10 research outputs found

    GAMBARAN KESIAPSIAGAAN PSIKOLOGIS DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM PADA INDIVIDU DEWASA AWAL

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kesiapsiagaan psikologis dalam menghadapi bencana alam pada individu dewasa awal. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei berupa kuesioner. Kuesioner berisi alat ukur, yaitu Skala Kesiapsiagaan Psikologis yang merupakan skala hasil modifikasi Fa’uni dan Diana (2021) dari Psychological Preparedness for Disaster Threat Scale (PPDTS) yang dikembangkan oleh Zulch (2012). Sampel dalam penelitian ini adalah 186 orang dewasa awal berusia 18-40 tahun dan bertempat tinggal di Indonesia. Sampel diambil menggunakan teknik convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapsiagaan psikologis dalam menghadapi bencana alam pada individu dewasa awal tergolong tinggi. ********** This study was conducted to identify psychological preparedness for natural disaster threat among young adults. This study employed a quantitative descriptive approach with a survey method. The measurement tool used in this study was Pyschological Preparedness Scale by Fa’uni and Diana (2021), which is a modified version of Psychological Preparedness for Disaster Threat Scale (PPDTS) developed by Zulch (2012). The sample consisted of 186 young adults aged 18 to 40 years residing in Indonesia. The sampling technique used was convenience sampling. The results of the study indicated that the psychological preparedness for natural disaster threat among young adults was relatively high

    Kajian Yuridis Terhadap Hak Privasi Selebriti Atas Pemberitaan Di Media Sosial Oleh Akun Anonim (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik)

    Get PDF
    Selebriti berbeda dengan orang biasa karena informasi yang berkaitan dengan selebriti lebih bernilai ekonomis. Oleh sebab itu, banyak pihak yang berusaha mencari berita mengenai selebriti tanpa mempertimbangkan batasan-batasan privasi yang dimiliki oleh selebriti. Sama dengan orang biasa, selebriti memiliki hak atas privasinya. Setiap orang memilikinya karena hak privasi adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang merupakan hak yang yang melekat pada diri manusia didapatkan secara kodrati sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Namun, belakangan banyak sekali terjadi pelanggaran atas privasi selebriti oleh akun anonim terkait dengan pemberitaan di media sosial. Dalam karya tulis ini membahas mengenai kajian yuridis terhadap pelanggaran hak privasi selebriti atas pemberitaan di media sosial oleh akun anonim berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Kajian yuridis didukung juga dengan bahan hukum sekunder yang terdiri dari penjelasan perundang-undangan, buku maupun jurnal yang berkaitan serta doktrin dari para ahli. Teknik Analisa Hukum dilakukan dengan cara melakukan seleksi bahan hukum, kemudian melakukan klasifikasi dan menyusunnya secara sistematis. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa akun anonim sulit untuk dikenakan pasal dalam Undang-Undang ITE maupun Undang-Undang Pers karena akun anonim bukan merupakan subjek hukum meskipun berbuatannya sudah memenuhi pasal dalam kedua undang-undang tersebut

