31 research outputs found
PROSES PENCIPTAAN GAMBANG RANCAG DALAM KONTEKS, FUNGSI, MAKNA, DAN MODEL PELATIHAN DI MASYARAKAT
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menggambarkan proses penciptaan gambang rancag dalam konteks, fungsi, makna, dan model pelatihan di masyarakat. Pertanyaan penelitian: (1) bagaimana pencipta; (2) bagaimana teks; (3) bagaimana penonton; (4) bagaimana cerminan masyarakat; (5) bagaimana konteks, fungsi, dan makna; serta (6) bagaimana model pelatihan gambang rancag di masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode etnografi pada kajian tradisi lisan, dengan teknik: observasi, wawancara, dan dokumen. Teknik analisis data tradisi gambang rancag ini menggunakan pendekatan etnopuitika G.L. Koster, terutama untuk menganalisis proses penciptaan. Selanjutnya, seluruh komponen tersebut dikaitkan satu dengan yang lain hingga ditemukan makna signifikan, termasuk analisis konteks dan fungsi. Selanjutnya, makna dianalisis dengan menggunakan pendekatan antropologi, sosiologi, dan teori identitas. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, proses penciptaan dalam konteks pertunjukan meliputi: (1) pencipta, yakni perancag menggunakan konsep mengingat dengan bantuan formula, pada perancag generasi tua lebih mahir melakukan “ngaleter” atau improvisasi daripada perancag generasi muda; (2) teks dalam proses penciptaan dirangkai oleh perancag menggunakan ingatan dengan bantuan skema alur, perwatakan, tema, formula, bunyi, dan gaya, ketika teks dituturkan oleh perancag tidak dihafal tetapi sebagai composition in performance, yaitu teks digubah secara improvisasi; (3) penonton pada pertunjukan gambang rancag tidak selalu pasif, namun berinteraksi dalam proses penciptaan teks rancag; (4) cerminan masyarakat dalam teks rancag pada umumnya merupakan kejadian sebenarnya yang selalu diingat; (5) konteks pertunjukan gambang rancag, bahwa dalam setiap pertunjukan gambang rancag tidak ada komposisi yang sama. Kedua, dalam hal pemaknaan dan fungsi meliputi: (6) pemaknaan terhadap proses penciptaan teks mencerminkan sifat egaliter; (7) fungsi gambang rancag selalu ada proses mengingat dan melupakan; dan (8) gambang rancag sebagai kearifan lokal yang sarat dengan mitos. Ketiga (9) proses penciptaan teks gambang rancag dapat dimanfaatkan sebagai model pelatihan di masyarakat.
Kata Kunci: proses penciptaan, pencipta, teks, penonton, cerminan masyarakat, fungsi, makna, model pelatihan.
The goal of this research is to explore and describe the creation process of the gambang rancag in context, function, meaning and training model in community. The research questions: (1) how is the creator, (2) how is the text, (3) how is the audience, (4) how is the reflection of the community, (5)how is the context, function and the meaning: and (6) how the training model of gambang rancag in community. This research is a qualitative research with ethnographic method on oral tradition research, with technique:observation ,interview and documents. This gambang rancag data analysis used G.I. Koster’s ethno poetic approach especially to analyze the creation process. Then, all components were connected one to each other so it found the significant meaning, including the context analysis and the function. Next ,the meaning was analyzed using anthropology, sociology, and identity theory approach. The research results were as follows :first, , the creation process in performance context covered : (1) The creator, the perancag used memorizing concept with formula help, the older perancag generation is more capable in doing “ngaleter” or improvisation than the younger one;(2)Text, in the creation process is arranged by “perancag” using memory with plot scheme help, character, theme, formula, sound ,and style, when the text is told by” perancag”,it was not memorized but as the composition in performance , that the text is arranged by improvisation; (3)The audience in gambang rancag show was not always passive, but made some interactions in rancag text creation process; (4)community reflection in rancag text generally is the real fact that always remembered. (5)In every gambang rancag performance there is no same composition.The second, in the meaning and functions, covered; (6) the meaning towards the process of the creation reflected the egalitarian characteristic; (7) In the function of gambang rancag there is always a remembering process and forgeting process; and (8) gambang rancag as the local wisdom was full of myths. The third (9) the gambang rancag creation process can be used as the training model in community.
