32 research outputs found

    An Assessment of Mangrove Rehabilitation Programs in Bolaang Mongondow Selatan Regency, North Sulawesi

    Get PDF
    While the results of many mangrove rehabilitation efforts have not been optimal due to various factors, the rate of mangrove forest deforestation remains high in Indonesia. This research was designed to test the principle “planting certain mangrove seedlings on suitable habitat would be survived”. The test was based on an assessment of six locations in Bolaang Mongondow Selatan Regency where mangrove rehabilitation programs were implemented. This assessment was conducted by using a spot check method to analyze any variables associated with plantation area feasibility, and the use of a participative approach to collect additional information. Results from this study confirmed that mangrove seedlings have to be planted on the right habitat and that the implemented rehabilitation programs have followed a try and error or speculative approach, and have not been supported by sufficient technical and theoretical competencies. Keywords: artificial plantation, natural regeneration, mangrove, rehabilitation        Deforestasi hutan mangrove di Indonesia berlangsung cepat, sementara itu banyak upaya rehabilitasi belum memberikan hasil yang optimal karena berbagai faktor. Penelitian ini menguji secara khusus prinsip “benih yang ditanam di tempat yang cocok akan tumbuh”, melalui penilaian enam lokasi program rehabilitasi mangrove di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Penilaian dilakukan menggunakan metode pengecekan lapangan (on spot check) untuk menganalisis variabel-variabel yang berkaitan dengan kelayakan lahan tanam, dan pengumpulan informasi melalui pendekatan partisipatif. Hasil penelitian menegaskan bahwa “jenis bibit yang ditanam harus sesuai dengan lahan tanam”. Upaya penanaman yang dilakukan masih menggunakan pendekatan coba-coba atau spekulatif, dan tidak didukung pemahaman teknis maupun teoritis yang memadai.Kata kunci: mangrove, penanaman artifisial, regenerasi alami, rehabilitas

    An Assessment of Mangrove Rehabilitation Programs in Bolaang Mongondow Selatan Regency, North Sulawesi

    Get PDF
    While the results of many mangrove rehabilitation efforts have not been optimal due to various factors, the rate of mangrove forest deforestation remains high in Indonesia. This research was designed to test the principle “planting certain mangrove seedlings on suitable habitat would be survived”. The test was based on an assessment of six locations in Bolaang Mongondow Selatan Regency where mangrove rehabilitation programs were implemented. This assessment was conducted by using a spot check method to analyze any variables associated with plantation area feasibility, and the use of a participative approach to collect additional information. Results from this study confirmed that mangrove seedlings have to be planted on the right habitat and that the implemented rehabilitation programs have followed a try and error or speculative approach, and have not been supported by sufficient technical and theoretical competencies. Keywords: artificial plantation, natural regeneration, mangrove, rehabilitation Deforestasi hutan mangrove di Indonesia berlangsung cepat, sementara itu banyak upaya rehabilitasi belum memberikan hasil yang optimal karena berbagai faktor. Penelitian ini menguji secara khusus prinsip “benih yang ditanam di tempat yang cocok akan tumbuh”, melalui penilaian enam lokasi program rehabilitasi mangrove di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Penilaian dilakukan menggunakan metode pengecekan lapangan (on spot check) untuk menganalisis variabel-variabel yang berkaitan dengan kelayakan lahan tanam, dan pengumpulan informasi melalui pendekatan partisipatif. Hasil penelitian menegaskan bahwa “jenis bibit yang ditanam harus sesuai dengan lahan tanam”. Upaya penanaman yang dilakukan masih menggunakan pendekatan coba-coba atau spekulatif, dan tidak didukung pemahaman teknis maupun teoritis yang memadai

    Morfometri lereng kawasan sub-litoral pantai Malalayang II Kota Manado

    Get PDF
    Pemanfaatan pantai harus didukung oleh pemahaman yang baik tentang morfometri lereng ruang pantai tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan batimetri ruang dan pergerakan arus di kawasan sub-litoral Pantai Malalayang II, serta menganalisis kaitannya terhadap perubahan ruang pantai. Dengan menerapkan metode Lagrangian dan pengukuran kedalaman, diperoleh hasil bahwa ruang pantai bagian Barat memiliki perairan yang dangkal dibandingkan bagian Timur sehingga pergerakan arus relatif cepat di ruang tersebut. Analisis data batimetri menyimpulkan bahwa kawasan ini rentan terhadap erosi pantai, untuk itu disarankan adanya pembangunan pelindung pantai demi keamanan dan pengembangan pemukiman di kawasan Pantai Malalayang I

