12 research outputs found

    SALURAN DAN EFISIENSI PEMASARAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) DARI DESA CILUMPING KECAMATAN DAYEUHLUHUR KABUPATEN CILACAP SAMPAI KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran kopi robusta. Metode penelitian menggunakan survei. Daerah penelitian ditentukan secara purposive di Desa Cilumping Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap dilakukan pada bulan Januari hingga Oktober 2021. Responden ditentukan dengan menggunakan snowball sampling. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat 2 saluran pemasaran kopi robusta, yaitu saluran pemasaran I : Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar Rajadesa – Konsumen Antara, Saluran II : Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar Rancah – Pedagang Besar Rajadesa – Konsumen Antara. Fungsi pemasaran yang tidak dilakukan oleh pedagang pengumpul di saluran I dan saluran II yaitu fungsi pengolahan dan sortasi. Sedangkan untuk pedagang besar pada saluran I dan II tidak melakukan fungsi pengolahan kecuali untuk pedagang besar Rancah tidak melakukan fungsi sortasi. Biaya pemasaran saluran I dan saluran II masing-masing seharga Rp 1.104/kg dan Rp 1.179,5/kg. Keuntungan pemasaran saluran I dan saluran II masing-masing seharga Rp 1.896/kg dan Rp 1.820,5/kg. Margin pemasaran pada saluran I dan II sebesar Rp 3.000/kg. Distribusi margin saluran pemasaran I untuk biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran yaitu 36,8 persen dan 63,2 persen, saluran pemasaran II untuk biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran yaitu 39,3 persen dan 60,7 persen. Farmer’s share pada saluran I dan II adalah 85,7 persen. Saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II adalah saluran pemasaran yang efisien

    PENERAPAN TEKNOLOGI NANO BIO FERTILIZER PADA USAHATANI DI LAHAN DARAT DALAM RANGKA PENINGKATAN KEANEKARAGAMAN PANGAN LOKAL DAN KESEJAHTERAAN PETANI TALAS BENENG

    Get PDF
    Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk Pemberdayaan petani di lahan darat melalui Penerapan Inovasi Teknologi Nano Bio Fertilizer pada tanaman talas beneng, serta mendorong membuka peluang usaha di perdesaan, dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani. Adapun tujuan khusus dari kegiatan pengabdian ini adalah; 1) sosialisi teknologi nano bio fertilizer dalam budidaya talas beneng dimulai dari penyediaan sarana produksi, persiapan lahan dan pengelolaan pasca panen, serta penelusuran pasar untuk menyerap hasil produksi yang dihasilkan.. Adapun tujuan utama dari kegiatan ini adalah peningkatan kesejahteraan petani di lahan darat di wilayah Kabupaten Ciamis.Kegiatan pengabdian ini akan, dilaksakan secara berkala dengan menggunakan pendekatan pendekatan PRA Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan melalui sosialisai, coaching, dan praktek aplikasit inovasi teknologi nano bio fertilizer, serta pelatihan kepada para petani, khususnya berkaitan dengan manajeman agribisnis talas beneng yang dimulai dari penyediaan sarana produksi hingga ke pemasaran hasil produksi.Target keluaran dari kegiatan ini diharapkan dapat diterbitkan dalam jurnal pengabdian kepada masyarakat Univeritas Siliwangi, serta modul pemanfaatan Nano Bio Fertilizer dalam usahatani talas benen

    Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan di Kota Tasikmalaya

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi luas dan klasifikasi lahan pertanian pangan eksisting; identifikasi rata-rata luas lahan pertanian pangan yang beralih fungsi; identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian pangan; dan menyusun strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan di Kota Tasikmalaya.Berdasarkan hasil analisis, hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa luas lahan pertanian Kota Tasikmalaya 12.519 Ha, terdiri dari lahan sawah 5.993 Ha dan lahan pertanian bukan sawah 6.526 hektar. Berdasarkan sistem pengairannnya lahan sawah terdiri dari lahan sawah irigasi 5.055 hektar dan tadah hujan 938 hektar; Dalam periode waktu delapan tahun terakhir terjadi alih fungsi lahan sawah seluas 191 Ha. Faktanya dilapangan luas lahan pertanian yang beralih fungsi lebih luas lagi, karena cukup banyak satuan hamparan lahan sawah yang tidak tercatat beralih fungsi; Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu: yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal meliputi Faktor Teknis; Faktor Ekonomis dan Faktor sosial. Sementara faktor ekternal yang mempenagruhi alih fungsi lahan pertanian diantaranya adalah laju pertumbuhan penduduk, kebijakan pembangunan pemerintah (daerah) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Rekomendasi pengendalian alih fungsi lahan pertanian ini berbasiskan pada faktor-faktor yang menyababkan alih fungsi lahan pertanian tersebut

