15 research outputs found

    KARAKTERISASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT-BOROSILIKAT DIBUAT DENGAN TEKNIK PRESSURE SINTERING

    Get PDF
    Dewasa ini pemanfaatan biomaterial sudah sangat berkembang baik di dunia industri, olahraga bahkan dunia medis. Di dunia medis salah satu pemanfaataan material ini adalah untuk graft tulang atau untuk implan. Pemakaian biomaterial ini diharapkan mampu memperbaiki dan mengganti fungsi tulang yang ada, sehingga tulang dapat berfungsi normal. Selama ini untuk mengganti dan memperbaiki fungsi tulang dilakukan dengan dengan memanfaatkan material logam. Namun penggunaan logam ini memiliki beberapa kelemahan antara lain: harganya mahal, pemasangannya berjangka artinya dalam jangka tertentu harus dibuka kembali, bersifat korosif dan memberikan efek negatif lainnya. Untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki oleh material logam ini perlu dicari material alternatif yang dapat memperbaiki atau mengganti tulang manusia. Material alternatif sebagai pengganti tulang yang dipilih pada penelitian ini adalah serbuk tulang sapi (HAp), karena tulang sapi memiliki kandungan 93% adalah hidroksiapatit dan 7% tricalcium phosphate. Bahan alami ini sangat cocok bila digunakan sebagai bahan subtitusi tulang, sedangkan sebagai partikel pengikat digunakan borosilikat. Sepanjang pengetahuan kami belum ada penelitian tentang hidroksiapatit dengan borosilikat terutama tentang sifat fisis maupun mekaniknya. Sehingga perlu dilakukan dengan memvariasikan komposisi, gaya kompaksi tekanan dan temperatusr sintering. Dalam penelitian ini ditentukan karakteristik dari hidroksiapatit tulang sapi, kemudian dianalisa karakteristik material biokomposit hidroksiapatit-borosilikat, selanjutnya ditentukan dan dianalisa sifat mekanik material biokomposit hidroksiapatit dengan penambahan borosilikat dengan memvariasikan komposisi, kuat tekanan cetakan dan temperatur sintering. Pada penelitian ini dilakukan dua proses. Pertama adalah proses pembentukan material hidroksiapatit dari tulang sapi dan kedua yaitu pembentukan dan pengujian fisik serta mekanik komposit hidroksiapatit-borosilikat secara mekanik. Proses pertama dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu dengan mengekstrak hidroksiapatit dari tulang sapi. Tulang sapi dibersihkan untuk menghilangkan unsur pengotor yang tersisa pada tulang. Setelah itu dilakukan pemotongan dengan ukuran rata-rata 5 cm. Setelah dipotong tulang sapi tersebut direbus dalam panci/presto sampai mendidih selama 3 jam. Perebusan dimaksudkan untuk mengeluarkan sisa kotoran atau lemak yang ada pada tulang, kemudian dijemur. Tahap kedua adalah menghancurkan tulang sapi dengan mesin penghancur. Serbuk tulang sapi tersebut kembali direbus ulang untuk menghilangkan lemak dan protein-protein yang terkandung dalam serbuk tulang tersebut. Kemudian serbuk tulang di jemur sampai kering. Untuk mendapatkan ukuran serbuk yang seragam maka serbuk tersebut perlu diayak dengan ayakan ukuran yang tetentu. Tahap ketiga adalah proses kalsinasi. Kalsinasi dilakukan dalam sebuah tungku. Kalsinasi dilakukan pada temperatur 1000°C selama 3 dan 6 jam untuk mendapatkan hidroksiapatit tulang sapi. Tahap keempat adalah tahap pengujian karakterisasi. Karakterisasi dilakukan dengan alat XRD, FTIR dan SEM. Hal ini digunakan untuk melihat senyawa maupun struktur mikro dari senyawa yang terbentuk dari proses yang dilakukan ini Pembentukan dan pengujian komposit hidroksiapatit-borosilikat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: tahap pertama adalah tahapan untuk membentuk komposit hidroksiapatit-borosilikat dengan cara mencampur hidroksiaptit, SiO2 dan HBr dengan komposisi 90 :10, 85: 15, 80:20, 75:25 dan 70:30. Pencampuran dilakukan dengan bantuan ball milling dengan putaran 200 rpm, diameter bola 10 mm dengan jumlah 35 buah serta waktu pencampuran 60 menit. Tahap kedua proses pembentukan spesimen uji dengan bantuan alat uji tekan dibentuk menjadi pellet dengan ukuran diameter 10 mm, tinggi 10 mm dengan gaya kompaksi yang divariasikan sebesar 5 KN, 15 KN dan 25 KN. Tahap ketiga proses sintering, proses sintering ini dilakukan untuk membuat material komposit secara mikrostruktur menjadi lebih rapat dan dengan temperatur sintering terjadi proses pengikatan antara matrik dan filler dalam material komposit tersebut. Temperatur sintering yang digunakan adalah pada temperatur 800, 900 dan 1000°C selama 3 jam. Tahap ke empat adalah tahap pengujian baik pengujian karakterisasi dengan XRD, FTIR dan SEM untuk melihat senyawa maupun struktur mikro dari komposit yang terbentuk dari proses yang dilakukan. Tahap kelima adalah tahap pengujian baik fisik maupun mekanis dari komposit hidroksiapatit-borosilikat, sifat fisik yang diuji adalah sifat densitas dan porositasnya. Sementara untuk sifat mekanik yang diuji adalah kekuatan tekan sekalian dengan modulus elastisitasnya. Hasil analisis yang pada serbuk tulang sapi setelah dilakukan perlakuan mekanik yang berbeda dan dikalsinasi pada temperatur 1000°C selama 3 dan 6 jam ternyata hasil karakterisasi menunjukan yang didapat adalah hidroksiapatit tulang sapi dan sesuai dengan standar JCPDS 9-432. Sementara itu dalam pembentukan komposit hidroksiapatit-Borosilikat didapat hasilnya sebagai berikut: densitas yang dihasilkan dengan densitas terendah sebesar 0,00174 dan yang tertinggi 0,00376. Porositas yang tertinggi sebesar 59 % dan terendah sebesar 10 %. Nilai kekuatan tekan nilai tertinggi dihasilkan sebesar 52 MPa dan nilai modulus elastisitas yang maksimum adalah sebesar 6,492 GPa. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik hidroksiapatit tulang sapi yang dihasilkan sudah memenuhi standar hidroksiapatit yang ada. Densitas, porositas, kekuatan tekan dan modulus elastisitas yang dihasilkan dari pembentukan komposit hidroksiapatit-borosilikat ini dipengaruhi oleh temperatur sintering, gaya kompaksi dan komposisi dari borosilikat

