13 research outputs found

    Beneficial Effects of Soygurt Intake in Type 2 Diabetes Mellitus in Animal Model Rat (Rattus Norvegitus)

    Get PDF
    Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) is the more common type of diabetes results from the ineffective use of insulin. Improvement of the metabolic system in T2DM patients can be done through the regulation of gut microbiota balance. Gut microbial improvement can be modulated directly by probiotic food consumption. Soygurt is probiotic food with a low glycemic index (GI) and glycemic load (GL) value and rich in isoflavones, which has a potential effect in reducing diabetes risk. The aim of this study is to determine the effect of soygurt consumption in blood glucose levels and body weight of albino wistar rats (Rattus norvegitus). Reseach using a completely randomized design for experimental study. Subjects of this research are 30 male rats (R. norvegistus) aged 2-3 months with average body weight 150-200 gr. Diabetic rats were induced by using single intraperitoneal injection (175 mg/kg BW) alloxan monohydrate. Soygurt feeding given once daily using oral gavage feeding. The result showed that soygurt feeding in diabetic rats with three variations of treatment could significantly (

    Larvicidal Activity of Streptomyces sp. Liquid Cultures Against Aedes aegypti Larvae

    Get PDF
    Abstract: The tropics have significant future challenges in controlling the vectors of dengue hemorrhagic fever. The occurrence of resistance to chemical control encourages the development of strategies based on biological control. This study aimed to test the larvicidal activity of Streptomyces sp. liquid culture toward A. aegypti larvae. The selection of Streptomyces as a bio-larvicide was carried out by a chitinase test. Chitinase-producing bacteria were cultivated in biomass culture. The study was conducted using a completely randomized design. The results of this study can be isolated 4 Streptomyces isolates from muddy soil. Among the isolates, Streptomyces sp.4 showed chitinolytic activity on in vitro tests; therefore, it was used for larvicidal activity. Based on the Duncan test result, Streptomyces sp.4 culture showed a significant effect on larval mortality compared to the negative control (p<0.05). The highest rate of larval mortality was found in the A6B1 treatment (34.35%). The results of the Probit test showed that the LD50 value of the Streptomyces sp.4 culture was 24.6±5.4 mL. Based on the in vivo test, showed that Streptomyces sp.4 liquid culture affected the mortality rate of A. aegypti larvae and was significantly different from the negative control (p<0.05). Streptomyces sp.4 is known to have potential benefits as a biological larvicidal agent.Abstrak: Daerah tropis memiliki tantangan besar kedepannya dalam pengendalian vektor demam berdarah dengue (DBD). Adanya kejadian resistensi pengendalian dengan zat kimiawi mendorong strategi pengembangan berbasis pengendalian biologis. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian aktivitas kultur Streptomyces sp. sebagai larvasida A. aegypti. Seleksi Streptomyces sebagai biolarvasida dilakukan dengan uji aktivitas kitinase. Bakteri penghasil kitinase dilakukan kultivasi kultur biomassa untuk pengujian in vivo. Rancangan uji menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian dapat diisolasi 4 isolat Streptomyces yang diisolasi dari tanah berlumpur. Diantara keempat isolat, satu isolat yaitu Streptomyces sp.4 menunjukkan aktivitas kitinolitik sehingga digunakan untuk uji aktivitas larvasida secara in vivo. Hasil uji larvasida menunjukkan perlakuan kultur Streptomyces sp.4 berpengaruh nyata terhadap persentase kematian larva dibandingkan kontrol negatif (p<0.05) berdasarkan hasil uji Duncan. Persentase kematian tertinggi didapatkan pada perlakuan A6B1 yaitu sebesar 34.35%. Hasil uji Probit menunjukkan nilai LD50 dari kultur Streptomyces sp.4 adalah 24.6 ± 5.4 mL. Berdasarkan hasil uji in vivo diketahui bahwa perlakuan kultur cair Streptomyces sp.4 berpengaruh terhadap tingkat kematian larva A. aegypti dan berbeda nyata dengan kontrol negative (p<0.05). Streptomyces sp. 4 diketahui memiliki potensi sebagai salah satu agen larvasida biologis

    Deteksi methicillin resistant Staphylococcus aureus pada perokok melalui pemeriksaan kultur apus tenggorokan