Key Words : creation process, creator, text, audience, community reflection, function, meaning, training model
MENGUSUNG CERITA TOPENG BETAWI TEMPO DOELOE MENUJU PERTUNJUKAN DUNIA
This article elaborates the performance of Topeng Betawi story as a form of Betawi’s oral tradition presented at the Night of Old Jakarta Performance held at the VOC’s (Vereenigde Oost Indische Compagnie) Shipyard, Pluit Jakarta Utara, on Sunday, Desember 2, 2012. Foreign guests attending the show, invited by the head of North Jakarta municipality, came from 14 countries, including India, Japan, China, United States of America, Singapore, South Korea, and South Africa. The objective of this article is to report the aesthetical substance of the show in the context of world spectators. The article employs ethnographical method, interdiciplinary analysis, and performing arts approach. By doing so, it is expected that the article would be able to compose a writing that describe the performing of Topeng Betawi story during the 19th century in Batavia under the Dutch colonial rule. The aesthetic role of the stage was important as a media of performing Betawi’s folk story equipped with music, lighting, stage, and costums, which made the show more interesting. The producer with his expertise was able to organize the performance into a a garden party model before the VOC building. There were three things that made it interesting: (1) the great role of master ceremony in translating the story of Topeng Betawi (2) the shared exotic values of history as once being colonized, and (3 )the producer’s expertise in interestingly setting the show amazed the foreign spectators.Keywords: performance, folk story, Topeng Betawi, VOC era, exotic value
SENI PERTUNJUKAN CERITA SI PITUNG: PERTARUNGAN IDENTITAS DAN REPRESENTASI BUDAYA BETAWI
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskankan bagaimana cerita si Pitung diperebutkan oleh berbagai kekuatan sosial di luar dirinya dalam konteks representasi identitas budaya Betawi. Kontestasi kekuatan pertarungan antar kekuatan untuk memperebutkan cerita Si Pitung sebagai identitas merepresentasikan budaya Betawi. Melalui cerita si Pitung pertarungan identitas melalui mitos dapat memporakporandakan kekuatan kolonial, terutama kekuatan kontestasi antara budaya local dengan hegemoni colonial bahwa orang pribumi di dalam hal ini budaya Budaya orang Betawi adalah orang lemah, tertindas dan suka merampok. Penelitian ini akan membahas: (1) proses pertarungan dalam memaknai cerita si pitung antara masyarakat kolonial dan tuan tanah melawan masyarakat pribumi , (2) posisi kekuatan social yang ada dalam mewujudkan hegemoni atas cerita si Pitung dan perannya dalam pertarungan perebutan representasi identitas masyarakat Betawi. Sebagai sesuatu yang terbangun dari identitas merupakan sesuatu yang bersifat retak, dan berubah-rubah mengikuti ruang dan waktu. Representasi identitas cerita si Pitung merupakan medan pertarungan pemaknaan dalam lingkup kebudayaan.
Kata–kata kunci: cerita si Pitung, representasi, hegemoni, kontestasi dan identita
Self-actualization of The Main Character Hujan Novel by Tere Liye A Review of Psychology Abraham Maslow
AbstrackThis research aims to self-actualization of depictions of the main characters of the Novel Hujan work of Tere Liye and structure of which is contained in the novel. This research is qualitative research using the method of content analysis. The approach used ini this study is the structural approach and psychology Abraham Maslow. In this study, there are four ways of engineering data collection performed by the researchers, namely: (a) read and understand the contents of the novel’s story in depth. (b) the identification of each of the novel’s structure, namely: tokoh, characters, setting, and theme. (c) conduct a classification with classified the quotations form phrases, clauses, sentences, or paragraphs containing the existence of self-actualization character and basic necessities to achieve self-actualization. (d) hold a study library to get secondary data as supplementary data about self-actulization of the main character. In qualitative researches apply as key research instruments. The results of this study indicate that there are six basic needs based on Maslow’s hierarchy. Six basic needs are contained in the main character of the novel Hujan by Tere Liye. The main character can actualize himself although only a few basic needs that have been fulfilled in the character, meaning that six basic needs are not all owened by characters. Although they only meet some of the needs of the six basic needs, they can actualize themselves.Keywords: self-actualization, the Novel, the main charcter, and the psychology of Abraham Maslo