    PELATIHAN PEMBUATAN PAVING BLOCK DARI SAMPAH PLASTIK KE JASA KEBERSIHAN KAMPUS

    Get PDF
    ABSTRACT Training on making paving blocks from plastic waste (colored and or clear bags) for cleaning services of campus 3 Universitas Bung has been conducted. The Community Service (PKM) aims to transfer knowledge and skills in the manufacture of paving blocks which have a higher selling value than plastic bag waste. The long-term goal of this program is to support the Padang City Government program to reduce the amount of waste to the Final Disposal Site and become a community business opportunity to increase sources of income. The methods used in this PKM are: 1) preparation of socialization activities, and 2) counseling and training. The campus cleaning service is enthusiastic about this activity and considers that the training adds to their insight in the utilization of plastic waste into paving blocks, which they never knew about that

    Identifikasi Makna Kafa’ah Dalam Perkawinan

    Get PDF
    Kafa'ah is one of the important things in marriage, this is intended to produce harmony in the household so that it can be nurtured and the creation of a happy and harmonious household. Islam provides guidelines for choosing a partner based on four important criteria, namely religion, wealth, descent, and beauty. The different views were expressed by community leaders in Gampong Lada Village, namely expanding the meaning of kafa'ah in marriage by adding educational, position and job criteria in interpreting the meaning of kafa'ah. The problem in this thesis is how the meaning and criteria of kafa'ah in marriage and how the community leaders of Gampong Lada interpret kafa'ah and its criteria in marriage. The type of research used by the author in compiling this thesis is descriptive qualitative research. The results of this study indicate that the community leaders of Gampong Lada Village are very understanding about the meaning of kafa'ah in marriage, because the community leaders of Gampong Lada are very knowledgeable about religious knowledge. Gampong Lada community leaders interpret kafa'ah as equality, equivalence, and harmony between the prospective groom and the prospective bride when they want to get married. And the community leaders of Gampong Lada are of the view that for now the aspects of property, education, work, and position are very relevant in terms of kafa'ah, but even so, community leaders in Gampong Lada Village, Mutiara Timur District, and Pidie Regency do not rule out the religious aspect of the kafa issue. At this point, the community leaders of Gampong Pepper view that the religious aspect as the most important aspect of the meaning of kafa'ah in marriage