    Get PDF
    Perilaku merokok berkorelasi positif dengan meningkatnya angka kejadian infeksi oleh Methicillin Resistant Staphylococcus aureus atau dikenal dengan MRSA. Perokok dilaporkan memiliki tingkat kolonisasi MRSA lebih tinggi dibandingkan non-perokok. Hal tersebut akan sangat berbahaya karena infeksi MRSA dapat menyebabkan infeksi parah seperti infeksi aliran darah, infeksi paru-paru atau necrotising fasciitis (kerusakan jaringan). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan deteksi awal keberadaan MRSA yang berasosiasi dengan perokok aktif. Responden pada penelitian ini adalah perokok aktif yang secara rutin melakukan konseling di Klinik Berhenti Merokok (KBM) Puskesmas 1 Denpasar Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengujian bakteriologi dilakukan di Laboratorium STIKES Wira Medika Bali dengan melakukan kultur terhadap spesimen apus tenggorokan responden. Identifikasi MRSA dilakukan dengan melakukan pengujian sensitivitas dengan metode Kirby Bauer menggunakan cakram antibiotik oxacillin OX 1 µg. Hasil isolasi dan identifikasi S. aureus pada sampel apus tenggorokan 13 responden didapatkan hasil sebanyak 4 isolat (30,8%) teridentifikasi sebagai S. aureus sedangkan sebanyak 9 (69,2,8%) sampel menunjukkan hasil negatif. Hasil uji sensitivitas terdapat 2 isolat yang memiliki daya hambatan intermediate yaitu SA1 dan SA2 dengan diameter daya hambatan rata-rata sebesar 12 mm dan 11,83 mm. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak ditemukan bakteri MRSA pada sampel usap tenggorokan perokok aktif pasien konseling di KBM Puskesmas 1 Denpasar.

    POTENSI EKSTRAK KULIT DAUN LIDAH BUAYA (Aloe barbadensis Miller) SEBAGAI ANTIBAKTERI Shigella sonnei

    Get PDF
    Shigellosis adalah radang usus besar yang disebabkan oleh infeksi dari genus Shigella salah satunya Shigella sonnei. Pengobatan infeksi shigellosis dapat dilakukan dengan pemberian terapi antibiotik. Namun penggunaan antibiotik secara terus menerus saat ini dikhawatirkan meningkatkan kejadian resistensi antibiotik. Alternatif untuk mengatasi masalah ini salah satunya dengan memanfaatkan tanaman lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) yang mengandung senyawa antibakteri aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya efektivitas ekstrak lidah buaya (A. barbadensis Miller) terhadap bakteri S. sonei melalui pengujian in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi STIKES Wira Medika Bali pada November- Desember 2022. Pengujian aktivitas antibiotik dilakukan dengan metode sumur difusi. Taraf ekstrak lidah buaya yang digunakan untuk pengujian yaitu konsentrasi 100%, 75%, 50% dan 25%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak lidah buaya (A. barbadensis Miller) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. sonei. Daya hambat tertinggi ditunjukkan pada konsentrasi ekstrak 75% dengan diameter 15mm. Pada konsentrasi ekstrak 50% menunjukan zona hambat 13,67 mm dan pada konsentrasi 100% sebesar 8,75 mm. Sementara itu pada konsentrasi 25% tidak terdapat zona hambatan. Berdasarkan hasil tersebut ekstrak kulit lidah buaya (A. barbadensis Miller) memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai antibakteri terhadap bakteri oleh S. sonei

    CEMARAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) DAN ANGKA KAPANG KHAMIR (AKK) PADA BOLU KUKUS DENGAN LAMA PENYIMPANAN 3 HARI: STANDARD PLATE COUNT, YEAST AND MOLD PLATE COUNT OF TRADITIONAL STEAMED CAKE AFTER 3 DAYS OF STORAGE

