11 research outputs found

    PREFERENSI SUMBER PEMBIAYAAN PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KOTA MAGELANG

    Get PDF
    The role of Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) in national development is prividing employement, being an important player in development of local economy, and has a role as a creator of new markets and sources of innovation. The limited access of MSMEs to source of conventional financing is a classic problem that has not been solved. The lack of optimal utilization of funding sources in order to increase capital has an impact on business stagnation and the difficulty of MSMEs to develop their businesses. This study aims to analyze the relationship between preferences and financing sources use by MSMEs in Magelang City. This research used proportional cluster random sampling method. Data obtained by survey techniques and filling out questionnaires that have been distributed to 121 MSMEs in Magelang City. The results showed that the most preferred source of financing by MSMEs in Magelang City was financing from internal/own capital, while the funding sources from other informal loans is the most undesirable to be chosen by MSMEs. The results also showed that the level of MSME preference towards financing sources from banks loan, government aid, and loans from cooperatives have influenced the selection and use of these funding sources. On the other hand, the level of preference towards internal financing sources, shared capital, loans from family/friends, and other informal loans do not support the selection and use of these funding sources in order to develop their business

    EFFECT OF ETHICS, INDEPENDENCY, AND AUDIT FEE ON AUDIT QUALITY AS THE IMPACT OF COVID-19

    No full text
    The pandemic that occurred and hit the whole world quickly caused various crises in the health, economic and social fields that affected all activities of the world community. This is a quantitative study utilizing a descriptive analysis approach. This study uses both primary and secondary data. Purposive sampling was employed to obtain data for this study, utilizing the following respondents' criteria: 1) Respondents were external auditors employed by a Public Accounting Firm (KAP) in the City of Magelang; and 2) Respondents had worked as auditors for a period of at least one year. The Research Instruments Reliability Test, Normality Test, Multicollinearity Test, Heteroscedasticity Test, and Hypothesis Testing (Coefficient of Determination Test (R2), F Statistics Test, and Partial Test (t-test)) were used to analyze the data in this study. From the results of the discussion and analysis, it can be concluded that: 1) Ethics variables have no effect on audit quality; 2) Independent variables affect audit quality during the Covid-19 pandemic with a t-count value of 2.088; 3) The Audit Fee variable has an effect on audit quality with a t-count value of 2.213

    KARAKTERISTIK GEL PENGHARUM RUANGAN DENGAN BERBAGAI GRADE PATCHOULI ALCOHOL DAN KONSENTRASI MINY AK NILAM

    Get PDF
    Pengolahan minyak nilam di Indonesia sebagian besar masih dilakukan oleh masyarakat secara konvensional, sehingga kualitas minyak nilam masih banyak yang tidak memenuhi standar mutu. Hal ini menyebabkan harga minyak nilam mengalami flukiuasi yang cukup tajam bahkan tidak laku di pasaran. Untuk meningkatkan nilai ekonomi dari minyak nilam, khususnya yang memiliki grade patchouli alcohol rendah maka diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan produk-produk berbasis minyak nilam yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Salah satu produk yang dapat dikembangkan adalah gel pengharum ruangan. Penelitian ini berupaya mengembangkan produk melalui pembuatan gel pengharum ruangan yang sekaligus berfungsi sebagai aromaterapi dengan menambahkan minyak jeruk: Minyak nilam yang digunakan dengan kandungan Patchouli alcohol bervariasi yaitu 20%, 25%, 30% dan penambahan minyak nilam dalam gel pengharum ruangan adalah ooA" 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan minyak nilam dapat meningkatkan ketahanan aroma pada gel pengharum ruangan. Sedangkan grade minyak nilam tidak mempengaruhi pengurangan massa gel pengharum ruangan secara signifikan. Berdasarkan uji organoleptic pada hari ke I I menunjukkan bahwa produk gel mempunyai tingkat aroma sama dengan sampel control (gel yang ada di pasaran), sehinga perlu dilakukan penelitian lebih Ian jut untuk memperpanjang ketahanan gel pengharum ruangan