    Tata kelakuan di lingkungan pergaulan keluarga dan masyarakat setempat di daerah sumatera barat

    Get PDF
    Kebudayaan Nasional Indonesia yang tunggal dan baku belum ber-kembang sepenuhnya. Hal ini disebabkan oleh latar belakang kultural bangsa yang beraneka ragam dan bersifat majemuk yang terdapat di ke-pulauan Nusantara kita ini. Sementara nilai-nilai baru belum terbentuk dalam masa perkembangan masyarakat Indonesia yang semakin pesat, akibat mengalirnya pengaruh di berbagai bidang, nilai-nilai lama men-jadi pudar dan aus, sehingga masyarakat kita sering kehilangan pegangan dalam memilih arati tujuan hidup bermasyarakat dan bernegara. Buku ini berisi tentang tata kelakuan di lingkungan pergaulan keluarga dan masyarakat setempat di daerah Sumatera Bara

    ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA MAKAR DIDALAM PUTUSAN NOMOR : 149/Pid.B/2018/PN.Mlg BERDASARKAN PRINSIP KEADILAN.

    Get PDF
    ADITYA GAMAL BURMAWI (141OOO179),TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA MAKAR DALAM PUTUSAN NOMOR : 149/Pid.B/2018/PN.Mlg. Dibawah bimbingan Buchari Said, S.H.,M.H. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan hukum pidana materil dalam tindak pidana makar Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian yuridis normatif dimana berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber pada bahan hukum sekunder berupa hasil penelitian, buku- buku teks, jurnal ilmiah, dan berita internet yang relevan dengan penelitian ini. Berdasarkan keterangan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan serta diperkuat dengan keterangan saksi-saksi, pendapat ahli, informasi dan dokumen, semua itu dapat dipandang saling berhubungan satu sama lain. Tindak pidana makar haruslah didasarkan kepada penilaian yang benar dan yang paling penting adil oleh hakim yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut dan tentunya tidak terlepas dari aspek latar belakang terpidana apakah sudah pernah melakukan tindak pidana atau belum pernah melakukan tindak pidana. Kata Kunci : Maka

    ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA JASA KEIMIGRASIAN (Studi Kasus di Kantor Imigrasi Semarang dan Surakarta)