FENOMENA RESTORAN JEPANG HALAL: PERSPEKTIF AGAMA DAN EKONOMI
Bisnis makanan Jepang merupakan bisnis yang menguntungkan karena selain citarasanya berterima di lidah Indonesia, faktor kesehatan dan kemudahan penyajiannya pun membuat makanan Jepang menjadi kian populer bagi berbagai kalangan dan usia. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis fenomena restoran Jepang halal dari perspektif agama dan ekonomi. Maraknya restoran Jepang berlabel halal, baik yang sudah memiliki sertifikasi dari MUI maupun usaha makanan Jepang rumahan dengan klaim halal dari penjualnya, menunjukkan adanya animo masyarakat yang besar terhadap masakan Jepang yang diakui kehalalannya. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan sumber data berupa kajian pustaka dan observasi berhubungan dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh gambaran secara teoritis yang dapat menunjang penelitian ini. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dengan adanya sertifikasi atau klaim halal, konsumen yang sebelumnya ragu, meski ingin, mengkonsumsi makanan Jepang karena banyak bahan yang tidak halal menjadi yakin untuk mengkonsumsinya karena sertifikasi atau klaim halal mengindikasikan adanya penggantian bahan-bahan krusial yang sebelumnya nonhalal menjadi halal
KETERAMPILAN MEMBACA SASTRA MELALUI METODE QUANTUM TEACHING BAGI REMAJA MASJID
Abstrak: Kurangnya literasi dalam keterampilan membaca sastra pada remaja masjid di Kelurahan Bahagia Babelan, Bekasi menjadi landasan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan secara partisipatif yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca sastra (dongeng) dengan menggunakan metode pembelajaran quantum teaching. Kegiatan lokakarya ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam menjumlahkan data yang didapat dari pre-test dan post-test dalam dua siklus, setiap siklus dilakukan dalam satu kali pertemuan. Metode pelatihan yang digunakan dengan beberapa tahapan yaitu: (1) metode ceramah dengan memberikan penjelasan mengenai cerita dongeng; (2) metode tanya jawab, peserta melakukan sesi bertanya mengenai literasi membaca; (3) metode simulasi, peserta mencari dan mempraktikan cara membaca dongeng cerita dengan menarik; and (4) metode mandiri, peserta membuat dan mendiskusikan hasil penulisan. Pre-test diberikan sebanyak 21 soal dalam bentuk pilihan berganda kepada 20 orang peserta remaja masjid di Kelurahan Bahagia Babelan untuk memenuhi desk evaluation yang berlangsung selama 3 jam. Pelatihan ini berupaya menerapkan model quantum teaching dengan memberikan pedoman mengenai tujuan, prosedur, dan aturan bersama dalam pelaksanaan proses pembelajaran membaca sastra. Pada awal pre-test memperoleh nilai rata-rata 53,05%, yang mana belum menunjukan hasil yang diharapkan. Pada post-test siklus I peserta mengalami peningkatan setelah menggunakan model pembelajaran quantum teaching dengan nilai rata-rata 72,41%. Kemudian pada post-test siklus II dengan nilai rata-rata meningkat menjadi 85, 70%. Dengan demikian, pada akhir kegiatan program pelatihan ini menunjukan peningkatan hasil keterampilan membaca yang memuaskan. Para peserta remaja masjid di Kelurahan Bahagia Babelan dapat membaca dengan baik dan memahami makna yang terandung dalam bacaan cerita dongeng tersebut.Abstract: The lack of literacy in literary reading skills of mosque teenagers in Bahagia Babelan Village, Bekasi forms the basis for this community service activity carried out in a participatory manner which aims to improve literary reading skills (fairy tales) using the quantum teaching learning method. This workshop activity was carried out using a qualitative and quantitative approach in summing up the data obtained from the pre-test and post-test in two cycles, each cycle was carried out in one meeting. The training method used with several stages, specifically: (1) lecture method by giving an explanation of fairy tales; (2) question and answer method, participants conduct a questioning session about reading literacy; (3) simulation method, participants find and practice how to read fairy tales with interesting stories; and (4) independent method, participants create and discuss the results of writing. The pre-test was given as many as 21 questions in the form of multiple choices to 20 mosque youth participants in Bahagia Babelan Village to fulfill the desk evaluation which lasted for 3 hours. This training attempted to apply the quantum teaching model by providing guidelines regarding the objectives, procedures, and rules together in the implementation of the learning process of reading literature. At the beginning of the pre-test obtained an average score of 53.05%, which had not shown the expected results. In the first cycle post-test, participants experienced an increase after using the quantum teaching learning model with an average value of 72.41%. Then in the post-test cycle II with an average value increased to 85, 70%. Thus, at the end of this training program activity showed an increase in the results of satisfactory reading skills. The mosque youth participants in Bahagia Babelan Village could read well and understand the meaning of the fairy tale reading
HIBRIDITAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SYIRAZI
Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy merupakan novel romantis dengan banyak kupasan norma masyarakat yang islami. Novel berkisah tentang kehidupan sosial dan budaya seorang tokoh yang sedang melanjutkan studi di negara Mesir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana tokoh Fahri digambarkan Pengarang dalam novel AAC, untuk mengetahui penyebab terjadinya hibriditas pada tokoh utama AAC dan untuk mendeskripsikan bentuk hibriditas pada tokoh utama dalam novel AAC dengan pendekatan postkolonial (Homi Bhabha). Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan Postkolonial untuk mengungkap bentuk-bentuk hibriditas pada tokoh utama, Fahri lalu diinterpretasikan dengan konteks budaya kolonial di Mesir. Sumber data penelitian ini adalah tokoh utama (Fahri) pada novel Ayat-ayat Cinta yang ditulis oleh Habiburrahman El Syirazy. Hasil penelitian menunjukan bahwa tokoh Fahri dalam novel AAC, mengalami beberapa hibriditas yang disebabkan karena adanya kehidupan multikultur sebagai migrant di Cairo, Mesir dalam bentuk : agama dan pendidikan, bahasa dan budaya. Bentuk hibriditas tokoh ditunjukan dengan adanya ambivalensi, pada tokoh utama sebagai akibat dari kehidupan tokoh utama yang tinggal ditempat yang multikultur. Bentuk hibriditas lainnya adalah adanya ambiguitas identitas dimana Tokoh utama mengalami kontradiksi kultur kesadarannya sebagai pendatang di negara Mesir
HASRAT TOKOH WASKA DALAM TETRALOGI NASKAH ORKES MADUN KARYA ARIFIN C. NOER: SUATU KAJIAN PSIKOANALISIS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasrat tokoh Waska dalam tetralogi Orkes Madun karya Arifin C. Noer. Penelitian ini bersifat kepustakaan dan tidak terkait oleh tempat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Juli 2017. Objek penelitian ini adalah tokoh Waska dalam tetralogi naskah Orkes Madun. Fokus penelitian ini adalah hasrat tokoh Waska dalam tetralogi naskah Orkes Madun dengan subfokus penokohan dan perwatakan tokoh Waska dalam tetralogi naskah Orkes Madun, pergerakan hasrat tokoh Waska dalam tetralogi naskah Orkes Madun, dan hasrat memiliki (anaklitik) dan hasrat menjadi (narsistik) tokoh Waska dalam tetralogi naskah Orkes Madun. Teori yang digunakan adalah teori psikoanalisis hasrat oleh Jacques Lacan dan teori struktural naskah drama oleh Herman J. Waluyo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Metode ini menggunakan tabel analisis sebagai alat bantu peneliti dan menggambarkan hasil penelitian analisis isi data. Tahap analisis dilakukan dengan menganalisis penokohan dan perwatakan tokoh Waska dan menganalisis hasrat memiliki (anaklitik) aktif atau pasif dan hasrat menjadi (narsistik) aktif atau pasif. Hasil penelitian menunjukkan tokoh Waska memiliki hasrat memiliki (anaklitik) aktif dalam tetralogi naskah Orkes Madun. Hasrat tokoh Waska dipengaruhi oleh perannya disetiap naskah. Hasrat tokoh Waska yang merupakan hasrat memiliki (anaklitik) akan mengambil alih ketika ia menjadi tokoh sentral (DN).
Kata kunci: Psikoanalisis, Hasrat, Penokohan dan perwatakan, Tetralogi
Naskah Orkes Madun, Arifin C. Noer
ABILITY OF WRITING POETRY USING THE MEDIA PICTURE GRADE STUDENT VIII SMP 1 PSKD JAKARTA PUSAT
Abstract
This research is a quantitative research that aims to describe the ability to write poetry based on the image media of students of class VIII SMP 1 PSKD JAKARTA PUSAT District. The population of this study consists of 151 students that are put into 5 classes. Sampling is done by using simple random sampling technique with total sample of 109 students. The instrument used is the test used to obtain the data of students' ability in writing poetry. The tests are given in the form of essays. Data analysis techniques used descriptive statistical analysis that describes the results of Writing Poetry Ability using Picture Media.
Based on the descriptive statistic descriptive statistic analysis, the highest score obtained by the students in terms of the structure of the poem builder is 96 and the lowest score is 50 with the average score of 74,09. Thus it can be concluded that the students of grade VIII SMP 1 PSKD JAKARTA PUSAT are able to write poetry based on the media images.
Keywords: writing, poetry, image media