14 research outputs found

    Study Deskriptif Pembuatan Sunai Pondok Kandang Muko Muko Provinsi Bengkulu

    Get PDF
    This research focuses on the traditional musical instrument called Sunai, which is a wind and melodic instrument made from telang Kapa bamboo. The study aims to explore the organology of Sunai, including the manufacturing concepts, materials, processes, and sound production techniques. A qualitative research method with an ethnomusicological approach was employed.The research reveals that Sunai making involves several stages, such as material selection, drying, cutting, and creating tone holes according to the artist's preferences. Sunai is classified as an aerophone instrument, producing sound through the air. The instrument is commonly played during public events like weddings and the annual Gandai Dance, typically performed at night after the Isha prayer and concluding before dawn. This study specifically examines Mr. Ma'rup's unique technique in making Sunai, which differentiates his instruments from those made by other artisans. The findings highlight the distinctive characteristics of Mr. Ma'rup's Sunai. The research findings contribute to a deeper understanding of Sunai as a traditional musical instrument and its significance in the cultural heritage of Bengkulu

    EKSISTENSI GONDANG OGUANG DI DESA LUBUK BENDAHARA KECAMATAN ROKAN IV KOTO KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

    Get PDF
    Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data di lapangan seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi serta dianalisis secara interaktif dan berlansung secara terus pada tahap penelitian hingga sampai tuntas. Aktifitas dalam analisis data reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana eksistensi kesenian Gondang Oguang yang ada di Desa Lubuk Bendahara, bagaimana fungsi Gondang Oguang di Desa Lubuk Bendahara, serta untuk mengetahui pandangan masyarakat Desa Lubuk Bendahara tentang kesenian Gondang Oguang. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Gondang Oguang di Desa Lubuk Bedahara masih tetap eksis sampai sekarang. Eksistensi Gondang Oguang yang ada di Desa Lubuk Bendahara disebabkan oleh kehadiran Gondang Oguang tidak dapat digantikan oleh kesenian lain dalam upacara adat yang ada di Desa Lubuk Bendahara. Dalam sebuah perhelatan, bagi masyarakat pribumi Desa Lubuk Bendahara jika tidak ditampilkan Gondang Oguang, perhelatan tersebut dianggap tidak meriah.

    BAKAYAIK DALAM UPACARA KEMATIAN MAATUIH HARI DI NAGARI ANDURING KEC. 2X11 KAYUTANAM KAB. PADANG PARIAMAN

    Get PDF
    Bakayaik adalah suatu seni vocal bernafaskan Islam yang rutin dilakukan saat upacara memperingati seratus hari meninggalnya seseorang, dalam masyarakat Nagari Anduring Kecamatan 2X11 Kayutanam Kabupaten Padang Pariaman. Pada malam maatuih hari dipertunjukan kesenian badikie dan ratik tagak kemudian dilanjutkan dengan bakayaik dan diakhiri dengan do’a mauluik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bakayaik dalam maatuih hari, dengan metode kualitatif memakai pendekatan sosial antropologis. Aspek-aspek yang dikaji meliputi konteks dan teks serta gaya bakayaik dalam kebudayaan Minangkabau, khususnya seni bernuansa Islam dalam masyarakat “kaum kuno” di Padang Pariaman. Hasil penelitian ini adalah terbentuknya suatu kelompok musik bakayaik disebabkan adanya waktu luang diantara lagu-lagu yang ada atau panjangnya jedah dalam pertunjukkan dikie mauluik pada upacara kematian maatuih hari. Ditinjau dari struktural pertunjukkannya bakayaik adalah menceritakan riwayat Nabi Muhammad Salallahu’Alaihi Wa Sallam mulai dari dalam kandungan ibunya sampai dengan perjuangan Nabi meneggakkan Islam. Adapun teks dari bakayaik tersebut terdiri dari bahasa Arab dan bahasa Minang

    Dendang Baruah Andiang dalam Potoguran di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan

