17 research outputs found

    Microorganism detection and contamination rate of donor eyes in Japan.

    Get PDF
    京都府立医科大学令和3年

    PENINGKATAN KEAKTIFAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN PRIBADI DENGAN TEKNIK REINFORCEMENT PADA SISWA SMP NEGERI 1 TAKERAN KAB. MAGETAN

    Get PDF
    Proses pembelajaran siswa di sekolah dalam beberapa aspek menuntut keaktifansiswa dalam mengemukakan pendapat. Tuntutan tersebut bertujuan untuk mengetahuiseberapa besar pemahaman siswa terhadap obyek yang dihadapinya. Semakin siswamenunjukkan keaktifan dalam mengemukakan pendapat, semakin memberi petunjuktentang seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi yang diterimanya.Menghadapi tuntutan di atas ternyata tidak semua siswa menunjukkan perilaku yangsama. Hasil observasi awal yang peneliti lakukan pada minggu pertama dan kedua padabulan Mei 2013, terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Takeran Kabupaten Magetan,yang berjumlah 110 siswa diketahui terdapat 85 siswa yang tidak aktif mengemukakanpendapatnya. Penyebab utamanya adalah: dalam proses pembelajaran tidak dikondisikanuntuk mengeluarkan pendapat, dan takut jika pendapatnya salah.Kenyataan di atas perlu disikapi secara positif, yaitu dengan mencari solusi terhadapmasalah tersebut, sehingga tidak menghambat perkembangan siswa. Solusi yangditawarkan adalah dengan memberi bimbingan pribadi melalui tekhnik reinforcement.Hakikat teknik reinforcement adalah suatu tindakan penguatan didefinisikan sebagaisetiap konsekuensi yang memperkuat dan meningkatkan frekuensi perilaku.Subyek penelitian adalah 20 dari 85 siswa total siswa yang bermasalah pada keaktifanmengemukakan pendapat. Penetapan sampel dengan teknik random sampling. Kepada 20siswa diberi treatment berupa bimbingan pribadi melalui teknik reinforcement. Frekuensipemberian bimbingan sebanyak 4 kali pertemuan, lama bimbingan 60 menit/pertemuan,dan diakhiri dengan evaluasi. Hasil evaluasi berupa kumpulan skor dari observasi danhasil isian angket antara sebelum dan setelah diberi treatment, kemudian dibandingkan,untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keaktifan mengemukakan pendapat.Analisis data menggunakan rumus t-skor. Hasil analisis data menunjukkan terdapatpeningkatan yang signifikan. Simpulan yang diperoleh adalah bahwa bimbingan pribadidengan teknik reinforcement dapat meningkatkan keaktifan mengemukakan pendapatsiswa kelas VII SMP Negeri 1 Takeran Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2013/2014

    Contextual Effect of Integrated Heath Post on Nutritional Status among Children Aged 6-59 Months in Surabaya, East Java

    Get PDF
    Background: A child will come into toddler phase which is the rapid growth and development phase. It turns children into one of the groups that vulnerable to suffer from undernutrition. The data of Riskesdas (Basic Health Research) in 2018 indicates that the percentage of malnutrition and undernutrition  in Indonesia is 17.7%, in which the number is still higher than the target of National Medium Term Development Plan 2019 which is 17%. The study aimed to analyzes factors that affect nutritional status of children aged 6 – 59 months in Surabaya, East Java.Subjects and Method: This was a cross sectional study conducted at 25 integrated health posts (posyandu) in Surabaya, East Java, from August to September 2019. A sample of 200 children aged 6 – 59 months was selected by stratified random sampling. The dependent variable was nutritional status (weight for age). The independent variables were history of exclusive breastfeeding, history of low birth weigth (LBW), maternal educational level, maternal knowledge, maternal occupation, family income, and environmental hygiene and sanitation. The data were collected by questionnaire and analyzed by a multiple logistic regression run on Stata 13.Results: Poor nutritional status increased with the history of LBW (b= 5.29; 95% CI= 1.87 to 6.72; p= 0.003) and poor environmental hygiene and sanitation (b= 3.35; 95% CI= 0.77 to 5.94; p= 0.011). Poor nutritional status decreased with maternal educational status ≥Senior high school (b= -2.81; 95% CI= -5.24 to -0.38; p= 0.023), high maternal knowledge (b= -2.68; 95% CI= -5.01 to -0.35; p= 0.024), and high family income (b= -3.37; 95% CI= -6.04 to -0.71; p= 0.013).Conclusion: Poor nutritional status increases with the history of LBW and poor environmental hygiene and sanitation. Poor nutritional status decreases with maternal educational status ≥Senior high school, high maternal knowledge, and high family income.Keywords: nutritional status, birth weight, sanitation, children under fiveCorrespondence: Triana Ulfa Nur Aziza. Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir.Sutami 36A, Surakarta, Central Java, Indonesia. Email: [email protected]. Mobile: +628135­8396565Journal of Maternal and Child Health (2020), 5(1): 79-87https://doi.org/10.26911/thejmch.2020.05.01.0