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan di Kantor Imigrasi Semarang dan Surakarta, bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan para pengguna jasa keimigrasian terhadap pelayanan/kualitas jasa yang diberikan oleh Kantor Imigrasi Semarang dan Surakarta. Persepsi pengguna jasa terhadap kualitas jasa diukur dengan menggunakan 5 (lima) dimensi kriteria kualitas jasa atau skala servqual yang meliputi : kehandalan jasa (reliability), daya tanggap (responsiveness), keyakinan atas pelayanan (assurance), kepedulian (emphaty), dan wujud penampilan ( tangibles ), ditambah dua faktor eksternal yaitu consumer well being dan fasilitas pendukung. Model analisis yang digunakan adalah model regresi tinier berganda dari fungsi tingkat kepuasan pengguna jasa, dengan menggunakan data primer. Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para pengguna jasa di daerah penelitian sebnyak 160 responden dengan menggunakan metoda pemilihan responden secara acak berlapis (stratified random sampling), sedangkan populasinya adalah semua masyarakat pengguna jasa keimigrasian baik perorangan atau bukan perorangan ( perusahaan swasta/pemerintah dan biro perjalanan umum dan PJTKI ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekalipun kualitas pelayanan yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Semarang dan Surakarta relatip telah mengalami peningkatan yang cukup berarti, namun temyata masih terjadi kesenjangan pelayanan yang ditunjukkan oleh masih relatif banyaknya keluhan yang disampaikan oleh para pengguna jasa keimigrasian. Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya peningkatan tuntutan tingkat kepuasan pelayanan dari para pengguna jasa keimigrasian sejalan dengan semakin meningkatnya tingkat kesadaran hukum serta wawasan para pengguna jasa, di samping merupakan dampak dari berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti globalisasi, meningkatnya arus lalu lintas perjalanan luar negeri serta faktor-faktor Iainnya. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tingkat kepuasan para pengguna jasa keimigrasian (satisfae) dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor utama dengan urutan dominasinya sebagai berikut : wujud penampilan (TANGIB), kehandalan layanan (RELIA), faktor eksternal di luar kinerja keimigrasian (EXTERNAL), kepedulian (EMPHATY), dan ASSUR (keyakinan atas pelayanan yang diberikan). Variabel Responsiveness (RESPON) telah dikeluarkan dari estimasi karena mempunyai korelasi dengan variabel independen lainnya. Dengan demikian faktor yang paling menentukan tingkat kepuasan pengguna jasa keimigrasian pada Kantor Imigrasi Semarang dan Surakarta berada pada faktor internal dibanding faktor eksternalnya. Hal ini memberi implikasi bahwa upaya memperbaiki kualitas layanan jasa keimigrasian pada Kantor Imigrasi Semarang dan Surakarta harus diawali dari perbaikan faktor internnya baru kemudian faktor eksternnya.The study were carried out in Immigration offices of Semarang and Surakarta with the overall objective is to determine the factors influence toward the services provided by the concerned institution. The perception of immigration's service users were measured into internal dimension with five criteria, namely: reliability, responsiveness, assurance, emphaty, tangibles; and the external dimension of customer well-being and facilities. The multiple regression model was employed to estimate the primary data collected from interview with 160 respondents. Stratified random sampling was applied to withdraw the 160 samples size from its population of individual and non- individual (travel biro, PJTKI, offices) groups. The results indicated that the quality of services served by the observed immigration offices is relatively fine although there are lacking and several complains remains found. This mightbe due to a tendency of higher satisfaction criteria as stipulated by the users, law awareness and experience towards globalisation minds of the users. The study found that satisfaction of respondents (users) or called as SATISFAC is affected by the dominated variables of TANGIB, RELIA, EXTERNAL, EMPATI, and ASSUR, subsequenly. While RESPON variable is excluded from the statistical estimation due to it has highly correlated with several independent variables. Further, the study concluded that internal factor is more important than the external factor in determining the level of satisfaction to the users. In order to enhance the service quality in the immigration offices, it is recommended to improve the management from the internal factors

    GAMBARAN KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI WILAYAH KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL ( SURVEI CEPAT PADA BULAN JUNI-AGUSTUS 2003 )