    PRESENT CONDITION OF MANGROVE ENVIRONMENT AND COMMUNITY STRUCTURE IN TOMINI GULF, SULAWESI, INDONESIA

    Get PDF
    The mangroves in Tomini Gulf have been exploited for chiefly conversion of mangrove areas into shrimp cultivation and extraction of mangrove wood for various purposes. In this study, interpretation to available map and satellite images and ground check were conducted to describe intertidal environment conditions and general processes of coastal dynamic. At local scale, physiographic factors were used to classify mangrove sub-habitats. A total of 159 sample points were selected to observe structure of vegetation, and the revised two ways classification of Specht was applied to classify structural classification of vegetation. The criterion of mangrove disturbance was developed to classify disturbance level. Interview and field check were conducted to assess the successfulness of implemented rehabilitation programs. Results indicated that there were obvious changes in mangrove vegetation over much the intertidal environments, and these might influence the future development and regeneration of the mangroves. While most rehabilitation programs were unsuccessful, mangrove exploitations still continued. If a sustainable management plan is not developed, the degradation will continue and spread, and the mangrove will lose its ecological functions.Mangrove di Teluk Tomini telah dieksploitasi terutama lahannya dikonversi menjadi tambak udang dan pohonnya ditebang untuk beragam tujuan. Dalam studi ini interpretasi terhadap peta dan citra satelit dilakukan untuk mendeskripsikan kondisi lingkungan intertidal dan proses-proses terkait dinamika pantai secara umum. Pada skala lokal, faktor fisiografik digunakan untuk mengklasifikasikan sub-habitat mangrove. Sebanyak 159 titik sampel dipilih untuk mengamati struktur vegetasi, dan klasifikasi dua-arah Specht yang telah direvisi untuk mangrove digunakan untuk mengelompokkan kelas struktur vegetasi. Kriteria kerusakan mangrove dikembangkan untuk mengklasifikasikan tingkat kerusakan. Wawancara dan pengamatan lapangan dilakukan untuk menilai keberhasilan program rehabilitasi. Hasil studi menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan nyata pada vegetasi mangrove di Teluk Tomini, dan perubahan ini dapat mempengaruhi perkembangan dan regenerasi mangrove selanjutnya. Eksploitasi mangrove masih terus berlangsung, sementara kebanyakan program rehabilitasi mangrove tidak berhasil. Jika rencana pengelolaan berkelanjutan tidak dikembangkan, maka dikawatirkan kerusakan akan terus berlangsung dan meluas, dan mangrove di Teluk Tomini akan kehilangan fungsi ekologisnya

    Studi Perubahan Lahan Pantai Kolongan Di Kelurahan Malalayang Dua Kota Manado

    Get PDF
    TeridentifikasiPantai Kolongan telah dimanfaatkan secara intensif, salah satunya yaitu dengandibangunnya bangunan pelindung pantai T-groins.Efektivitas peran bangunan pelindung pantai T-groinsdalam meredamaksi faktor hidro-oseanografi serta menjalankan fungsinya dalam menangkapsedimen, merupakan faktor yang dikaji dalam studi ini. Diketahui bahwa faktorhidro-oseanografi sebagai agen geomorfik, merupakan kontributor terbesar dalamproses perkembangan suatu lahan pantai. Penelitian ini dilakukan dengan caramengamati kondisi lahan pantai dan menganalisis perubahan lahan pantai melaluipengamatan citra google sertamenganalisis karakteristik arus yang terjadi pada lahan yang diobservasi. Hasil penelitian menunjukkan T-groinsmelindungi lahan pantai dibelakangnya. Hal ini ditunjang dengan hasil pengukurankemiringan lereng yang menunjukkan keberadaan lereng pantai yang cenderungdatar danlandai. Berdasarkan hasil analisis granulometri sedimen, Pantai Kolongansementara atau sedang dalam proses pendeposisian sedimen. Data hasil pengukuran arus di Pantai Kolongan bervariasi di setiap titikpengamatan, dengan kisaran kecepatan arus 0,08 knot – 0,47 knot saat pasang dan0,27 knot – 0,55 knot saat surut

    Land Subsidence Analysis of Reclaimed Land using Time-Lapse Microgravity Anomaly in Manado, Indonesia

