak merata dan waktu penjemuran yang lama dapat mempengaruhi pertumbuhan mikro organisme seperti kapang dan dan jamur, kondisi ini berdampak pada penurunan kualitas. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta pemahaman pembudidaya rumput laut yang berdomisili di Desa Allumang mengenai manfaat penggunaan metode penjemuran para-para dalam proses pengeringan rumput laut untuk mendapatkan produk rumput laut yang mempunya kualitas sesuai permintaan pasar. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, dilakukan dalam beberapa tahapan antara lain: (1) Tahap Persiapan; (2) tahap pelaksanaan kegiatan; (3) tahap evaluasi. Pelakasanaan kegiatan penyuluhan ini dikatakan berhasil secara signifikan yaitu 100% oleh karena secara psikologis terlihat adanya perubahan pola pikir pembudidaya mengenai teknik pengeringan rumput laut melalui metode penjemuran di atas para-para karena berkorelasi dengan kualitas rumput laut yang dihasilkan. Selanjutnya untuk lebih meyakinkan pemahaman pembudidaya rumput laut dilakukan kegiatan pembuatan para-para dilokasi budidaya sebagai contoh.Abstract: Habits of seaweed cultivators in Allumang Village, Kec. Northwest Pantar, Alor Regency, Prop. NTT uses the technique of drying seaweed through the drying method on a tarp or waring which is held on the ground or sand. This method has drawbacks because seaweed products can be contaminated with dust and high and uneven water content and long drying times can affect the growth of micro-organisms such as molds and fungi, conditions have an impact on quality degradation. This Community Service (PkM) activity aims to increase knowledge and understanding of seaweed farmers who live in Allumang Village regarding the benefits of using the para-para drying method in the seaweed drying process to obtain quality seaweed products according to market demand. The method of implementing community service activities is carried out in several stages, including: (1) Preparation Phase; (2) activity implementation stage; (3) evaluation stage. The implementation of this outreach activity was said to be significantly successful, namely 100% because psychologically it was seen that there was a change in the mindset of farmers regarding the technique of drying seaweed through the drying method on a parapet because it correlated with the quality of the seaweed produced. Furthermore, to further ensure the understanding of seaweed cultivators, para-para-making activities were carried out at the cultivation location as an example
    corecore