    Get PDF
    ABSTRAK Pendahuluan: Bolu kukus merupakan jajanan pasar yang digemari oleh semua kalangan masyarakat. Jajanan ini memiliki daya simpan yang singkat. Penyimpanan bolu kukus lebih dari 3 hari dapat meningkatkan faktor resiko pertumbuhan jamur dan bakteri kontaminan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cemaran Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang Khamir (AKK) pada bolu kukus yang di produksi oleh prodeusen di Desa Bebalang Bangli dengan lama penyimpanan 3 hari pada suhu ruangan (270C) dan mengidentifikasi jamur apa saja yang mengkontaminasi bolu kukus. Metode: Penelitian yang digunakan adalah eksperimental, sampel yang digunakan adalah bolu kukus yang dibuat oleh produsen yang kurang dari 18 jam. Jumlah sampel yang digunakan adalah 15 buah bolu kukus dari 3 produsen rumah tangga. Hasil: &nbsp;Angka Lempeng Total (ALT) pada produsen A sebanyak 897×104 CFU/mL, Produsen B sebanyak&nbsp; 86×104 CFU/mL, Produsen C sebanyak 167×104 CFU/mL.Hasil penelitian Angka Kapang Khamir (AKK) didapatkan hasil yang melebihi batas standar SNI 7388-2009, menyatakan standar Angka Kapang Khamir (AKK) pada roti yaitu batas maksimum 1×104 koloni/g. Hasil Angka Kapang Khamir (AKK) Produsen A sebanyak 1,85×104 CFU/mL, Produsen B sebanyak 8,4×104 CFU/mL, Produsen C sebanyak 12,5×104 CFU/mL. Hasil pengamatan jamur kontaminan didapatkan 3 spesies jamur yaitu Aspergillus flavus,&nbsp; Aspergillus fumigatus dan Rhizopus stolonifer. Diskusi: Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil yang melebihi batas standar SNI 7388-2009 yang sudah ditetapkan yaitu ALT dan AKK batas maksimum 1×104 koloni/g. &nbsp; Kata kunci : Angka Lempeng Total (ALT) Angka Kapang Khamir (AKK), bolu kukus, Aspergillus flavus,&nbsp; Aspergillus fumigatus dan Rhizopus stolonifer. &nbsp; Introduction: Steamed cake or “bolu kukus” is one of the most favorite cake in traditional market. Steamed cake has a short shelf life, in more than 3 days of storage it may increase the risk factors of bacteria and mold contamination. The aim of this research is to know bacterial and mold contamination of traditional steam cake using standard plate count and yeast and mold plate count after 3 days of storage (270C) and also to identify type of mold in sample. Method: Type of this study is experimental study, using 15 steamed cake as a sample. Sample was taken from 3 traditional steamed cake producer in Bebalang Village, Bangli and stored in room temperature (270C). Result: Meanwhile in sample the total bacteria using standard plate count are 897x104 colony/ g (A producer), 86x104 colony/ g (B producer) and 167x104 colony/g (producer C). Yeast and mold plate count also show that contamination are more than SNI 7388-2009 (1x104 colony/g). The result shows that yeast and mold contamination are 1.85 × 104 colony /g (A Producer), 8.4 × 104 colony/g (B producer) and 12.5 × 104 colony/g (C Producer). Identification result shows that mold contaminant in traditional steamed cake is Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus and Rhizopus stolonifer. Discussion: The result of this study show that total bacterial and fungi of steamed cake after 3 days of storage are more than standard using Standar National Indonesia 7388-2009 (SNI 7388-2009). The maximum contaminant level of bacteria using SNI 7388-2009 is 1x104 colony/g.&nbsp; &nbsp; Key words : Standard Plate Count, Yeast and Mold Plate Count, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Rhizopus stolonifer, Traditional Steamed Cake

    PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URINE DENGAN VARIASI JENIS PENGAWET URINE

    Get PDF
    Pemeriksaan urine terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan kimia urine. Pemeriksaan urinalisa sebaiknya dilakukan &lt; 2 jam setelah pengambilan sampel. Namun seringkali dengan banyaknya sampel urine yang harus diperiksa dan kondisi lainnya yang menyebabkan terjadinya penundaan pemeriksaan. Penundaan pemeriksaan urine yang dilakukan selama 2 jam tanpa disimpan pada suhu 2 – 80C sebaiknya dilakukan penambahan zat pengawet. Penambahan pengawet urine seperti formalin dan toluena diharapkan dapat menjaga kualitas hasil pemeriksaan urine selama proses penundaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kimia urine dengan variasi pengawet. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan&nbsp; eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden. Hasil keton dan pH urine menunjukkan p value sebesar 0.000 yang berarti terdapat perbedaan signifikan hasil keton dan pH urine yang segera diperiksa, ditambahkan formalin dan ditambahkan toluena. Hal tersebut dikarenakan hasil positif palsu keton urine dapat terjadi karena pH urine yang rendah. Sedangkan parameter kimia urine yang lain menunjukkan tidak terjadi perubahan hasil glukosa, bilirubin, protein dan nitrit urine dengan tiga perlakuan yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan bakteri dalam urine tersebut bukan termasuk bakteri fermentasi glukosa, serta hasil nitrit negatif disebabkan karena tidak ada nitrat dalam urine yang akan direduksi menjadi nitrit oleh bakteri. Kata Kunci : Urine, Formalin, Toluen

    PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URINE DENGAN VARIASI JENIS PENGAWET URINE

    Get PDF
    Pemeriksaan urine terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan kimia urine. Pemeriksaan urinalisa sebaiknya dilakukan &lt; 2 jam setelah pengambilan sampel. Namun seringkali dengan banyaknya sampel urine yang harus diperiksa dan kondisi lainnya yang menyebabkan terjadinya penundaan pemeriksaan. Penundaan pemeriksaan urine yang dilakukan selama 2 jam tanpa disimpan pada suhu 2 – 80C sebaiknya dilakukan penambahan zat pengawet. Penambahan pengawet urine seperti formalin dan toluena diharapkan dapat menjaga kualitas hasil pemeriksaan urine selama proses penundaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kimia urine dengan variasi pengawet. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan&nbsp; eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden. Hasil keton dan pH urine menunjukkan p value sebesar 0.000 yang berarti terdapat perbedaan signifikan hasil keton dan pH urine yang segera diperiksa, ditambahkan formalin dan ditambahkan toluena. Hal tersebut dikarenakan hasil positif palsu keton urine dapat terjadi karena pH urine yang rendah. Sedangkan parameter kimia urine yang lain menunjukkan tidak terjadi perubahan hasil glukosa, bilirubin, protein dan nitrit urine dengan tiga perlakuan yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan bakteri dalam urine tersebut bukan termasuk bakteri fermentasi glukosa, serta hasil nitrit negatif disebabkan karena tidak ada nitrat dalam urine yang akan direduksi menjadi nitrit oleh bakteri. Kata Kunci : Urine, Formalin, Toluen