    PERSEPSI DAN MOTIVASI GENERASI MUDA MILENIAL TERHADAP PEKERJAAN DI SEKTOR PERTANIAN (Studi Kasus Peserta Program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) Universitas Siliwangi)

    Get PDF
    Generasi muda milenila saat ini mulai asing dengan pertanian, terlihat dengan semakin berkurangnya anak muda yang bekerja di sektor pertanian. Kurang tertariknya generasi muda terhadap pekerjaan di sektor pertanian salahsatunya disebabkan oleh persepsi mereka terhadap sektor pertanian yang kurang menjanjikan, sehingga minat untuk mengembangkan potensi pertanian bagi masa depan tidak tertanam dalam pola fikir generasi muda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui persepsi, motivasi dan ekspektasi generasi muda milenial terhadap pekerjaan di sektor pertanian; 2) Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab berkurangnya minat generasi muda milenial untuk bekerja di sektor pertanian. Penelitian dilakukan pada 42 orang lulusan Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi yang mengikuti program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) Kementerian Pertanian tahun 2018-2020 yang tersebar di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis dengan menggunakan Metode Survei. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang dikuantitatifkan. Hasil penelitian menunjukkan Persepsi dan motivasi generasi muda milenial yang mengikuti program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) terhadap pekerjaan di sektor pertanian termasuk kategori Tinggi. Sedangkan Ekspektasi generasi muda milenial yang mengikuti program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) terhadap pekerjaan di sektor pertanian termasuk kategori Sangat Tinggi. Faktor-faktor yang menjadi penyebab berkurangnya minat generasi muda milenial yang mengikuti program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) untuk bekerja di sektor pertanian terdiri dari Dukungan orang tua yang tidak sepenuhnya, Adanya rasa gengsi bekerja di sektor pertanian, Penghasilan yang tidak menentu, Membutuhkan modal yang besar, Membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih besar, Merasa tidak sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah ditempuh

    FAKTOR-FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan menyusun rekomendasi pengendalian alih fungsi lahan sawah di Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan adalah deskriptif survey. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Luas lahan pertanian Kota Tasikmalaya 12.519 hektar, terdiri dari lahan sawah 5.993 hektar dan lahan pertanian bukan sawah 6.526 hektar. Berdasarkan sistem pengairannnya terdiri dari sawah irigasi 5.055 hektar dan sawah tadah hujan 938 hektar. Selama tahun 2008-2015 tercatat alih fungsi lahan sawah seluas 222 hektar. Fakta dilapangan luas sawah yang beralih fungsi lebih luas dari yang tercatat, karena cukup banyak lahan sawah yang tidak tercatat resmi beralih fungsi. Faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan sawah terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi Faktor Teknis, Ekonomis dan Sosial. Sementara faktor eksternal meliputi laju pertumbuhan penduduk, kebijakan pembangunan pemerintah daerah yang secara spasial termuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Rekomendasi pengendalian alih fungsi lahan sawah disusun berbasiskan pada faktor-faktor yang menyebabkan alih fungsi lahan sawah tersebut

    KAJIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN DI KOTA TASIKMALAYA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi luas dan klasifikasi lahan pertanian pangan eksisting; identifikasi rata-rata luas lahan pertanian pangan yang beralih fungsi; identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian pangan; dan menyusun strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan di Kota Tasikmalaya.Berdasarkan hasil analisis, hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa luas lahan pertanian Kota Tasikmalaya 12.519 Ha, terdiri dari lahan sawah 5.993 Ha dan lahan pertanian bukan sawah 6.526 hektar. Berdasarkan sistem pengairannnya lahan sawah terdiri dari lahan sawah irigasi 5.055 hektar dan tadah hujan 938 hektar; Dalam periode waktu delapan tahun terakhir terjadi alih fungsi lahan sawah seluas 191 Ha. Faktanya dilapangan luas lahan pertanian yang beralih fungsi lebih luas lagi, karena cukup banyak satuan hamparan lahan sawah yang tidak tercatat beralih fungsi; Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu: yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal meliputi Faktor Teknis; Faktor Ekonomis dan Faktor sosial. Sementara faktor ekternal yang mempenagruhi alih fungsi lahan pertanian diantaranya adalah laju pertumbuhan penduduk, kebijakan pembangunan pemerintah (daerah) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Rekomendasi pengendalian alih fungsi lahan pertanian ini berbasiskan pada faktor-faktor yang menyababkan alih fungsi lahan pertanian tersebut

    Penyuluhan Budidaya Ikan Lele dalam Drum di Pekarangan Rumah untuk Meningkatkan Ketahanan Gizi Keluarga pada Masa Pandemi Covid-19

