11 research outputs found

    STATUS KESEHATAN KUCING PELIHARAAN DI MASYARAKAT MELALUI PEMERIKSAAN CALICIVIRUS DAN UJI HEMATOLOGI PADA KUCING DI SURABAYA

    Get PDF
    Tujuan dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini yaitu untuk mengetahui status kesehatan kucing-kucing yang dipelihara di tengah masyarakat Surabaya melalui pemeriksaan virus calici dan uji hematologi pada kucing. Melalui hasil pemeriksaan ini diharapkan dapat diketahui secara dini penyakit virus calici serta kemungkinan penyakit yang berdampak pada perubahan abnormalitas dari hasil darah yang didapatkan dari sampel darah kucing. Secara khusus, program ini membantu para dokter hewan untuk dapat mengedukasi para pet owner untuk dapat lebih aware terhadap penyakit-penyakit yang menyerang pada kucing, serta teknik pencegahannya sehingga penyakit tersebut dapat terdeteksi lebih dini dan dapat meningkatkan kualitas hidup serta status kesehatan kucing yang dipeliharanya. Kegiatan PkM ini bermitra dengan Rumah Sakit Hewan Pendidikan WEKA (RSHP-WEKA) dan juga dilaksanakan di RSHP-WEKA. Program ini difokuskan pada kucing peliharaan dengan gejala klinis tertentu, kemudian dilakukan pemeriksaan calici virus dengan tes kit serta uji hematologi dari sampel darah, dari proses tersebut di dapatkan hasil yang kemudian diskusikan dan dilakukan edukasi terhadap client/pet owner. Sebanyak 14 sampel yang didapatkan dengan bergejala klinis. 14 sampel tersebut mempunyai hasil negatif pada uji tes kit Feline Calicivirus, namun terdapat perbedaan hasil pada uji hematologi, yaitu ada beberapa item pemeriksaan yang normal dan abnormal

    Penggunaan Bioprotektan Ruminansia untuk Peningkat Performan dan Manajemen Kesehatan pada Sapi Madura di Kecamatan Burneh, Bangkalan, Jawa Timur

    Get PDF
    Tujuan program Pengabdian kepada Masyarakat ini meningkatkan performan sapi madura melalui teknik penambahan bioprotektan dan perbaikan manajemen kesehatan kelompok ternak sapi di daerah Bangkalan Jawa Timur. Kegiatan kemitraan ini diharapkan meningkatkan produktivitas dan kemandirian peternak sapi potong dalam upaya menyediakan kebutuhan daging sapi yang mencukupi dan lebih berkualitas. Secara khusus program ini bertujuan untuk mencari alternatif pemecahan masalah rendahnya performan dan produktivitas sapi potong akibat penyediaan pakan yang berkualitas rendah, terutama di musim kemarau dan di daerah rawan pakan ternak. Kegiatan ini dilakukan pada kelompok ternak di desa Binoh, kecamatan Burneh Madura Jawa Timur. Kelompok peternak sapi diberikan kegiatan dalam peningkatan pengetahuan peternakan dan kesehatan hewan melalui kegiatan pembinaan dan penyuluhan, aplikasi penggunaan bioprotektan untuk ruminan, pengendalian higienitas efektif kandang dan produk daging. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan kemitraan masyarakat ini dilakukan dalam tiga tahap kegiatan meliputi: (1) Orientasi lokasi sasaran, (2) Edukasi penyuluhan untuk meningkatkan penge­tahuan tentang beternak dan manajemen Kesehatan ternak terutama sapi, (3) Pelatihan dari hasil penyuluhan guna meningkatkan keterampilan dan ke­mampuan dalam pengelolaan  ternak dan (4) Pelayanan kesehatan hewan dengan konsep penerapan teknologi hasil penelitian yang diaplikasikan dalam pelayanan masyarakat dalam program kegiatan. Program peng­abdian masyarakat ini dengan identifikasi masalah dan solusi dalam upaya peningkatan produktivitas peternakan sapi potong Madura.&nbsp

    KADAR PLATELET DAN MEAN PLATELET VOLUME PADA KUCING DOMESTIK DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN INDOOR LIFE DAN OUTDOOR LIFE DI SURABAYA