    Enfleurage Essential Oil From Jasmine and Rose Using Cold Fat Adsorbent

    Get PDF
    Flower essential oils can’t be taken by distillation, which is the oils’ component will damage because of hydrolysis and polymerization process. High-boiling components can’t be transported by water vapor so its yield and quality of the oil product is low. The alternative method for producing flower essential oils is an enfleurage process. Enfleurage is essential oil extraction process using cold fat, where the scent of flowers is absorbed by fat. The aim of the research is to obtain information about the optimum conditions based on essential oils of flowers through enfleurage method. Enfleurage process was begun with prepared the adsorbent which was made from mixing of vegetable fat and animal fat in ratio of 1:1. Fat was heated up to 60 0C further stirring for 15 minutes. As long as stirring, the fat mixture was mixed with benzoate and stirred for 2 hours. After the adsorbent was ready, a chassis was smeared with a layer of fat and flowers were palced in surface of fat for 1, 3, 5, 7, 9 and 11 days. The process was repeated with change the flowers every 24 hour with fresh flowers. When contact time had finished, fat was extracted using alcohol and it was separated by vacum distillation. The maximum yield was obtained for 5 days 0.89 % for jasmine, 0.88 % for rose and 0.84 % for frangipani. The enfleurage process is an effective method to produce flowers essential oils. The success of it depends on type of adsorbent, the level of florescence, as well as enfleurage’s period

    Simulasi Model Discharge Baterai Lithium-Ion (LiFePO4) Dengan Pendekatan Shepherd Modifikasi Dan Fenomena Reaksinya

    No full text
    Baterai merupakan salah satu sistem penyimpanan energi dengan sistem elektrokimia. Salah satu baterai yang digunakan adalah baterai lithium ion. Baterai lithium ion termasuk jenis baterai sekunder (rechargeable battery) yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan baterai sekunder yang lain. Pada baterai secara umum terdapat katoda, anoda, elektrolit dan bagian cell baterai. Pada baterai sekunder, anoda dan katoda diharuskan melakukan proses charging dan discharging yang berulang. Secara umum proses charge dan discharge terjadi ketika ion yang mengalir dari satu elektroda menuju ke elektroda lainnya sehingga membentuk suatu media untuk menyimpan energi listrik di dalam elektroda. Selanjutnya, laju reaksi akan meningkat ketika ion dari elektrolit dialirkan ke elektroda. Sedangkan, elektrolit akan berfungsi sebagai medium transfer ion-ion tersebut. Pada saat proses discharging dan juga charging terdapat grafik yang menggambarkan karakteristik proses tersebut. Grafik tersebut mengambarkan perbandingan penghabisan/pengisian kapasitas (Ah/gram) baterai terhadap tegangan (Volt). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meninjau proses discharge yang terjadi dengan melakukan simulasi. Data yang mendukung proses simulasi adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari data manufaktur baterai NX 26650 LiFePO4 battery yang didiproduksi oleh Enix Energies. Baterai ini merupakan baterai berjenis lithium iron phosphate (LiFePO4). Variable yang digunakan pada simulasi ini adalah current rate (C) dengan variasi 0,5 C, 5 C, 10 C, 15 C, 20 C, dan 30 C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai current rate akan mengakibatkan penuurunan nilai kapasitas dan juga voltase pada setiap variablenya. Hasil simulasi menunjukkan grafik discharge dengan nilai yang berbeda untuk setiap variabelnya. Nilai Qexp berada pada rentang 0,105 - 0,170 Ah/gram, Qnom berada dalam rentang 2,266 – 1,843 Ah/gram, Qfull berada dalam rentang 2,300 – 2,048 Ah/gram, Vexp berada dalam rentang 3,341 – 2,366 V, Vnom berada dalam rentang 3,091 – 2,260 V dan Vfull berada dalam rentang berada dalam rentang 3,565 – 2,473 V. Perbedaan pada gradien grafik discharge dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti laju difusi ion lithium pada material katoda, fase transisi material aktif, disintegrasi dari struktur kristal, perpindahan ion logam kedalam elektrolit. Jika faktor tersebut dibatasi pada kondisi yang sama, faktor lain yang mempengaruhi adalah distribusi dan ukuran partikel material katoda, suhu, karakteristik elektrolit, dan struktur pori separator

    Sintesis Dan Karakterisasi Material Komposit TiO2 Dengan Dopan Fe2O3 Untuk Degradasi Fotokatalitik Methyl Orange