    Get PDF
    -Dendang baruah andiang merupakan lagu Tradisi Minangkabau yang termasuk ke dalam kelompok dendang darek yang digunakan untuk kegiatan Potoguran di Nagari Banja Loweh, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Lima Puluh Kota. Kegiatan Potoguran merupakan kegiatan padukunan yang gunanya untuk mencelakai orang lain terutama dalam dunia percintaan. Teks yang digunakan adalah teks yang berbentuk pantun yang isinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan dunia pedukunan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dendang baruah andiang dalam kegiatan potoguran dengan menggunakan metode kualitatif serta memakai pendekatan deskriptif. Aspek-aspek yang dikaji meliputi, teks, konteks, bentuk  serta fungsi dendang Baruah Andiang terhadap kegiatan potoguran tersebut, untuk membahas bentuk penulis menggunakan teori bentuk dari A.A Djelantik, bentuk yang dikemukakan oleh Djelantik ada bentuk kongkret dan ada bentuk abstrak, bentuk konkret terdiri dari: saluang, peniup saluang, tukang dendang, tempat dan lainnya, sedangkan untuk membahas fungsi penulis menggunakan teori fungsi dari alam P Mariam yang mana dalam teorinya terdapat 10 fungsi, akan tetapi dalam 10 fungsi tersebut terdapat 5 fungsi yang berhubungan dengan fungsi dendang baruah andiang dalam kegiatan Potoguran diantaranya: fungsi komunikasi, fungsi reaksi jasmani, fungsi jati diri, fungsi estetis dan fungsi kepercayaan.

    Dzikrullah Sebagai Sumber Kreativitas Musik Genre Melayu Bernuasa Islam

    Get PDF
    Dzikrullah merupakan karya yang terinspirasi dari ritual keagamaan Ratik Togak yang terdapat di daerah Kuantan Singingi Provinsi Riau. Ratik togak merupakan kesenian ritual bernuansa Islami yang gunanya untuk mengingat kebesaran Allah SWT dengan cara  Zikir bersama. Amalan zikir dan tahlil ini dilakukan masyarakat sambil berdiri yang pembacaannya dilakukan bersama dengan cara berulang-ulang yang terlebih dahulu diawali oleh Mursyid dengan tempo yang lambat kemudian dilakukan bersama-sama dengan tempo yang semakin lama semakin cepat dan kembali berubah kepada tempo yang lambat. Ratik Togak memiliki dua bentuk irama atau melodi yang dimainkan secara berulang ulang dari awal sampai akhir pertunjuka. Berdasarkan pengamatan, terhadap melodi Ratik Togak pengkarya menemukan bentuk tangga nada minor harmonis, tangga nada minor harmonis ini adalah salah satu skala minor, yang tersusun oleh delapan not. Interval antara not yang berurutan dalam skala minor harmonis adalah 1- ½,-1-1- ½- 1 ½, -½. Sebagai contoh skala minor harmonis adalah A-B-C-D-E-F-GIS-A. Modus ini akan menjadi ide utama bagi pengkarya untuk menciptakan sebuah bentuk garapan komposisi baru yang akan digarap dengan menggunakan  pendekatan Populer dengan Genre Melayu, tanpa menghilangkan unsur spiritual tradisi tersebut sehingga memenuhi standar sebuah seni pertunjukan sesuai dengan selera masa kini.Kata Kunci: Ritual; Ratik Togak; Agama Islam; Zikir     ABSTRACTDzikrullah is a work inspired by the religious ritual of Ratik Togak located in the Kuantan Singingi area of Riau Province. Ratik togak is a ritual art with Islamic nuances which is useful for remembering the greatness of Allah SWT by means of dhikr together. The practice of remembrance and tahlil is done by the community while standing, whose readings are carried out together in a repetitive way which is first initiated by the Mursyid at a slow tempo then carried out together with a tempo that is getting faster and faster and returns to a slow tempo. Ratik Togak has two forms of rhythm or melody that are played repeatedly from the beginning to the end of the performance. Based on observations, the composer found the Ratik Togak melody in the form of a harmonic minor scale, this harmonic minor scale is one of the minor scales, which is composed of eight notes. The interval between successive notes in the harmonic minor scale is 1- ,-1-1- - 1 , -½. An example of a harmonic minor scale is A-B-C-D-E-F-GIS-A. This mode will be the main idea for the artist to create a new form of composition that will be worked on using the Popular approach with the Malay Genre, without losing the spiritual element of the tradition so that it meets the standards of a performing art according to today's tastes.Keywords : Ritual; Ratik Togak; Islam; dhikr