    Get PDF
    This study aims to compare PLT (Platelet) and MPV (Mean Platelet Volume) in domestic pet cats and stray cats in Surabaya. This examination uses a blood sample with a total of 30 samples of domestic pet cats and 30 samples of stray cats. PLT and MPV were determined by Pacar Laboratory Surabaya. The results showed that 4 samples of cats that had abnormal PLT and MPV values with an average PLT of PLT 86,25 10^3/µL and an average MPV 6,95 fL, while 30 samples were obtained in domestic pet cats there were samples of cats that abnormal PLT and MPV values with an average PLT 94,5 10^3/µL and an average MPV 8,98 fL. Data analysis used an independent sample t-test for Windows with a significant level of 0,05. The result of data analysis showed not significant. In conclusion between domestic pets cats and stray cats was that the treatment did not experience a significant difference because the care and feeding were almost the same

    Feline Chronic Gingivostomatitis pada Kucing Mix Domestic Long Hair

    Get PDF
    Terjadinya Feline Chronic Gingivostomatitis (FCGS) menunjukkan gejala yang cukup terlihat mulai dari nafsu makan menurun bahkan sampai hipersalivasi. Tindakan terapi FCGS perlu memperhatikan karena banyak faktor, antara lain adalah pain management, buprenorphine sebagai analgesik opioid yang cukup efektif diberikan pada kucing yang menderita oral disease. Dengan penggunaan buprenorphine dapat meningkatkan nafsu makan dan mengurangi reaksi hipersalivasi yang terjadi akibat rasa nyeri yang cukup hebat pada kucing dengan FCGS. Surgical treatment pada kasus ini adalah dengan cara menginsisi dan mengambil jaringan yang mengalami inflamasi. Kucing Mix Domestic Long Hair betina steril dengan berat 2.9 kg, berusia 4 tahun datang dengan keluhan keluar cairan putih berbau dari mulut sehingga mengotori rambut di area wajah, leher, dan kaki depan. Lidah menjulur keluar serta tidak bisa dimasukkan kembali ke dalam mulut. Kucing tersebut memiliki nafsu makan yang baik untuk pakan jenis pakan basah akan tetapi memiliki kesulitan dalam mengonsumsi pakan kering. Berdasarkan hasil anamnesa, kucing tersebut mengalami gingivitis berat selama 12 bulan. Hasil pemeriksaan fisik, kucing mengalami hipersalivasi bercampur pus serta halitosis yang berlebihan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka kucing tersebut didiagnosis mengalami feline chronic gingivostomatitis. Tindakan yang diambil untuk mengurangi rasa sakit yang berlebih dengan cara timdakan operatif, yang sebelumnya dilakukan tindakan pemeriksaan hematologi dan kimia darah. Hasil yang diperoleh adalah nerkosis pada intratumoral, terdapat infiltrasi sel radang hampir di seluruh wilayah, dan terdapat bentukan abnormal pada struktur nucleus. Surgical treatment pada kasus ini adalah dengan menginsisi dan mengambil jaringan yang mengalami inflamasi. Hal ini dipilih karena dinilai bisa mengurangi terjadinya inflamasi dan hipersalivasi yang berlebihan. Adapun tindakan lain yang dapat membantu penyembuhan FCGS adalah dengan melakukan tindakan dental extraction disertai dengan pemberian terapi interferon omega.Terjadinya Feline Chronic Gingivostomatitis (FCGS) menunjukkan gejala yang cukup terlihat mulai dari nafsu makan menurun bahkan sampai hipersalivasi. Tindakan terapi FCGS perlu memperhatikan karena banyak faktor, antara lain adalah pain management, buprenorphine sebagai analgesik opioid yang cukup efektif diberikan pada kucing yang menderita oral disease. Dengan penggunaan buprenorphine dapat meningkatkan nafsu makan dan mengurangi reaksi hipersalivasi yang terjadi akibat rasa nyeri yang cukup hebat pada kucing dengan FCGS. Surgical treatment pada kasus ini adalah dengan cara menginsisi dan mengambil jaringan yang mengalami inflamasi. Kucing Mix Domestic Long Hair betina steril dengan berat 2.9 kg, berusia 4 tahun datang dengan keluhan keluar cairan putih berbau dari mulut sehingga mengotori rambut di area wajah, leher, dan kaki depan. Lidah menjulur keluar serta tidak bisa dimasukkan kembali ke dalam mulut. Kucing tersebut memiliki nafsu makan yang baik untuk pakan jenis pakan basah akan tetapi memiliki kesulitan dalam mengonsumsi pakan kering. Berdasarkan hasil anamnesa, kucing tersebut mengalami gingivitis berat selama 12 bulan. Hasil pemeriksaan fisik, kucing mengalami hipersalivasi bercampur pus serta halitosis yang berlebihan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka kucing tersebut didiagnosis mengalami feline chronic gingivostomatitis. Tindakan yang diambil untuk mengurangi rasa sakit yang berlebih dengan cara timdakan operatif, yang sebelumnya dilakukan tindakan pemeriksaan hematologi dan kimia darah. Hasil yang diperoleh adalah nerkosis pada intratumoral, terdapat infiltrasi sel radang hampir di seluruh wilayah, dan terdapat bentukan abnormal pada struktur nucleus. Surgical treatment pada kasus ini adalah dengan menginsisi dan mengambil jaringan yang mengalami inflamasi. Hal ini dipilih karena dinilai bisa mengurangi terjadinya inflamasi dan hipersalivasi yang berlebihan. Adapun tindakan lain yang dapat membantu penyembuhan FCGS adalah dengan melakukan tindakan dental extraction disertai dengan pemberian terapi interferon omega