    No full text
    Sampai saat ini industri tekstil dipastikan menggunakan pewarna sintetis dalam kegiatan produksinya sehingga munculnya peningkatan limbah pewarna dalam lingkungan perairan dapat membahayakan ekosistem perairan. Degradasi secara fotokatalitik merupakan salah satu metode alternatif yang sangat berpotensi untuk diaplikasikan. Semikonduktor TiO2 digunakan secara luas sebagai material fotokatalis, namun TiO2 memiliki kelemahan dimana material ini memiliki band gap energy yang cukup besar sehingga hanya dapat aktif dalam spektrum cahaya tak tampak. Maka dari itu diperlukan dopan Fe2O3 untuk mengoptimalisasi kinerja dari TiO2 sebagai fotokatalis. Untuk menurunkan band gap energy yang dimiliki TiO2, diperlukan proses sintesis komposit TiO2/Fe2O3 menggunakan metode liquid phase dengan TTIP sebagai prekursor Ti dan etanol sebagai pelarutnya. Kemudian TiO2 akan dikompositkan dengan variasi dopan Fe2O3 0%, 4%, 5%, 6%, 8% dan 10% (wt/wt Ti (IV) isopropoxide). Setelah proses sintesis, material komposit TiO2/Fe2O3 dikalsinasi dengan variabel suhu sebesar 650ºC, 700ºC dan 750ºC. Kemudian dilakukan uji karakterisasi pada material komposit TiO2/Fe2O3 berupa uji XRD untuk mengetahui struktur dan fase kristal TiO2, uji DRS untuk mengetahui penurunan band gap energy yang dihasilkan dari proses sintesis, dan uji SEM – EDX untuk mengetahui morfologi permukaan dan elemental mapping dari material komposit TiO2/Fe2O3. Material komposit yang telah dikarakterisasi kemudian dilakukan uji performa degradasi fotokatalitiknya menggunakan methyl orange sebagai model limbah sintetis dengan iradiasi cahaya UV (cahaya tak tampak) selama 180 menit. Hasil dari uji XRD menunjukkan bahwa fase kristal yang dihasilkan pada suhu kalsinasi 650ºC dan 700ºC berupa kristal anatase dengan kemurnian fase kristal anatase berturut- turut sebesar 78.4% dan 80.7%, kemudian fase kristal yang dihasilkan pada suhu kalsinasi 750ºC berupa kristal rutile dengan kemurnian fase kristal rutile sebesar 59.3%. Hasil uji DRS menunjukkan nilai band gap energy setelah proses sintesis TiO2 dengan pada variasi dopan Fe2O3 0%, 4%, 5%, 6%, 8% dan 10% berturut-turut sebesar 3.32 eV, 2.18 eV, 2.10 eV, 2.05 eV, 1.95 eV dan 2.08 eV. Hasil uji performa degradasi fotokatalitik material komposit TiO2/Fe2O3 pada spektrum cahaya tak tampak menghasilkan nilai persen degradasi tertinggi untuk variabel dopan Fe2O3 0% sebesar 93.515% dan terendah untuk variabel dopan Fe2O3 6% sebesar 13.990%. Dapat disimpulkan bahwa adanya dopan Fe2O3 dapat menurunkan band gap energy TiO2 sehingga material komposit TiO2/Fe2O3 tidak lagi aktif pada spektrum cahaya tak tampak

    Sintesis Na2/3[Ni1/3Mn2/3]O2 Sebagai Katoda Baterai Ion Natrium Dengan Variasi Suhu dan Waktu Kalsinasi

    No full text
    Peningkatan permintaan baterai dalam elektronik portabel, kendaraan listrik, memunculkan kekhawatiran tentang kelangkaan cadangan litium. Sumber daya Li tidak cukup untuk memenuhi peningkatan permintaan sehingga baterai ion natrium sebagai alternatif mulai dikembangakan. Namun ukuran ion Na+ yang lebih besar juga akan mempengaruhi proses kinetik dan menyebabkan difusi lebih lambat. Dengan demikian, kinerja elektrokimia SIB juga dikendalikan oleh bahan elektroda salah satunya melalui kontrol morfologi dan desain struktural. Material katoda harus bersifat konduktif ionic dan konduktif elektronik. Maka dari itu dilakukan sintesis material katoda Na2/3[Ni1/3Mn2/3]O2 pada berbagai variasi suhu dan waktu kalsinasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik material katoda. Na2/3[Ni1/3Mn2/3]O2 disintesis melalui metode sol-gel dan dilanjutkan dengan proses sintering. Dalam penelitian ini sintesis material katoda Na2/3[Ni1/3Mn2/3]O2 dengan variasi suhu dan waktu kalsinasi dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain pencampuran bahan, penambahan chelating agent pada campuran, pengeringan atau drying, kalsinasi pada 650, 700, 750 °C serta karakterisasi material katoda. Karakterisasi material katoda yang dilakukan yaitu pengujian X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil dari uji XRD menunjukkan bahwa sampel teridentifikasi Na0.58(Ni0.33Mn0.67)O1.95 dengan struktur kristal hexagonal. Pada tiap sampel juga terdapat peak lain yang bukan Na0.58(Ni0.33Mn0.67)O1.95 atau impuritis yaitu Mn0.2Ni7.6O8 pada posisi diffraction angel 37.27° dan 57.29° dan juga Mn3O4 pada diffraction angel 36.28°; 45.03° dan 51.23°. Ukuran kristal rata-rata 15,55 nm untuk sampel dengan suhu kalsinasi 650°C; 18,50 nm untuk sampel dengan suhu kalsinasi 700°C; 21,78 nm untuk sampel dengan suhu kalsinasi 750°C dan 63,98 nm untuk sampel dengan suhu kalsinasi 750°C selama 12 jam. Uji SEM menghasilkan bahwa sampel S650T8 dan S750T8 menunjukkan morfologi plate heksagonal dan ukuran partikel rata-rata masing masing 143,51 nm dan 196,95 nm. Hasil EDX menunjukkan bahwa unsur Na, Ni, Mn dan O tersebar dengan baik di dalam partikel. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka fase kristal semakin terbentuk, kristalinitas semakin tinggi, ukuran kristal semakin besar, morfologi sesuai dan ukuran partikel semakin besa