    ONYCHOMYCOSIS IN ELDERLY AT WANA SERAYA NURSING HOME: INFEKSI JAMUR KUKU (ONYCHOMYCOSIS) PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA

    Get PDF
    Onychomycosis merupakan infeksi pada lempeng kuku yang dapat disebabkan oleh jamur dermatofita (Tinea unguium), non dermatofita atau yeast. Infeksi onychomycosis menyebabkan kerusakan pada kuku yang menyebabkan lempeng kuku menebal, rapuh dan mudah hancur. Penelitian ini bertujuan untuk gambaran onychomycosis pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wana Seraya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wana Seraya di Jl. Gemitir No.66, Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali. Sampel dianalisa di Lab. Parasitologi Teknologi Laboratorium Medis STIKes Wira Medika Bali. Pemeriksaan menggunakan teknik pengamatan langsung menggunakan pewarna kalium hidroksida (KOH) 10% pada kerokan kuku 15 orang responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat 1 responden (6,67%) yang positif onychomycosis dengan ditemukannya hifa pada pengamatan mikroskopis preparat kerokan kuku. Sementara itu 14 sampel lainnya (93,33%) dinyatakan negatif. Hasil screening pada penelitian ini menunjukkan lansia di PSTW Wana Seraya telah memiliki hygiene diri yang baik khususnya dalam memelihara kebersihan kuku kaki dan tangan sehingga mengurangi faktor resiko terjadinya infeksi jamur kuku.Onychomycosis is an infection of the nail plate that can be caused by dermatophyte fungi (Tinea unguium), non dermatophytes or yeast. Onychomycosis infection causes damage to the nails which causes the nail plate to thicken, brittle and break easily. This study aims to describe onychomycosis in the elderly at Tresna Werdha Social Home (PSTW) Wana Seraya. This type of research is descriptive research. Sampling was conducted at the Tresna Werdha Social Home (PSTW) Wana Seraya on 66 Gemitir St., Kesiman Kertalangu, East Denpasar, Denpasar City, Bali. Samples analyzed in Parasitology Laboratory STIKes Wira Medika Bali. Sampels examination using direct observation techniques using 10% potassium hydroxide (KOH) dye on nail scrapings on 15 respondents who met the inclusion and exclusion criteria. The results of the examination showed that there was 1 respondent (6.67%) who tested positive for onychomycosis with the discovery of hyphae on microscopic observation of nail scrapings preparations. Meanwhile 14 other samples (93.33%) were stated negative. The screening results in this study show that the elderly in PSTW Wana Seraya have had good personal hygiene, especially in maintaining the cleanliness of toenails and hands, thereby reducing the risk factors for nail fungus infection

    Gambaran Candida albicans dalam Urine Pasien Diabetes Melitus Perempuan di Puskesmas 1 Denpasar Timur

    No full text
    Candidiasis is fungal infection caused by the Candida sp. generally by Candida albicans. Diabetes mellitus is one of the predisposing factors for C. albicans fungal infection. The risk of infection is increased in women with hyperglycemia which cause high blood sugar level in vaginal. This condition providing an ideal place for fungal growth. This study aims to determine the description of the C. albicans in the urine of women with diabetes mellitus at Public Health Centre (I) East Denpasar. The sampling technique in this study used purposive sampling with a total sample of 30 urine of women with diabetes mellitus at Public Health Centre (I) East Denpasar in December 2021. The examination method used urine culture techniques on Sabouraud Dextrose Agar media, Gram stain and germ tube test. Based on the results of the examination of positive samples, the characteristics of colonies growing on SDA media were smooth, slightly raised on the surface, yellowish white in color, and smelled of yeast. On Gram staining, the results show the presence of oval-shaped blastopores, and purple in color and the germ tube test shows blastopores that form sprouts. In this study, 2 samples (7%) were positive for C. albicans and 28 samples (93%) were negative for C. albicans. Based on the results of the study, patients are expected to always maintain cleanliness (hygiene) in the genital area and maintain body immunity to reduce the risk of fungal infections. &nbsp
    corecore