    Operasi Pengangkatan Batu Kandung Kemih Pada Anjing Mini Pomeranian

    Get PDF
    Urolithiasis is a common disease affecting the urinary tract, including the bladder. This disease is characterized by the presence of formed stones in the urinary tract. A five years old female mini Pomeranian dog with a bodyweight of 5 kg was complaint with anorexia, oliguria, and hematuria. The result of the physical examination by palpation is a distended abdominal area. The supporting examination was carried out in the form of an ultrasound examination (USG). The results of ultrasound examination showed a hyperechoic colored foreign object with an oval shape with smooth edges at the base of the bladder and resulted in acoustic shadowing at the bottom of the calculi. In addition, the hematology analysis exhibited granulocytosis, leukocytosis, and increase Alkaline Phosphatase (ALKP). The dog was diagnosed with urolithiasis with the prognosis of Fausta. The cystotomy surgery was performed to remove the bladder stone. Postoperative therapy is Cefixime, Cystaid®, Fibumin®, dan Coatex®. The healing showed good progress in 5 days.Urolithiasis adalah penyakit umum yang mempengaruhi saluran kemih, termasuk kandung kemih. Penyakit ini ditandai dengan adanya batu yang terbentuk di saluran kemih. Anjing Mini Pomeranian betina umur 5 tahun dengan berat badan 5 kg mengeluh anoreksia, oliguria, dan hematuria. Pemeriksaan fisik dengan palpasi pada daerah perut, anjing merintih kesakitan dan mengalami distensi abdomen. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan ultrasonografi (USG). Hasil pemeriksaan USG menunjukkan benda asing berwarna hyperechoic dengan bentuk oval dengan tepi halus di dasar kandung kemih dan menghasilkan bayangan akustik di bagian bawah batu. Selain itu, analisis hematologi menunjukkan granulositistosis, leukositosis, dan peningkatan Alkaline Phosphatase (ALKP). Anjing didiagnosis dengan urolitiasis dengan prognosis Fausta. Operasi cystotomi dilakukan untuk menghilangkan batu kandung kemih. Terapi pasca operasi adalah pemberian antibiotik Cefixime, Cystaid®, Fibumin®, dan Coatex®. Penyembuhan menunjukkan kemajuan yang baik dalam 5 hari