    Get PDF
    The purpose of this community service program is to provide counseling on catfish cultivation in the yard by using a drum. The catfish that are kept are expected to become food reserves, so that they can increase the nutritional security of the family. For partners who are interested in pursuing commercial catfish cultivation skills, there is the possibility of becoming a source of side income in this Covid-19 pandemic era. The method used is learning by doing counseling through lectures/discussions, practice and demonstrations. The results of activities can be reported, carried out according to the plan. There is a transformation of knowledge and skills. Partners are able to carry out catfish farming to strengthen family nutrition. Some of the partners are interested in cultivating catfish for commercial purposes. However, in terms of the implementation time of this service program, it has not been realized. Conclusion a. Increased knowledge and skills of partners in catfish farming; b Availability of protein sources to strengthen family food nutrition security; c. The creation of business opportunities for those who are interested in managing catfish farming on narrow land commercially.Tujuan program pengabdian masyarakat ini memberikan penyuluhan budidaya ikan lele di pekarangan rumah dengan menggunakan drum/ember. Ikan lele yang dipelihara diharapkan dapat menjadi cadangan pangan, sehingga dapat meningkatkan ketahanan gizi keluarga. Bagi mitra yang berminat menekuni keterampilan budidaya lele secara komersial, terbuka kemungkinan menjadi sumber pendapatan sampingan di era pandemik Covid-19 ini. Metode yang digunakan adalah penyuluhan learning by doing melalui ceramah/diskusi, praktek dan percontohan (demplot). Hasil kegiatan dapat dilaporkan, terlaksana sesuai perencanan. Terjadi transformasi pengetahuan dan keterampilan. Mitra mampu melaksanakan budidaya ikan lele untuk penguatan gizi keluarga. Ada diantara mitra yang berminat melakukan budidaya ikan lele untuk tujuan komersial. Namun sebatas waktu pelaksanaan program pengabdian ini belum direalisasikan. Kesimpulan a. Pengetahuan, keterampilan mitra dalam budidaya ikan lele bertambah; b Tersedianya sumber protein untuk penguatan ketahanan gizi pangan keluarga; c. Terciptanya peluang usaha bagi yang berminat mengelola budidaya ikan lele di lahan sempit secara komersial

    Pola pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewani Dari jenis ikan di indonesia

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola konsumsi serta menganalisis tingkat keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan hewani penduduk Indonesia menurut wilayah perkotaan dan perdesaan, kemudian mengidentifikasi peranan ikan dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewaninya. Metode penelitian menggunakan studi kasus yang merupakan bagian dari studi deskriptif dengan teknik studi literatur berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019-2020. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pola konsumsi pangan hewani di Indonesia pada tahun 2019-2020 adalah ikan-daging-telur-susu baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Tingkat keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan hewani di Indonesia masih belum ideal (PPH pangan hewani <24), dimana kelompok kategori rendah mendominasi masyarakat perdesaan sedangkan kelompok kategori cukup mendominasi masyarakat perkotaan. Pangan ikan berperan dalam upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewani di Indonesia baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah perdesaan, dimana tingkat konsumsi ikan merupakan yang tertinggi dibandingkan konsumsi pangan hewani lainnya

    HUBUNGAN LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DENGAN RENTABILITAS PADA KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

    Get PDF
    Keberhasilan sistem agribisnis didukung oleh koperasi sebagai salah satu lembaga penunjang agribisnis. Salah satu keberhasilan koperasi dapat dilihat dari produktivitas koperasi. Rentabilitas merupakan bagian pengukuran produktivitas koperasi. Rentabilitas pada Koperasi Peternakan Bandung Selatan dari tahun 2008 sampai 2017 mengalami penurunan dan dikategorikan tidak baik. Rentabilitas berhubungan dengan likuiditas dan solvabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas Koperasi Peternakan Bandung Selatan; menganalisis hubungan likuiditas, solvabilitas dengan rentabilitas Koperasi Peternakan Bandung Selatan; mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan rentabilitas Koperasi Peternakan Bandung Selatan. Metode penelitian adalah studi kasus. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dengan teknik pengambilan data wawancara dan dokumentasi. Data dianalisa menggunakan Koefisien Konkordans Kendall W dan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan likuiditas Koperasi Peternakan Bandung Selatan selama 10 tahun dari tahun 2008 sampai 2017 dikategorikan sangat tidak baik, sedangkan untuk solvabilitas dan rentabilitas dikategorikan tidak baik; terdapat hubungan likuiditas, solvabilitas dengan rentabilitas Koperasi Peternakan Bandung Selatan secara simultan. Secara parsial tidak ada hubungan yang signifikan antara likuiditas dengan rentabilitas dan ada hubungan yang kuat antara solvabilitas dengan rentabilitas Koperasi Peternakan Bandung Selatan; penurunan rentabilitas terjadi karena kenaikan SHU relatif jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan modal sendiri, aktivitas penjualan yang belum optimal, belum maksimalnya penggunaan modal untuk menciptakan penjualan, dan terlalu besarnya beban operasional serta beban lain-lain.
    corecore