    Fungsi Dikia Baruda pada Acara Sunat Rasul (Khitanan) di Nagari Andaleh Baruh Bukit Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan fungsi dikia baruda pada acara sunat rasul di Nagari Andaleh Baruh Bukit Kecamatan Sunagayang Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Pertunjukan kesenian dikia baruda sebagai produk budaya masyarakat ditampilkan pada acara arak-arakan dan dalam posisi duduk dalam masjid, mushallah dan rumah penduduk. Penelitian ini menggunakan metode kulitatif dengan pendekatan deskriptif analisis dengan mendata langsung kelapangan. Teori yang digunakan adalah teori fungsi yang di kemukakan oleh Allan P. Merriam dan RM. Soedarsono, adapun teori bentuk yang digunakan adalah teori yang dikemukakan ole Djelantik.  Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menujukan bahwa bentuk pertunjukan kesenian dikia baruda ditinjau dari segi penyajiannya menggunakan, instrument rabano dan vocal yang melantukan syair puji-pujian kepada Allah SWT dan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Selajutnya fungsi pertunjukan dikia baruda pada acara sunat rasul adalah, menyangkut emosional, penghayatan estetis, hiburan, komunkasi, sebagai sarana upacara, sebagai hiburan, dan sebagai sarana tontonan.Kata kunci: Dikia Baruda, Sunat Rasul, Fungsi, BentukABSTRACT This study aims to describe the function of dikia baruda at the apostle circumcision event in Nagari Andaleh Baruh Bukit, Sunagayang District, Tanah Datar Regency, West Sumatra Province. The art performances of Dikia Baruda as a cultural product of the community are displayed at processions and in a sitting position in mosques, prayer rooms and people's homes. This study uses a qualitative method with a descriptive analysis approach by collecting data directly from the field. The theory used is the function theory proposed by Allan P. Merriam and RM. Soedarsono, the theory of form used is the theory proposed by Djelantik. Data collection techniques were carried out by literature study, observation, interviews and documentation. The results of the study indicate that the art form of Dikia Baruda in terms of presentation uses rabano and vocal instruments that sing praises to Allah SWT and glorify the Prophet Muhammad SAW. Furthermore, the function of the dikia baruda performance at the circumcision of the apostle is related to emotional, aesthetic appreciation, entertainment, communication, as a means of ceremony, as entertainment, and as a means of spectacle.Keywords: Dikia Baruda, Apostle Circumcision, Function, For

    Siginyang Saluang Pauh dalam Menembus Perkampungan Seni di Kota Padang

    Get PDF
    Saluang Pauh adalah salah satu bentuk alat musik tiup Minangkabau di kota Padang. Secara tradisi Saluang Pauh akan tampil dikala ada kaba yang akan diiringi. Artinya penampilan Saluang Pauh berfungsi sebagai pengiring kaba atau saluang tidak akan tampil secara tunggal. Kaba merupakan salah satu seni tutur mengisahkan berbagai pola kehidupan masyarakat Minangkabau. Siginyang Saluang Pauh terinspitasi dari imbauan Saluang Pauh sebelum masuk kaba. Garitiak dari melodi yang dilahirkan peniup Saluang Pauh seolah-olah menghimbau masyarakat Minangkabau agar menoleh ke belakang sebelum melanjutkan perjalanan sejauhmana berjalan dan jangan lupakan kampung halaman sesuai dengan falsafah Minangkabau “satinggi tinggi tabang bangau, jatuah ka kubangan juo”. Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai seni yang terdapat dalam pertunjuan Saluang Pauh dan mengkabarkan kepada anak negri sendiri agar dapat mencintai seni budaya sendiri agar jangan hilang ditelan masa serta menciptakan sebuah komposisi musik baru yang diproses dari jalinan melodi Saluang Pauh. Proses penelitian dan penciptaan Komposisi musik dilakukan dengan tahapan pengumpulan data, validasi data dengan instrumen, penulisan struktur pertunjukan serta membuat notasi dasar beberapa irama Saluang Pauh dan notasi pengembangan. Penelitian Komposisi musik Siginyang Saluang Pauh menggunakan metode penelitian yang kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan Deskriptif Analitif, dengan tahapan (1) Observasi dan studi pustaka, (2) Riset ke lokasi di mana Saluang Pauh tumbuh dan berkembang. (3) Interpretasi dan eksperimentasi yang menghasilkan pola interpretasi penelitian ini dilakukan selama lebih kurang satu bulan