    Sintesis Na2/3[Ni1/3Mn2/3]O2 Sebagai Katoda Baterai Ion Natrium Dengan Variasi Suhu dan Waktu Kalsinasi

    No full text
    Peningkatan permintaan baterai dalam elektronik portabel, kendaraan listrik, memunculkan kekhawatiran tentang kelangkaan cadangan litium. Sumber daya Li tidak cukup untuk memenuhi peningkatan permintaan sehingga baterai ion natrium sebagai alternatif mulai dikembangakan. Namun ukuran ion Na+ yang lebih besar juga akan mempengaruhi proses kinetik dan menyebabkan difusi lebih lambat. Dengan demikian, kinerja elektrokimia SIB juga dikendalikan oleh bahan elektroda salah satunya melalui kontrol morfologi dan desain struktural. Material katoda harus bersifat konduktif ionic dan konduktif elektronik. Maka dari itu dilakukan sintesis material katoda Na2/3[Ni1/3Mn2/3]O2 pada berbagai variasi suhu dan waktu kalsinasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik material katoda. Na2/3[Ni1/3Mn2/3]O2 disintesis melalui metode sol-gel dan dilanjutkan dengan proses sintering. Dalam penelitian ini sintesis material katoda Na2/3[Ni1/3Mn2/3]O2 dengan variasi suhu dan waktu kalsinasi dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain pencampuran bahan, penambahan chelating agent pada campuran, pengeringan atau drying, kalsinasi pada 650, 700, 750 °C serta karakterisasi material katoda. Karakterisasi material katoda yang dilakukan yaitu pengujian X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil dari uji XRD menunjukkan bahwa sampel teridentifikasi Na0.58(Ni0.33Mn0.67)O1.95 dengan struktur kristal hexagonal. Pada tiap sampel juga terdapat peak lain yang bukan Na0.58(Ni0.33Mn0.67)O1.95 atau impuritis yaitu Mn0.2Ni7.6O8 pada posisi diffraction angel 37.27° dan 57.29° dan juga Mn3O4 pada diffraction angel 36.28°; 45.03° dan 51.23°. Ukuran kristal rata-rata 15,55 nm untuk sampel dengan suhu kalsinasi 650°C; 18,50 nm untuk sampel dengan suhu kalsinasi 700°C; 21,78 nm untuk sampel dengan suhu kalsinasi 750°C dan 63,98 nm untuk sampel dengan suhu kalsinasi 750°C selama 12 jam. Uji SEM menghasilkan bahwa sampel S650T8 dan S750T8 menunjukkan morfologi plate heksagonal dan ukuran partikel rata-rata masing masing 143,51 nm dan 196,95 nm. Hasil EDX menunjukkan bahwa unsur Na, Ni, Mn dan O tersebar dengan baik di dalam partikel. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka fase kristal semakin terbentuk, kristalinitas semakin tinggi, ukuran kristal semakin besar, morfologi sesuai dan ukuran partikel semakin besar

    Studi Laju Reaksi dan Energi Aktivasi pada Transesterifikasi Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Bantuan Gelombang Mikro Menggunakan Katalis KOH