    MOLECULAR IDENTIFICATION OF SARCOPTES SCABIEI VAR. CUNICULI FROM SURABAYA AND MALANG REGIONS OF EAST JAVA

    Get PDF
    Scabies is a zoonotic skin disease caused by Sarcoptes scabiei mites. As an emerging/re-emerging parasitic disease, scabies represents a significant global threat to both human and animal health. Numerous cases of scabies in Indonesia have been reported, which support research on the prevalence of S. scabiei. However, most such studies have involved conventional morphological studies, with limited molecular diagnostic studies. The purpose of the present study was the genetic characterization of S. scabiei var. cuniculi in domestic rabbits to generate baseline genotypic data. S. scabiei var. cuniculi was isolated and identified from scabies-infected rabbits from the Surabaya and Malang regions of East Java. Molecular identification was performed using Polymerase Chain Reaction (PCR) using specific primers targeting the COX1 gene. We performed COX1 PCR using rabbit isolates of S. scabiei from Indonesia. To the best of our knowledge, no such study had been reported previously. This study was performed in the Laboratory of Veterinary Parasitology, Faculty of Veterinary Medicine and the Tropical Disease Diagnostic Center Laboratory, Universitas Airlangga. The results with agarose gel electrophoresis revealed a 289 bp PCR product amplified from the DNA of S. scabiei isolates from both Surabaya and Malang in accordance with the expected COX1 amplicon size, that indicated a single band 289 bp in length, demonstrating specific detection of S. scabiei var. cuniculi from Surabaya and Malang using COX1 primers. The results were consistent with the calculated amplicon size based on primer positions within the COX1 locus, with the forward primer spanning nucleotides 61–94, and the reverse primer spanning nucleotides 331–350 ( 350 − 61 = 289 bp).  PCR genotyping of the isolates yielded an identical nucleotide length of 289 bp. Further studies are required to sequence the amplified fragments for homology assessment

    Asites dan Hypoalbuinemia Pada Kucing Mix Domestic Long Hair

    Get PDF
    Ascites is a clinical manifestation of a disease with fluid leaking into the abdominal cavity either transudate or exudate. Cat has symptoms of abdominal distension and pallor of the gingival mucosa but the general condition is still good. Paracentesis is performed to remove fluid and perform fluid checks as well as blood and blood chemistry tests to support the diagnosis. The fluid released is in the form of a transudate (clear and liquid), blood examination reveals anemia, blood chemistry examination only shows a low albumin level (hypoalbuminemia), then the diagnosis is established ascites due to hypoalbuminemia. Mola's cat was hospitalized with diuretic therapy (furosemide), Hematodin® injection, Catosal® injection, albumin supplement (Fibumin), Hepacartine supplement, Amoxicillin and Clavulanate Potassium antibiotics, and anti-inflammatory and antipyretic Tolfenamic Acid and paracentesis (puncture). During the hospitalization showed progress in the cat, the decrease in fluid was marked by a decrease in the size of the abdomen in the cat, although it took a long time. There was no deterioration in the condition during hospitalization. The fever that appears can be controlled by giving tolfenamic acid and the temperature is still normal until now.Asites adalah sebuah manifestasi klinis dari sebuah penyakit dengan adanya cairan yang bocor ke dalam rongga abdomen baik transudat maupun eksudat. Kucing memiliki gejala distensi abdomen dan kepucatan pada mukosa ginggiva namun kondisi umum masih bagus. Tindakan paracentesis dilakukan untuk mengeluarkan cairan dan melakukan pemeriksaan cairan serta pemeriksaan darah dan kimia darah dilakukan untuk menunjang diagnosa. Cairan yang dikeluarkan berupa transudat (bening dan cair), pemeriksaan darah didapatkan adanya anemia, pemeriksaan kimia darah hanya menunjukan tingkat albumin yang rendah (hipoalbuminaemia), maka diagnosa ditetapkan asites akibat hipoalbuminaemia. Kucing Mola di rawat inap dengan terapi diuretik (furosemid), Hematodin® injeksi, Catosal® injeksi, suplemen albumin (Fibumin), suplemen Hepacartine, antibiotik Amoxicillin dan Clavulanate Potassium, dan antiinflamasi dan antipiretik Tolfenamic Acid serta tindakan paracentesis (pungsi). Selama rawat inap menunjukan adanya perkembangan pada kucing, berkurangnya cairan ditandai dengan adanya berkurangnya ukuran abdomen pada kucing walaupun membutuhkan waktu yang lama. Tidak terdapat penurunan kondisi selama rawat inap. Demam yang muncul dapat dikendalikan dengan pemberian tolfenamic acid dan kondisi suhu masih normal hingga saat ini

    PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH DAN TRANSFUSI DARAH PADA KUCING DAN ANJING SECARA GRATIS DI RUMAH SAKIT HEWAN PENDIDIKAN WEKA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