    Antiviral treatment for acute retinal necrosis:A systematic review and meta-analysis

    Get PDF
    Acute retinal necrosis is a progressive intraocular inflammatory syndrome characterized by diffuse necrotizing retinitis that can lead to a poor visual outcome, mainly from retinal detachment. The antiviral treatment approach for acute retinal necrosis varies as there are no established guidelines. We summarize the outcomes of acute retinal necrosis with available antiviral treatments. Electronic searches were conducted in PubMed/MEDLINE, EMBASE, Scopus, and Google Scholar for interventional and observational studies. Meta-analysis was performed to evaluate the pooled proportion of the predefined selected outcomes. This study was registered in PROSPERO (CRD42022320987). Thirty-four studies with a total of 963 participants and 1,090 eyes were included in the final analysis. The estimated varicella-zoster virus and herpes simplex virus polymerase chain reaction-positive cases were 63% (95% CI: 55–71%) and 35% (95% CI: 28–42%), respectively. The 3 main antiviral treatment approaches identified were oral antivirals alone, intravenous antivirals alone, and a combination of systemic (oral or intravenous) and intravitreal antivirals. The overall pooled estimated proportions of visual acuity improvement, recurrence, and retinal detachment were 37% (95% CI: 27–47%), 14% (95% CI: 8–21%), and 43% (95% CI: 38–50%), respectively. Patients treated with systemic and intravitreal antivirals showed a trend towards better visual outcomes than those treated with systemic antivirals (oral or intravenous) alone, even though this analysis was not statistically significant (test for subgroup differences P = 0.83).</p

    Efektivitas Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior Terhadap Perilaku Asertif Siswa SMPN 1 Mlati, Sleman, Yogyakarta

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas konseling kelompok rational emotive behavior terhadap perilaku asertif siswa SMPN 1 Mlati, Sleman, Yogyakarta. Konseling kelompok rational emotive behavior belum pernah digunakan untuk proses konseling di SMPN 1 Mlati, Sleman, Yogykarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian quasi eksperimen dan desain penelitian randomized control group pretest-posttest design. Subjek dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling. Subjek penelitian berjumlah 12 siswa diambil dari kelas VII, VIII, dan kelas IX yang memiliki perilaku asertif rendah dan bersedia untuk mengikuti sesi konseling kelompok. Metode pengumpulan data menggunakan skala perilaku asertif. Teknik analisis data statistik menggunakan uji beda wilcoxon matched-pairs signed rank test untuk mengetahui beda skor perilaku asertif antara siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konseling kelompok rational emotive behavior tidak efektif untuk meningkatkan perilaku asertif siswa SMPN 1 Mlati, Sleman, Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0.173 lebih besar dari α = 0.05, sehingga tidak ada perbedaan perilaku asertif antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan demikian maka Ho diterima. Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab konseling kelompok rational emotive behavior tidak efektif terhadap perilaku asertif siswa. Faktor tersebut adalah waktu pelaksanaan konseling yang relatif singkat dan tempat konseling yang kurang kondusif. Kedua kurangnya kedekatan interpersonal antara konselor dan konseli. Faktor ketiga adalah adanya pendekatan konseling atau teknik lain yang juga dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku asertif siswa. Kata Kunci: Konseling kelompok rational emotive behavior, perilaku aserti

    Efektifitas Media Flashcard untuk Meningkatkan Pemahaman Kemandirian Belajar Peserta Didik

    No full text
    Flashcard merupakan salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa media ini dapat membantu peserta didik memahami gambar dan foto serta memperlancar pemahaman dan ingatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas media flashcard untuk meningkatkan pemahaman kemandirian belajar peserta didik. Penelitian dilaksanakan dengan eksperimen untuk melihat perubahan sebelum dan sesudah perlakuan dengan media flashcard. Desain eksperimen yang digunakan adalah pre eksperimen dalam bentuk pretest dan posttest one group design. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 48 Jakarta dan melibatkan siswa kelas VIIC dengan jumlah 10 siswa, menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah angket yang diberikan saat pretest dan posttest. Analisis data menggunakan deskripsi data dan pengujian hipotesis dengan uji Wilxocon. Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang didapat sebesar -2,807 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,005 di mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H1 atau yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara kelompok pretest dan posttest yang menggunakan flashcard. Dengan demikian, disimpulkan bahwa media flashcard efektif dalam meningkatkan pemahaman kemandirian belajar peserta didik.
    corecore