    Get PDF
    Coastal area land reclamation is a policy with various benefits, including its potential to increase economic growth. However, reclamation also potentially has adverse impacts on the environment, including increasing pressure on biodiversity, natural resources and natural ecosystems, and the most common problem is land subsidence. This study uses time-lapse microgravity anomaly to ascertain the distribution of gravity and vertical gradient anomaly in order to map the subsidence characteristics occurring in the Manado reclamation area. From the research that has been previously conducted, the positive gravity anomaly is spread around Megamall-Multimart to the north of Monaco Bay and on the southern side of Manado Town Square (Mantos). Positive anomaly values range from 3 to 29.7 ÎĽGal. The negative anomaly values are scattered around the Mantos and Megamas separating bridge and at some points around the Whiz Prime Hotel, Menora Church and towards the Pohon Kasih Megamas area. The reclaimed areas generally experience subsidence accompanied by a reduction in groundwater mass (Megamall and Mantos) due to the use of the groundwater by the community in these areas. Uplifts also occur at some points in the reclamation area of Megamas as a result of the occurrence of land subsidence. Longer-term research is needed to determine whether there is an increase in the rate of land subsidence in the Manado reclamation area. Over a longer period of time it can also be established whether there are other factors which affect land subsidence. Other geodetic methods to monitor subsidence, such as levelling, InSAR and GPS survey, which have been conducted in other locations, are also needed to obtain more detailed information about the land subsidence in this area

    Indeks daun Sonneratia alba pada zona tumbuh berbeda di pesisir desa Tiwoho kabupaten Minahasa Utara

    Get PDF
    Ekosistem mangrove terdapat di wilayah pesisir khususnya pada lingkungan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Ekosistem ini didominasi oleh spesis pohon dan semak yang mampu tumbuh di perairan asin dan payau. Sampel daun Sonneratia alba dikumpulkan dari tiga lokasi berbeda pada mangrove di Desa Tiwoho yang meliputi zona sebelah laut, zona tengah dan zona dekat daratan. Berdasarkan hasil pengukuran morfometrik daun S. alba di Desa Tiwoho diperoleh nilai koefisien keragaman morfometrik daun pada zona sebelah laut sebesar 75,76%, zona tengah 68,03% dan zona dekat daratan sebesar 63,29%.  Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan dalam hal adaptasi dan kompetisi di masing-masing zona. Hasil uji-t terhadap nilai rata-rata lebar dan panjang daun mengindikasikan bahwa secara umum lebar dan panjang daun berbeda secara signifikan. Kecenderungan yang ada bahwa ukuran lebar daun semakin membesar ke arah darat dengan nilai rata-rata di zona dekat daratan sebesar 115, 34 mm. Sedangkan ukuran panjang daun terbesar ditemukan di zona tengah dengan nilai rata-rata sebesar 79,54 mm. Hasil uji-t nilai rata-rata indeks daun pada ketiga lokasi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara zona tengah dan zona dekat daratan. Antara zona sebelah laut dan zona tengah serta zona sebelah laut dan dan zona dekat daratan tidak terdapat perbedaan yang nyata

    Karakteristik Arus Di Perairan Sekitar Kawasan Kelurahan Sario Tumpaan Teluk Manado

    Get PDF
    Sejak era 1990anpembangunan di Kota Manado mulai difokuskan di wilayah pesisir. Kegiatan reklamasimemberikan dampak terhadap pergerakan massa air terutama di kawasan pantai padaskala tertentu. Pemantauan secara berkala terhadap kondisi oseanografiskawasan pantai sekitar lahan reklamasi dipandang penting dilakukan untuk mencermatisejauh mana Perubahan telah terjadi dengan menentukan arah dan kecepatan arus sertamenganalisis dinamika arus yang berlaku saat bulan kuartir akhir dan bulan purnama. Denganmenerapkan metode lagrangian ditemukan beberapa hal penting terkaitkarakteristik arus yang berlaku pada kawasan yang diobservasi. Pada periode bulan kuartir akhir, kecepatanresultan arus yang terukur saat surut dan pasang bervariasi diantara 0,70sampai 1,40 knot. Saat surut arus mengarah ke Barat dan Barat Laut sedangkansaat pasang mengarah ke Barat dan Barat Daya. Pada periode bulan Purnama kecepatan resultan arus yang terukur saatsurut dan pasang bervariasi diantara 0,70 sampai 1,09 knot. Saat surut umumnya arus mengarah ke BaratLaut dan Utara, berbeda dengan waktupasang dimana arah arus ke Barat. Araharus di perairan Sario Tumpaan saat pergerakan air pasang dan surut selalumengarah ke laut dengan arah relatif ke Barat Daya, Barat dan Barat Laut