    《人在囧途》电影中的俚语词汇分析《 Rén zài jiǒng tú》diànyǐng zhōng de lǐyǔ cíhuì fēnxī

    No full text
    The title of this thesis is the Analysis of Chinese Slang Words in Sentence on the movie Lost on Journey. Language has an important function in society's life. there is non standard language which has been known as slang language. slang language has very informal expression which is more common in spoken language. in this paper the writer discusses about anlysis of Chinese slang words in sentences on the movie Lost on Journey movie. The writer focused the study on the Lost on Journey movie, produced by Manfred Wong,2010. The purpose of this thesis is to describe the types of slang found on the film Lost on Journey and describe the meaning of lexical and contextual meaning in the film Lost on Journey. The data used in this thesis research is qualitative data in the form of primary and secondary data. Primary data used is the film Lost on Journey. Secondary data used are thesis, thesis and articles related to slang vocabulary. The theory used in this study is the theory of lexical meaning and contextual meaning proposed by Lyons and the theory of slang types proposed by Chapman. The method used is descriptive qualitative method that aims to explain and analyze in detail an information obtained. The method of data analysis is to watch Lost on Journey film and collect all dialogs containing the slang vocabulary and use some slang dictionaries to identify slang and classify the slang vocabulary based on lexical meaning and contextual meaning and based on slang types. The result of this thesis research is that there are 9 slang vocabulary found in Lost on Journey film according to lexical meaning and contextual meaning, and according to slang type there are 38 slang vocabulary found in primary slang and 5 slang users in secondary slang.Judul skripsi ini adalah Analisis Kosakata Slang Mandarin dalam Kalimat pada film Lost On Journey. Bahasa memiliki fungsi penting dalam kehidupan masyarakat. Ada bahasa non standar yang telah dikenal dengan bahasa slang. Bahasa slang memiliki ekspresi sangat informal yang lebih umum dalam bahasa lisan. Dalam tulisan ini penulis membahas tentang analisis kata-kata slang Mandarin dalam kalimat pada film Lost On Journey. Penulis memfokuskan penelitian pada film Lost On Journey, yang diproduksi oleh Manfred Wong, 2010. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan tipe-tipe slang yang ditemukan pada film Lost on Journey dan mendeskripsikan makna leksikal dan makna kontekstual pada film Lost on Journey. Data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah data kualitatif yang berupa data primer dansekunder. Data primer yang digunakanyaitu film Lost on Journey. Data sekunder yang digunakan yaitu skripsi, tesis dan artikel yang berhubungan dengan kosakata slang. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori makna leksikal dan makna kontekstual yang dikemukakan oleh Lyons dan teori tipe-tipe slang yang dikemukakan oleh Chapman. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis secara rinci suatu informasi yang didapat. Metode analisis data adalah dengan cara menonton film Lost on Journey danmengumpulkan semua dialog yang mengandung kosakata slang dan menggunakan beberapa kamus slang untuk mengidentifikasi slang dan mengklasifikasikan kosakata slang berdasarkanmaknaleksikal dan makna kontekstualnya dan berdasarkan tipe-tipe slang. Hasil yang dicapai dalam penelitian skripsi ini yaitu terdapat 15 kosakata slang yang ditemukan pada film Lost on Journey menurut makna leksikal dan makna kontekstualnya, dan menurut tipe-tipe slang ada 35 kosakata slang yang terdapat pada slang primer dan 4 pengguna slang pada slang sekunder.Skripsi Sarjan

    Strategi Penurunan Kejadian Stunting Pada Balita Di Kabupaten Bangkalan Dalam Aspek Sosial, Ekonomi Dan Infrastruktur