    Tradisi Bakaba Dalam Rabab Pasisia: Sebuah Adaptasi Menjadi Film

    Get PDF
    Tulisan ini berisi tentang ruang ekspresi penuturan kaba dan aspek musikal rabab Pasisia, pada bagian pasambahan kaba Gadih Basanai. Secara musikal pergerakan melodi rabab dan melodi dendang, cendrung mengisi introduction lagu, interlude, “antaran” dari satu suasana ke suasana lain, memperdalam kesan musikal kesedihan  yang disampaikan melalui teks atau syair; melodi dendang adalah melodi dari tuturan tukang rabab menyampaikan cerita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :1) pencatatan teks kaba Gadih Basanai; 2) Observasi penampilan kaba dan kultur masyarakat ; 3) Wawancara dengan penutur kaba dan masyarakat; 4) Studi Pustaka mengenai tulisan maupun format lain yang berhubungan dengan kaba Gadih Basanai. Bentuk garis melodi (contour) kaba Gadih Basanai dalam hal ini gerak melodi yang mengarah pada nada orientasi (nor) menjadi penting, karena kehadiran pergerakan melodi frase-frase melodis berorientasi pada nada-nada tertentu sebagai batas wilayah nada terpakai yang menuju pada nada orientasinya. Penelitian ini juga memperlihatkan kaba Gadih Basanai mengalami perbedaan atau perubahan sesuai dengan pengalaman hidup dan era hidup penuturnya. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pemikiran mengenai pengembangan tradisi bakaba serta pengembangan film Indonesia. Key Woord: Tradisi Bakaba, Adaptasi, Fil

    Indang Tigo Sandiang: A Representation of the Education System of the Surau Packaged in the Form of a Performing Art in Padang Pariaman,West Sumatera, Indonesia

    Get PDF
    The goal of this article is to investigate indang tigo sandiang as a representation of the education system of the surau packaged in the form of a performing art. Indang is a musical instrument belonging to the class of membranophones – a type of tambourine which the people of Pariaman call the rapa’i. Tigo sandiang (three sides) refers to the formulation of the performance which originates from three indang genres or associations that are found in the Pariaman community and known asguguih (group). These guguih are: (1) Guguih Kulipah (Khalifah) Husein; (2) Guguih Kulipah (Khalifah) Mak Amuik; and (3) Guguih Kulipah (Khalifah) Tan Karim. Each of the threeguguihhas its own strengths and advantages in terms of its religious understanding; the three guguih are a representation of the education system of the surau (a religious center used for worship and religious instruction). In sociological and religious terms these guguih are involved in a psychological conflict that has been conditioned; it is impossible for them to be united since they exist within three different conceptions. Philosophically, the ideology in the education system of the surau is the foundation of the concept of indang tigo sandiang that emerged in the Pariaman community. As an art text – a performance – it consists of three dimensions, namely literature, music, and “dance”. It is representation in the sense of “an act of presenting something through something else or something that exists outside of itself, usually in the form of a sign or a symbol” – in this case through the education system of the surau. The education system of the surau is characterized by its specialization on the knowledge of Islam and Sufism – kaji tarekat. In the context of the performing arts, indang tigo sandiang is an arena for different indang groups to test the performers’ skills in verbal art. The texts used in indang tigo sandiang are filled with satire, analogies, allusions, allegories, metaphors, aphorisms, music, and “dance”. Keywords: Indang Tigo Sandiang, representation, education system of the surau, performing art, Padang Pariama

    ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN DIKIA RABANO DI NAGARI TEPI SELO KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR

    No full text
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis  tekstual dan struktur penyajian Dikia Rabano. Tulisan ini mengungkap teksual  Dikia Rabano , yaitu analisis teks atau syair lagu-lagu pada pertunjukan Dikia Rabano dan mengungkapkan struktur dan nilai-nilai yang terdapat pada  tekstual Dikia Rabano sebagai realitas budaya, yang tak dapat dipisahkan dari eksistensi masyarakat Minangkabau sebagai penyangga kebudayaan. Teks merupakan salah satu unsur yang dominan dalam pertunjukan Dikia rabano. Sebagai instrumennya adalah alat musik Dikia Rabano.  Metode yang digunakan metode kualitatif analisis yang menggunakan teori etnomusikologis dengan melakukan wawancara kepada beberapa orang tokoh seniman. Hasil yang dicapai adalah dapat mengungkapkan tentang analisis tekstual  tentang hubungan musik  dan teksnya, dimana teks yang dinyanyikan sesuai dengan kebutuhan musikalnya. Untuk itu perlu adanya penambahan, pengurangan dan pengulangan kata, suku kata serta kalimat melalui tek
    corecore