    No full text
    Biodiesel atau nama lain Fatty Acid Metil Ester (FAME) merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang berasal dari minyak nabati maupun minyak hewani yang sangat berpotensial untuk dapat menggantikan solar sebagai bahan bakar karena memiliki karakteristik yang hampir serupa. Energi aktivasi merupakan energi minimum pada setiap reaksi yang harus dimiliki oleh molekul untuk menjadikan suatu tumbukan efektif. Laju reaksi transesterifikasi merupakan variabel yang menyatakan perubahan konsentrasi trigliserida dalam satuan waktu. Laju reaksi dapat digunakan untuk merancang kondisi proses yang optimal pada reaktor dan kemudian meningkatkan ke skala yang lebih besar. Pada penelitian ini mempelajari tentang laju reaksi dan energi aktivasi reaksi transesterifikasi dengan menggunakan katalis homogen KOH dengan konsentrasi katalis 1% dan 2% dari berat minyak. Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan menggunakan gelombang mikro pada suhu 60oC selama 2, 3, 4, 5, dan 6 menit dan percobaan pada 65oC dilakukan pada konversi tertinggi di 60oC. Perbandingan trigliserida dan metanol dibuat berlebih yaitu 1:8, untuk menggeser kesetimbangan ke arah produk. Biodiesel yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dengan pengujian densitas, viskositas, angka asam dan gas chromatography (GC) untuk mengetahui kadar FAME. Hasil penelitian menunjukkan persamaan laju reaksi merupakan orde satu dengan persamaan laju yang didapatkan adalah -rtrigliserida = 0,0967 Ctrigliserida dengan konervsi tertinggi yang dihasilkan pada variabel 2 menit katalis 1% sebesar 96,39% dengan kadar FAME 99,76%. Sedangkan untuk hasil perhitungan energi aktivasi diperoleh nilai sebesar 2,277kJ/mol

    Komposit Fotokatalis TiO2/Fe2O3/Karbon Aktif untuk Degradasi Limbah Cair Industri Tekstil

    No full text
    Aktivitas industri tekstil yang berkembang pesat mengakibatkan peningkatan limbah organik yang dapat mencemari perairan. Metode degradasi fotokatalitik merupakan teknologi yang banyak dikembangkan saat ini untuk dapat menurunkan pencemaran limbah organik. TiO2 merupakan semikonduktor fotokatalis yang memiliki aktivitas fotokatalitik yang baik dengan energi band gap yang tinggi. Dikarenakan nilai band-gap yang tinggi, menyebabkan TiO2 hanya dapat menyerap 5% energi dari cahaya matahari. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi pada semikonduktor TiO2 untuk mendapatkan aktivitas fotokatalitik yang optimal pada spektrum cahaya tampak Modifikasi TiO2 dilakukan dengan mengkompasitkannya dengan material Fe2O3 dengan variasi 3% dan 5% (wt/wt TTIP) dan karbon aktif dengan variasi 1:2, 1:4, 1:6, dan 1:8 (wt/wt TiO2). Sintesis komposit TiO2/Fe2O3/Karbon aktif dilakukan dengan metode liquid phase dengan prekursor Titanium (IV) Iso-propokside (TTIP) dan etanol sebagai pelarut. Fe2O3 dan Karbon aktif ditambahkan dalam larutan prekursor kemudian dilakukan pengadukan menggunakan magnetic stirrer. Komposit dikalsinasi dengan suhu 600 oC selama 2 jam untuk mendapatkan komposit dengan fasa kristalin anatase. Komposit TiO2/Fe2O3/Karbon aktif dikarakterisasi dengan pengujian berupa XRD, SEM-EDX, FTIR, dan UV-Vis. Pengujian fotodegradasi methyl orange dengan cahaya tampak selama 180 menit dilakukan untuk mengetahui aktivitas fotokatalitik komposit TiO2/Fe2O3/Karbon aktif. Hasil karakterisasi dengan XRD menunjukan bahwa fasa anatase pada komposit TiO2/Fe2O3 5%/Karbon aktif 1:8 yang terbentuk sebanyak 72,12% dengan rata-rata ukuran kristal sebesar 38,62 nm. Dari analisa SEM-EDX menunjukan ukuran partikel TiO2 sekitar 40 – 150 nm dengan persebaran yang lebih merata pada penambahan Fe2O3 dan karbon aktif. Hasil proses degradasi dengan material semikonduktor TiO2 yang ditambahkan dengan Fe2O3 dan karbon aktif didominasi dengan proses adsorpsi, diikuti dengan degradasi fotokatalitik. Variasi penambahan Fe2O sebesar 5% dan karbon aktif 1:8 menghasilkan penurunan konsentrasi methyl orange terbaik, yaitu sebesar 92,79%. Sementara itu, aktivitas fotokatalitik tertinggi terjadi pada komposit TiO2 yang ditambahkan dengan Fe2O3 5% dan karbon aktif 1:4
    corecore