    No full text
    Kabupaten Bangkalan merupakan kabupaten dengan angka stunting tertinggi keenam di Jawa Timur, yaitu sebesar 26.2% pada tahun 2022. Berdasarkan RPJMD Kabupaten Bangkalan Tahun 2018-2023, terdapat permasalahan stunting di sepuluh desa yang tersebar di empat kecamatan yang sedang ditangani dan termasuk dalam fokus SDGs. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai dinamika spesifik kejadian stunting dan diharapkan dapat menurunkan kejadian stunting pada balita di Kabupaten Bangkalan dengan mengumpulkan sampel penelitian di daerah stunting yang menjadi fokus RPJMD Kabupaten Bangkalan yaitu Kecamatan Kwanyar, Kecamatan Kokop, Kecamatan Tanjung Bumi, dan Kecamatan Modung. Teknik penelitian ini memadukan analisis data kuantitatif (survei tingkat stunting, pendapatan keluarga, dan kebersihan) dengan analisis data kualitatif (wawancara mendalam). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner kepada sampel sebanyak 150 orang dan enam narasumber ahli yang dipilih secara purposive dan snowball sampling. Adapun penelitian ini menggunakan 34 indikator yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori khusus yaitu Aspek Sosial, Aspek Ekonomi, dan Aspek Infrastruktur yang kemudian diolah menggunakan metode triangulasi untuk mengetahui strategi yang cocok. Hasil analisis menunjukkan bahwa sembilan variabel memiliki pengaruh signifikan terhadap kejadian stunting di Kabupaten Bangkalan. Pertama, asupan makanan yang tidak memadai dapat menyebabkan stunting karena tubuh anak tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Kedua, kurun waktu pernikahan dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi dan pola asuh, yang berdampak pada kualitas asupan makanan dan kesehatan anak. Ketiga, tingkat pendidikan Ayah dan Ibu, memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran akan gizi dan kesehatan anak-anak. Keempat, pekerjaan ayah mempengaruhi pendapatan keluarga dalam kemampuan menyediakan makanan bergizi untuk mencegah stunting. Kelima, pemahaman gizi anak penting untuk mencegah stunting dengan memastikan anak mendapatkan nutrisi yang tepat. Keenam, harga pangan yang tinggi bisa mengurangi daya beli keluarga untuk makanan bergizi. Selanjutnya, jenis jamban mempengaruhi kebersihan lingkungan, yang berperan penting dalam mencegah penyakit dan mendukung kesehatan anak. Terakhir, frekuensi kunjungan ke pasar berkaitan dengan ketersediaan waktu orang tua, dalam mengakses makanan sehat dan bergizi menjadi penentu utama dalam mengurangi kejadian stunting. Triangulasi data dari berbagai sumber seperti wawancara dengan instansi terkait dan analisis kuisioner memvalidasi temuan ini. Konsistensi antara data kualitatif dan kuantitatif memperkuat kesimpulan bahwa upaya penurunan stunting membutuhkan pendekatan holistik yang meliputi pendidikan kesehatan, perbaikan akses makanan bergizi, sanitasi yang baik, serta peningkatan kondisi sosial dan ekonomi. ================================================================================================================================= Bangkalan Regency is the sixth highest stunting prevalence district in East Java, at 26.2% in 2022. According to the RPJMD (Medium-Term Development Plan) of Bangkalan Regency 2018-2023, stunting issues are present in ten villages across four districts, currently being addressed and included in the SDGs agenda. This study aims to provide a comprehensive overview of specific dynamics of stunting occurrences, with the goal of reducing stunting among toddlers in Bangkalan Regency. The research samples are collected from stunting-focused areas under the RPJMD: Kwanyar District, Kokop District, Tanjung Bumi District, and Modung District. The research methodology combines quantitative data analysis (survey on stunting levels, family income, and hygiene) with qualitative data analysis (in-depth interviews). Data collection involves interviews and questionnaires with a sample of 150 individuals and six expert informants selected through purposive and snowball sampling. The study employs 34 indicators grouped into three specific categories: Social Aspects, Economic Aspects, and Infrastructure Aspects, analyzed using triangulation method to determine suitable strategies. The results of the analysis show that nine variables have a significant influence on the incidence of stunting in Bangkalan Regency. First, inadequate food intake can cause stunting because children's bodies do not get the nutrients needed for growth. Second, the duration of marriage can affect economic stability and parenting, which impacts the quality of food intake and child health. Third, the education level of both fathers and mothers plays an important role in raising awareness of nutrition and children's health. Fourth, the father's occupation affects family income in the ability to provide nutritious food to prevent stunting. Fifth, understanding child nutrition is important to prevent stunting by ensuring children get the right nutrition. Sixth, high food prices can reduce families' purchasing power for nutritious food. Next, the type of latrine affects environmental hygiene, which plays an important role in preventing disease and supporting child health. Finally, the frequency of visits to the market, parents' time availability, in access to healthy and nutritious food a key determinants in reducing the incidence of stunting. Triangulation of data from various sources such as interviews with relevant agencies and questionnaire analysis validates these findings. The consistency between qualitative and quantitative data reinforces the conclusion that reducing stunting requires a holistic approach that includes health education, improving access to nutritious food, good sanitation, and improving social and economic conditions

    Long-term dynamics of hard coral cover across Indonesia

    No full text
    Most comparative studies assessing reef health focus on living hard coral cover as the key metric. In Indonesia, in situ monitoring of coral cover has been ongoing for over five decades. However, as monitoring data and research findings are predominantly published in the local language (Bahasa Indonesia), local data often escape global attention, resulting in Indonesian coral reefs receiving less scientific attention despite accounting for ~ 15% of all coral reef area globally. Here, we systematically compiled both globally and locally published data on coral cover across Indonesia to assess changes over recent decades. We analysed 7,614 data entries extracted from 621 publications and found that the majority (79.1%) of the publications were written in Bahasa Indonesia, constituting 63.4% of the total data entries. Our dataset revealed limited evidence of net declines in coral cover over the last three decades (1994–2022). There was also no clear relationship between coral cover and human density, as well as with the thirteen environmental/anthropogenic drivers examined. We discuss several factors that may contribute to this lack of detectable large-scale change including: recent data potentially representing a ‘shifted baseline’; the ‘averaging out’ of localised changes in coral cover dynamics at a broad scale; sampling biases; and/or the potential resilience of Indonesian coral reefs compared to other regions. This study highlights the wealth of accessible local coral reef data published in languages other than English and emphasises the importance of using such data to enhance our understanding of the long-term dynamics of coral reef ecosystems worldwide
    corecore