4 research outputs found

    FOREIGN DIRECT INVESTMENT AND ONE DIGIT STANDARD INTERNATIONAL TRADE CLASSICIFICATION

    Get PDF
    The relationship between trade and Foreign Direct Investment (FDI) has been indicated as one of prominent development paths toward economic development. However, this relation is not straightforward due to the complex multinational companies’ investment motivation. This paper develops an exploratory research on the FDI-trade relation in one digit Standard International Trade Classification (SITC) for Indonesia with Japan and the United States of America during 1991-2003, using a Granger causality test. The result indicates strong FDI-trade relationship in natural resources and mining industry, showing that resources endowment is an advantage for Indonesia. It also finds that resource-seeking FDI has predominantly happened during that period. Keywords: Foreign direct investment, trade, one-digit SITC, granger causality JEL classification numbers: F12, F1

    Perancangan Sistem Pengukuran Performasi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balances Score Card

    Get PDF
    Sistem pengukuran performasi diperlukan bagi perusahaan maupun organisasi untuk mengetahui kondisi, hasil yang dicapai, dan potensi perusahaan. Sama halnya dengan kondisi di PT. Pondok Indah Tower dengan tingkat hunian hotelnya yang masih belum optimal, dituntut mampu untuk menyusun suatu rencana strategis agar mampu bertahan dan memiliki keunggulan bersaing dalam pelayanan. Beberapa praktisi dan kalangan akademis berpendapat bahwa diperlukan model-model baru dalam pengukuran performasi seperti Balanced Score Card yang diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1996. Perancangan sistem pengukuran performasi dangan metode Balanced Score Card pertama kali dilakukan dengan menerjemahkan dimulai dari visi, misi, dan strategi perusahaan ke dalam key performance indicators. Perspektif pelanggan memiliki bobot yang paling besar menjadi perhatian yaitu sebesar 51,1%. Perspektif keuangan memiliki bobot sebesar 28,2%, perspektif proses bisnis dan internal memiliki bobot sebesar 12,3%, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran memiliki bobot sebesar 8,3%. Produktivitas karyawan dapat ditingkatkan dengan menciptakan kepuasan kerja dan memberikan akses informasi yang mendukung tercapainya produktivitas

    PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK RIMPANG TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL (STUDI KASUS : KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN KARANGANYAR)

    Get PDF
    Kabupaten Karanganyar merupakan sentra produksi biofarmaka terbesar di Jawa Tengah dengan luas area lahan 270 hektar dan  jumlah produksi mencapai 1.390.700 kg (Balitpang Provinsi Jawa Tengah, 2010). Demi membantu pengembangan biofarmaka pemerintah Kabupaten Karanganyar membentuk lembaga Klaster Biofarmaka yang beranggotakan 10 kelompok tani. Produk unggulan klaster yang banyak diminati oleh konsumen adalah rimpang temulawak, simplisia temulawak, dan serbuk temulawak. Harga tawar produk yang ditentukan oleh Klaster Biofarmaka kepada petani cenderung rendah, sehingga petani lebih memilih menjual produknya ke tengkulak. Hal ini  terjadi karena rendahnya pengetahuan petani mengenai cara menetapkan harga jual produk sehingga petani tidak memiliki daya tawar produk yang baik. Untuk menghindari adanya kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi temulawak dan untuk menghasilkan biaya yang efisien diperlukan penerapan suatu metode yang tepat untuk menghitung penetapan harga pokok produksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode full costing. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditunjukkan bahwa hasil dari perhitungan harga pokok produksi (HPP) dengan menggunakan metode full costing untuk produk temulawak basah adalah Rp 2.116 per kilogram, produk simplisia temulawak adalah Rp 21.278, dan produk serbuk temulawak adalah Rp 47.557. Kata kunci: biofarmaka, klaster, temulawak, harga

    Foreign Direct Investment and One Digit Standard International Trade Classicification

    Full text link
    The relationship between trade and Foreign Direct Investment (FDI) has been indicated as one of prominent development paths toward economic development. However, this relation is not straightforward due to the complex multinational companies€™ investment motivation. This paper develops an exploratory research on the FDI-trade relation in one digit Standard International Trade Classification (SITC) for Indonesia with Japan and the United States of America during 1991-2003, using a Granger causality test. The result indicates strong FDI-trade relationship in natural resources and mining industry, showing that resources endowment is an advantage for Indonesia. It also finds that resource-seeking FDI has predominantly happened during that period.Keywords: Foreign direct investment, trade, one-digit SITC, granger causalityJEL classification numbers: F12, F1
    corecore