    Get PDF
    Lingkungan yang diharapkan dalam visi Indonesia sehat tahun 2010 adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai (pembuangan sampah, jamban keluarga), perumahan dan permukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dalam memelihara nilai - nilai budaya bangsa. masalah penyakit yang berbasis lingkungan disebabkan oleh lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah, menyebabkan penyakit - penyakit seperti diare, ISPA, TB Paru dll, merupakan sepuluh besar penyakit di Puskesmas dan merupakan indikator status kesehatan masyarakat. Untuk meningkatkan cakupan jamban keluarga dan mewujudkan Indonesia Sehat di tahun 2010 diperlukan suatu perencanaan yang matang dan didukung data yang lengkap dan akurat. Untuk memperoleh gambaran cakupan jamban di masyarakat maka dirasakan perlu teknik pengumpulan data yang dapat menggambarkan keadaan sehat di masyarakat dan dapat digunakan sebagai penunjang dari sistem informasi yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi karakteristik kepala keluarga (pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap) dan gambaran karakteristik kepala keluarga dengan kepemilikan jamban keluarga. Jenis penelitian ini adalah survei cepat dengan pendekatan studi belah lintang. Lokasi penelitian di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, populasi target 22.006 kepala keluarga. Dibagi dalam 30 klaster. Tiap klaster ditentukan sebanyak 7 Kepala Keluarga. Sehingga jumlah sampel keseluruhan 7 x 30 = 210 kepala keluarga. Pengumpulan data Primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner sedangkan data sekunder dikumpulkan dari laporan Puskesmas dan desa. Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer (Program EPI Info V.6.). Analisis data secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan : Proporsi tingkat pendidikan dasar responden lebih dari 1/2 (64,8 %), dari proporsi tersebut yang mempunyai jamban keluarga 33,09 %. Proporsi pendapatan diatas Upah Minimum Regional Kabupaten Kendal kurang dari 2/3 (61,90 %), dari proporsi tersebut yang mempunyai jamban keluarga 74,62 %. Proporsi pengetahuan baik lebih dari 2/3 (68,57 %) dari proporsi tersebut yang mempunyai jamban keluarga 69,44 %. Proporsi sikap baik lebih dari 3/4, dari proporsi tersebut yang mempunyai jamban keluarga 63,29 %. Kesimpulan : Pendidikan, Pendapatan, Pengetahuan, dan Sikap ada kecenderungan berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga. Saran Pembangunan dibidang kesehatan harus sejalan dengan pembangunan dibidang pendidikan, ekonomi, dan perilaku. Puskesmas memberikan bantuan jamban keluargha pada warga yang miskin dengan membuat usulan pengadaan jamban keluarga melalui Dinas Kesehatan Kabupaten dari anggaran APBD. Pembangunan di bidang Kesehatan tidak hanya tanggung jawab Pemerintah saja tetapi juga merupakan tanggung jawab semua sehingga perlu melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, untuk memberikan penyuluhan kesehatan disetiap kesempatan baik di surau maupun di masjid. Pada setiap saat kegiatan Posyandu di desa hendaknya petugas Puskesmas harus selalu datang dan memberikan penyuluhan tentang jamban keluarga. Memberikan penyuluhan melalui media elektronik / radio, yang ada diwilayah Puskesmas seminggu sekali secara bergiliran. Kata Kunci: Kepemilikan Jamban Keluarga DESCRIPTION OF THE HEAD FAMILY CHARACTERISTICS AND THE OWNERSHIP OF FAMILY LATRINE IN KALIWUNGU SUBDISTRICT, DISTRICT OF KENDAL ( RAPID SURVEY CONDUCTED IN JUNE-AUGUST 2003 \ud Indonesia expect environment of vision "Indonesia sehat" in 2010 is the realization of healty environment, free from being polluted, provide of clean water, standard public sanitation ( garbage disposal, family latrine ), healthy complex, planning of healthy area and the realization of the behavior to help each other to keep indonesian culture. Disease such diarhoe, ISPA, lungs TB etc, are the ten big number of disease in "Puskesmas" (public health center) and as an indicator of public health status. to increase the range of family latrine and to realize "Indonesia sehat" in 2010 is needed of good planning and supported by complex and accurate data. To obtain the picture of latrine range in population in case necessary to use gathering data technique which can view the real public health situation and can be used as a support the available information system. The research is aimed to know the families characteristics proportion (education, income, knowledge and behavior) and the head of household view with the owner of family toilet. The kind of the research is quick survey with "cross sectionale studi" approach. the research location is ini Kaliwungu, Kendal regency, target populations are 22006 families. Divided into 30 parts. Each part is determined by 7 families. As a result the amount of the sample are 7 x 30 = 210 families. The gathering of primary data is worked by using questionnaire and the other hand the secondary data is gathered from the report of public helath center and village. The data is processed by computer (EPI Program Info V.6). The data analysis is processed with univariat and bivariat. The result of the research shows : The level of elementary school from the respondensts shows more than 1/2 (64,8 %), from the proportion who have the family latrine 33,09 %. The income proportion higher than regional minimum salary in Kendal regency less than 2/3 (61,90 %), from the proportion eho have the family toilet 74,62 %. The high education proportion is more than 2/3 (68, 57 %), from the proportion who have the family toilet 63,29 %. Conclusion : education, income, knowledge and behavior have tendency relation the owner of the family latrine. Suggestion of development in the sector of helath must synchrony with the development education, economy and behavior. Public health center give assist of family latrine to the poor family by giving a proposal to make family toilet to helthy official regency from APBD budget. Development in the sector of helath not only gives responsibility to the government but all of invidual do too, in case need involvement of public figure, religion figure to give helath illumination in every chance and every place, for example mosque. In every "posyandu" activity in the village the public health center official has to always come and gives illumination in every chance and every place, for example mosque. In every "Posyandu" activity in the village the public health center official has to always come and gives illumination about family toilet. Giving illumination take turn through electronicmedia or radio in the public health territorial once a week. Keyword: The Ownership of Family Latrin

    Performance Study on Solar Hybrid Air-Conditioning System for Residential Water Heating