    Get PDF
    Pemeriksaan golongan darah kucing merupakan hal penting sebagai salah satu screening awal jika ingin melakukan transfusi darah pada kucing. Transfusi darah dilakukan pada pasien yang membutuhkan atau dalam keadaan darurat seperti anemia berat, infeksi parasit darah, atau dalam keadaan traumatik yang menyebabkan adanya pendarahan hebat. Transfusi darah dapat meningkatkan prosentase keselamatan pasien yang menderita kejadian tersebut. Pada saat transfusi darah, wajib menyiapkan pendonor dan resipien yang sudah terseleksi dengan ketat, antara lain dalam keadaan sehat, bebas parasit darah, bebas infeksi Feline Immunodeficiency Virus dan Feline Leukimia Virus, dan indoor life

    MOLECULAR IDENTIFICATION OF SARCOPTES SCABIEI VAR. CUNICULI FROM SURABAYA AND MALANG REGIONS OF EAST JAVA

    No full text
    Scabies is a zoonotic skin disease caused by Sarcoptes scabiei mites. As an emerging/re-emerging parasitic disease, scabies represents a significant global threat to both human and animal health. Numerous cases of scabies in Indonesia have been reported, which support research on the prevalence of S. scabiei. However, most such studies have involved conventional morphological studies, with limited molecular diagnostic studies. The purpose of the present study was the genetic characterization of S. scabiei var. cuniculi in domestic rabbits to generate baseline genotypic data. S. scabiei var. cuniculi was isolated and identified from scabies-infected rabbits from the Surabaya and Malang regions of East Java. Molecular identification was performed using Polymerase Chain Reaction (PCR) using specific primers targeting the COX1 gene. We performed COX1 PCR using rabbit isolates of S. scabiei from Indonesia. To the best of our knowledge, no such study had been reported previously. This study was performed in the Laboratory of Veterinary Parasitology, Faculty of Veterinary Medicine and the Tropical Disease Diagnostic Center Laboratory, Universitas Airlangga. The results with agarose gel electrophoresis revealed a 289 bp PCR product amplified from the DNA of S. scabiei isolates from both Surabaya and Malang in accordance with the expected COX1 amplicon size, that indicated a single band 289 bp in length, demonstrating specific detection of S. scabiei var. cuniculi from Surabaya and Malang using COX1 primers. The results were consistent with the calculated amplicon size based on primer positions within the COX1 locus, with the forward primer spanning nucleotides 61–94, and the reverse primer spanning nucleotides 331–350 ( 350 − 61 = 289 bp).  PCR genotyping of the isolates yielded an identical nucleotide length of 289 bp. Further studies are required to sequence the amplified fragments for homology assessment

    Acute Moist Dermatitis Suspected with Blood Parasite Infection in Cat

    No full text
    Abstract    Background: The causes of cases of Acute Moist Dermatitis (AMD) or also known as hotspots are numerous. Early AMD is accompanied by symptoms of pruritus or different behaviors triggered by itching such as scratching or licking. Many causes of pruritus in cats such as hypersensitivity dermatitis, ectoparasites, fungal infections, bacterial infections, or skin reactions to systemic diseases. Gradually clinical symptoms will occur alopecia and erythema because it is very itchy, moist and smells on the surface of the skin. Case Description: A male Persian cat, 1.6 years old and weighing 3.4 kg, presented with a history of pruritus, alopecia, erythema and wet skin in several locations, especially around the neck, and had been present for 3 months. Appetite to eat and drink is not very good because the cat is busy scratching and biting its fur due to excessive itching. Examination Results and Treatments: After clinical examination and microscopic examination of samples, the main trigger in this case was furmite in a cat, Lynxacarus radovskyi with secondary bacterial infection causing Acute Moist Dermatitis (AMD). Not only that, ectoparasites in this case also cause other systemic diseases, namely suspicion of blood parasites that cause thrombocytopenia as evidenced by the results of a Complete Blood Count (CBC), and is characterized by clinical symptoms of hematuria and epistaxis. This cat underwent intensive treatment for several weeks with several combinations of drugs such as antiparasitics, antibiotics. antihistamines, NSID and vitamins. Conclusion: Thi
    corecore