    Studi Perubahan Lahan Pantai Kolongan Di Kelurahan Malalayang Dua Kota Manado

    Full text link
    TeridentifikasiPantai Kolongan telah dimanfaatkan secara intensif, salah satunya yaitu dengandibangunnya bangunan pelindung pantai T-groins.Efektivitas peran bangunan pelindung pantai T-groinsdalam meredamaksi faktor hidro-oseanografi serta menjalankan fungsinya dalam menangkapsedimen, merupakan faktor yang dikaji dalam studi ini. Diketahui bahwa faktorhidro-oseanografi sebagai agen geomorfik, merupakan kontributor terbesar dalamproses perkembangan suatu lahan pantai. Penelitian ini dilakukan dengan caramengamati kondisi lahan pantai dan menganalisis Perubahan lahan pantai melaluipengamatan citra google sertamenganalisis karakteristik arus yang terjadi pada lahan yang diobservasi. Hasil penelitian menunjukkan T-groinsmelindungi lahan pantai dibelakangnya. Hal ini ditunjang dengan hasil pengukurankemiringan lereng yang menunjukkan keberadaan lereng pantai yang cenderungdatar danlandai. Berdasarkan hasil analisis granulometri sedimen, Pantai Kolongansementara atau sedang dalam proses pendeposisian sedimen. Data hasil pengukuran arus di Pantai Kolongan bervariasi di setiap titikpengamatan, dengan kisaran kecepatan arus 0,08 knot – 0,47 knot saat pasang dan0,27 knot – 0,55 knot saat surut

    ANALISIS TUTUPAN VEGETASI MANGROVE DI PULAU MANTEHAGE, TAMAN NASIONAL BUNAKEN, SULAWESI UTARA

    Get PDF
    Mangrove forest are typical forest growing on along coasts, river mouth saffected by tides. This study was conducted on April to September 2018 in Mantehage Island, Bunaken National Park, North Sulawesi. It was aimed to evaluate vegetation cover change during the period from 1995 to 2017 and to deskrip condition of mangrove vegetation at locations where the vegetation covers were identified to have been change. Image interpretation method and ground checks were applied in the study. RGB composite results of 473 1995 Landsat-5 images, RGB 453 of Landsat-7 images in 2005 and RGB 564 of Landsat-8 images in 2017 showed the area of mangrove vegetation cover in 1995, 2005 and 2017 respectively were 1333.95 ha, 1371.53 and 1383.21 ha. There was an increase in the area of mangrove vegetation cover in 1995-2005 covering an area of 37.58 ha and in the years 2005-2017 covering an area of 11.68 ha. In total there was an additional vegetation cover change of 49,26 ha for 22 years. Result from ground check indicated that the change in vegetation covers occurred at locations subjected to sedimentation, natural recovery at previous clear-cutting areas and area of artificial plantation. The phenomenan of mangrove diebach was found in the middle part between the two mainlands of Mantehage Island.Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas dan tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Penelitian ini dilakukan dari bulan April-September 2018 di Pulau Mantehage, Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara dengan tujuan untuk mengevaluasi perubahan tutupan vegetasi mangrove di Pulau Mantehage dengan selang waktu 1995, 2005 dan 2017sertaMendeskripsikan kondisi vegetasi mangrove yang teridentifikasi mengalami perubahan tutupan. Penelitian dilakukan dengan metode interpretasi citra dan survei lapangan (Ground check). Hasil komposit RGB 473 citra Landsat-5 tahun 1995, RGB 453 citra Landsat-7 tahun 2005 dan RGB 564 citra Landsat-8 tahun 2017 menunjukkan luas tutupan vegetasi mangrove pada tahun 1995, 2005 dan 2017 secara berturut-turut adalah 1333,95 ha, 1371,53 dan 1383,21 ha. Terjadi penambahan luas tutupan vegetasi mangrove pada tahun 1995-2005 seluas 37,58 ha dan pada tahun 2005-2017 seluas 11,68 ha, jika dijumlahkan dalam kurun waktu 22 tahun terjadi penambahan luas tutupan vegetasi mangrove sebesar 49,26 ha. Hasil Ground Check di lapangan menunjukkan penambahan luas tutupan vegetasi mangrove terjadi pada lahan yang mengalami sedimentasi, lahan terbuka bekas penebangan yang mengalami pemulihan kembali dan pada lokasi tertentu yang ditanami secara artifisial. Fenomena mangrove dieback ditemukan di lokasi bagian tengah antara dua daratan Pulau Mantehage
    corecore