    No full text
    The Government of Indonesia has done some efforts to overcome energy crisis nationwide. Among them by issuing a policy as the Foundation for the development and improvement of the capacity of providing energy. The Government has issued a presidential instruction number 10 of the year 2005 on energy savings and last Presidential Instruction No. 2 of the year 2008 about saving energy and water. One of the implementation efforts of this energy crisis is overcome with effort saves energy consumption on the air conditioning with develop hybrids air conditioning, namely as the air conditioner at the same time to the water heating. This research is a new technology for energy saving of electricity. The purpose of this research is to produce a prototype of a hybrid energy efficient refrigeration machine that can be function simultaneously as the engine room air conditioner at the same time water heaters. Specific research targets to be achieved is the realization of a prototype of a hybrid air conditioning engine capacity 1.5 PK which can save energy around 60%. The method of research is the planning, creation, testing the performance of air conditioning machines of compression cycle steam hybrid

    Analisis postur tubuh ibu menyusui dalam posisi duduk menggunakan rapid upper limb assesment Kelurahan Pisangan

    No full text
    Penerapan ergonomi yang tidak tepat sering terjadi pada ibu menyusui saat duduk. Ibu menyusui lebih sering mengabaikan kenyamanan mereka yang dapat menimbulkan postur janggal mengakibatkan keluhan rasa sakit. Gejala yang umum terjadi akibat penerapan ergonomi yang tidak tepat adalah timbulnya risiko ergonomi akibat kerja berupa MSDs. Namun masalah muncul adalah postur tubuh ibu menyusui yang menggunakan posisi duduk apa yang meminalisasi timbulnya risiko ergonomi. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk melihat gambaran analisis posisi duduk ibu menyusui menggunakan RULA di Kelurahan Pisangan tahun 2014. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan observasional terhadap postur tubuh pada ibu menyusui menggunakan metode ergonomic risk assessment RULA (Rapid Upper Limb Assesment). Untuk mendapatkan gambaran postur kerja dari aktivitas ibu menyusui dalam posisi duduk menggunakan kursi ergonomis, kursi biasa dan tidak menggunakan kursi. Hasil yang diperoleh pada ibu menyusui menggunakan kursi ergonomis menggunakan metode RULA skornya 6 level risiko sedang, sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu leher sebanyak 30,8% (4 orang) dan siku kiri 31,2% (5 orang). Pada ibu menyusui menggunakan kursi/sofa menggunakan metode RULA skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3 orang) dan siku kanan (3orang). Pada ibu menyusui tidak menggunakan kursi/sofa menggunakan metode RULA skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu leher sebanyak 53,8% (7 orang), punggung sebanyak 61,5% (8 orang), lengan bawah kiri sebanyak 44,4% (4 orang), dan siku kiri sebanyak 50% (8 orang). Sedangkan berdasarkan hasil observasi yang ditemukan postur janggal pada posisi duduk ibu yang kursi/sofa dan yang tidak menggunakan kursi terdapat postur janggal pada bagian tubuh seperti leher, lengan, punggung, kaki kecuali menggunakan kursi ergonomis yang menggalami postur janggal pada bagian leher dan lengan. Oleh karena itu disarankan ibu menyusui untuk untuk duduk secara benar baik menggunakan kursi ergonomis, kursi/sofa, dan tidak mengunakan kursi dengan duduk membentuk huruf S apabila dilihat dari samping, adanya bantalan pada punggung. Kata kunci: Ibu Menyusui, Posisi Duduk, Postur Tubuh. Daftar Bacaan: 25 (1993-2010

    Caracterization and Compressive Strength of Biocomposite Hydroxyapatite-Borosilicate with Hight Temperature Sintering

    No full text
    The use of Hydroxyapatite as bone graft material continues to increase. To utilize hydroxyapatite, it is often formed into biocomposite. The formation of hydroxyapatite biocomposite intended to address the fragile hydroxyapatite weaknesses. The added element in the formation of this biocomposite is borosilicate. Mixing of this material is arranged with certain composition using ball miling. To form a test specimen, it was printed with compacting force of 5 KN, 15 KN and 25 KN. Test results Compressive Strength.and XRD showed that addition of borosilicate did not change the compound that is hydroxyapatite, but the intensity of hydroxyapatite tends to decrease with addition of borosilicate amount, this is corroborated by FTIR testing. For visible compressive strength, the maximum value occurs at 75: 25 compositions, ie 45 MPa, 42.9 MPa and 52.3 MPa. This suggests that the addition of borosilicate in biocomposite formation does not alter hydroxyapatite compound and can generally increase the compressive strength and modulus of elasticity to 25% wt% borosilicate addition
    corecore