86 research outputs found
Perlunya Pengesahan Pasal di dalam RUU KUHP Mengenai Santet (Pro dan Kontra Seputar Isu Santet di Indonesia)
Ketiadaan peraturan yang mengatur masalah santet di Indonesia mengakibatkan banyak terjadinya tindakan main hakim sendiri terhadap orang yang di duga sebagai dukun santet. Hal ini jelas melanggar hak asasi manusia, apalagi jika korban tersebut tidak bersalah. Masyarakat tidak boleh main hakim sendiri, meskipun sudah jelas bahwa orang tersebut benar-benar melakukan kesalahan ataupun kejahatan. Terlepas dari ada tidaknya santet, tim revisi KUHP telah memasukkan pasal yang mengatur masalah santet di dalam RUU KUHP, yaitu pada pasal 293. Hal ini diharapkan bisa mengurangi atau bahkan meninggalkan perbuatan main hakim sendiri. Pasal tersebut juga secara tidak langsung mengajak masyarakat untuk meninggalkan pemikiran-pemikiran yang tidak maju, tetapi sampai sekarang pasal tersebut masih dalam perdebatan. Akan lebih absurd lagi apabila pemerintah tidak segera mengambil garis tengah mengenai masalah tersebut, mengingat reaksi masyarakat sangat keras tentang isu santet
Investigate of wave absorption performance for oil palm frond and empty fruit bunch at 5.8 GHz
No Abstract
Pengaruh Umur Induk dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Internal Telur Ayam Kedu Jengger Hitam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur induk dan lama penyimpanan terhadap kualitas internal telur ayam kedu jengger hitam. Penelitian dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan November 2018 di Balai Pusat Bibit Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Satker Ayam Maron, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Materi penelitian ini adalah 60 butir telur yang berasal dari 18 ekor ayam kedu jengger hitam berumur 61-65 minggu. Rancangan acak lengkap pola faktorial 5 x 4 dengan 3 kali ulangan diterapkan pada penelitian ini. Faktor pertama adalah umur induk yaitu 61, 62, 63, 64, dan 65 minggu. Faktor kedua yaitu lama penyimpanan 1, 3, 5 dan 7 hari. Parameter yang diamati meliputi indeks kuning telur, haugh unit, dan indeks putih telur. Data dianalisis dengan prosedur General Linear Model (GLM) program Statistical Analysis System (SAS) Versi 6.12. Jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati, maka dilanjutkan dengan uji Duncan multiple range test. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara umur induk dan lama penyimpanan terhadap kualitas internal telur. Umur induk tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas internal telur, sementara itu, lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas internal telur. Simpulan penelitian ini, kualitas internal telur tidak mengalami penurunan pada umur induk 61-65 minggu. Namun, kualitas internal telur menurun seiring dengan makin lama waktu penyimpanan telur
A Review On: Novel Drug Delivery Technology Of Rituximab
Rituximab can be used for the treatment of severe rheumatoid arthritis,
follicular lymphoma phase III-IV, follicular non-hodgkins lymphoma,
chronic lymphocytic leukimia therapy, advance therapy of
granulomatosis polyangiitis and microscopic polyitis. Rituximab is a
two compartment with an average half-life of 87 ± 18 hours and a
volume distribution of 1.3L. Administration of rituximab at a dose of
375 mg / m2 in 4 consecutive weeks can increase serum drug
concentration in each administration by infusion. This review article
focuses on biosimilar technology of rituximab was carried out by
increasing the teraupetic mechanism and the response to the potential
effects of binding B-mAB in NHL disease. The development of
biosimilar rituximab approved by the FDA, namely ofatumab (anti CD20) and Obinutuzumab
(mAb from rituximab with a different glucose group)
Rhinitis associated with asthma is distinct from rhinitis alone: The ARIA-MeDALL hypothesis
Asthma, rhinitis, and atopic dermatitis (AD) are interrelated clinical phenotypes that partly overlap in the human interactome. The concept of “one-airway-one-disease,” coined over 20 years ago, is a simplistic approach of the links between upper- and lower-airway allergic diseases. With new data, it is time to reassess the concept. This article reviews (i) the clinical observations that led to Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA), (ii) new insights into polysensitization and multimorbidity, (iii) advances in mHealth for novel phenotype definitions, (iv) confirmation in canonical epidemiologic studies, (v) genomic findings, (vi) treatment approaches, and (vii) novel concepts on the onset of rhinitis and multimorbidity. One recent concept, bringing together upper- and lower-airway allergic diseases with skin, gut, and neuropsychiatric multimorbidities, is the “Epithelial Barrier Hypothesis.” This review determined that the “one-airway-one-disease” concept does not always hold true and that several phenotypes of disease can be defined. These phenotypes include an extreme “allergic” (asthma) phenotype combining asthma, rhinitis, and conjunctivitis. Rhinitis alone and rhinitis and asthma multimorbidity represent two distinct diseases with the following differences: (i) genomic and transcriptomic background (Toll-Like Receptors and IL-17 for rhinitis alone as a local disease; IL-33 and IL-5 for allergic and non-allergic multimorbidity as a systemic disease), (ii) allergen sensitization patterns (mono- or pauci-sensitization versus polysensitization), (iii) severity of symptoms, and (iv) treatment response. In conclusion, rhinitis alone (local disease) and rhinitis with asthma multimorbidity (systemic disease) should be considered as two distinct diseases, possibly modulated by the microbiome, and may be a model for understanding the epidemics of chronic and autoimmune diseases
- …