7 research outputs found

    DETEKSI INDIKASI ERITEMA PADA SEDIAAN HAND BODY LOTION DARI EKSTRAK LAMUN (Enhalus acoroides) DAN GONAD BULU BABI (Diadema setosum)

    Get PDF
    Eritema adalah indikasi fisiologi berupa bercak kemerahan pada kulit akibat pemakaian hand body lotion yang mengandung bahan berbahaya pada kulit. Salah satu bahan hayati laut yang berpotensi sebagai anti eritema dalam sediaan hand body lotion adalah lamun (Enhalus acoroides) dan gonad bulu babi (Diadema setosum). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase dan indeks indikasi eritema yang muncul dari 3 formulasi sediaan hand body lotion dari lamun dan gonad bulu babi pada kulit panelis. Metode dalam penelitian ini berupa eksperimen dengan merancang 3 formulasi sediaan hand body lotion, evaluasi fisik produk berupa uji organoleptik, dan uji in-vivo indikasi eritema dari ke 3 formulasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 formulasi dari perbandingan ekstrak lamun dan gonad bulu babi yang dibuat yaitu F1 (2:1), F2 (1:2), F3 (3:3) dan kontrol F0 (0:0) didapatkan sebanyak 78% tidak terindikasi eritema pada 30 panelis. Sebanyak 16% panelis terindikasi sangat sedikit eritema (skala 2x1 cm), 6% panelis terindikasi eritema sedang serta 0% terindikasi eritema. Hasil uji organoleptik produk menunjukkan hand body lotion F1 berwarna celery tekstur 75% padat, F2 berwarna sage tekstur 50% padat, F3 berwarna olive tekstur 75% padat dan F0 berwarna putih tekstur 50% padat. Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur dan warna tertinggi pada F0 (Formula 0).Eritema adalah indikasi fisiologi berupa bercak kemerahan pada kulit akibat pemakaian hand body lotion yang mengandung bahan berbahaya pada kulit. Salah satu bahan hayati laut yang berpotensi sebagai anti eritema dalam sediaan hand body lotion adalah lamun (Enhalus acoroides) dan gonad bulu babi (Diadema setosum). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase dan indeks indikasi eritema yang muncul dari 3 formulasi sediaan hand body lotion dari lamun dan gonad bulu babi pada kulit panelis. Metode dalam penelitian ini berupa eksperimen dengan merancang 3 formulasi sediaan hand body lotion, evaluasi fisik produk berupa uji organoleptik, dan uji in-vivo indikasi eritema dari ke 3 formulasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 formulasi dari perbandingan ekstrak lamun dan gonad bulu babi yang dibuat yaitu F1 (2:1), F2 (1:2), F3 (3:3) dan kontrol F0 (0:0) didapatkan sebanyak 78% tidak terindikasi eritema pada 30 panelis. Sebanyak 16% panelis terindikasi sangat sedikit eritema (skala 2x1 cm), 6% panelis terindikasi eritema sedang serta 0% terindikasi eritema. Hasil uji organoleptik produk menunjukkan hand body lotion F1 berwarna celery tekstur 75% padat, F2 berwarna sage tekstur 50% padat, F3 berwarna olive tekstur 75% padat dan F0 berwarna putih tekstur 50% padat. Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur dan warna tertinggi pada F0 (Formula 0)

    POTENSI EKSTRAK DAN SKRINING FITOKIMIA Caulerpa sp. SEBAGAI ANTIBAKTERI Vibrio parahaemolyticus DARI PERAIRAN SOCAH, BANGKALAN-MADURA

    Get PDF
    Prevelensi penyakit vibriosis yang menjadi penyebab kegagalan produksi budidaya udang vannamei pada dekade ini disebabkan oleh infeksi bakteri patogen Vibrio parahaemolyticus. Fenomena ini membutuhkan alternatif solusi untuk mengurangi resiko kegagalan panen salah satunya dengan menyediakan herbal kaya senyawa fitokimia berbahan sumberdaya hayati laut sebagai anti bakteri Vibrio parahaemolyticus misalnya anggur laut (Caulerpa sp.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa bioaktif yang terdapat dalam ekstrak Caulerpa sp. dan potensi aktivitas antibakteri ekstrak Caulerpa sp. terhadap bakteri Vibrio parahaemolyticus. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi cakram dengan media Zobell Agar 2216E. Pengukuran zona hambat menggunakan jangka sorong dengan 3 waktu pengukuran (3x24 jam). Konsentrasi ekstrak Caulerpa sp. yang digunakan yaitu 10.000 ppm, 20.000 ppm, 40.000 ppm, 80.000 ppm, kontrol positif (kloramfenikol), kontrol negatif (aquades) dan kontrol tanpa perlakuan. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak Caulerpa sp. mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid, dan saponin. Aktivitas antibakteri menunjukkan terdapat perbedaan nyata pengaruh konsentrasi ekstrak Caulerpa sp. terhadap Vibrio parahaemolyticus (Sig<0,05). Zona hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi 80.000 ppm (kategori sedang) pada waktu pengamatan 24 jam (diameter zona hambat 4,22 mm Ā±0,22 mm).Prevelensi penyakit vibriosis yang menjadi penyebab kegagalan produksi budidaya udang vannamei pada dekade ini disebabkan oleh infeksi bakteri patogen Vibrio parahaemolyticus. Fenomena ini membutuhkan alternatif solusi untuk mengurangi resiko kegagalan panen salah satunya dengan menyediakan herbal yang kaya senyawa fitokimia berbahan sumberdaya hayati laut sebagai anti bakteri Vibrio parahaemolyticus misalnya anggur laut (Caulerpa sp.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa bioaktif yang terdapat dalam ekstrak Caulerpa sp. dan potensi aktivitas antibakteri ekstrak anggur laut (Caulerpa sp.) terhadap bakteri Vibrio parahaemolyticus. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi cakram dengan media Zobell Agar 2216E. Pengukuran zona hambat menggunakan jangka sorong dengan 3 waktu pengukuran (3x24 jam). Konsentrasi ekstrak anggur laut (Caulerpa sp.) yang digunakan yaitu 10.000 ppm, 20.000 ppm, 40.000 ppm, 80.000 ppm, kontrol positif (kloramfenikol), kontrol negatif (aquades) dan kontrol tanpa perlakuan. Uji bedanyata setiap konsentrasi terhadap kemampuan antibakteri bakteri dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjut uji Mann-Whitney. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak anggur laut (Caulerpa sp.) mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid, dan saponin. Aktivitas antibakteri menunjukkan terdapat perbedaan nyata pengaruh konsentrasi ekstrak anggur laut (Caulerpa sp.) terhadap Vibrio parahaemolyticus (Sig<0.05). Zona hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi 80.000 ppm (kategori sedang) pada waktu pengamatan 24 jam (diameter zona hambat 4.22 mm Ā±0.22 mm). Zona hambat terendah teridentifikasi pada konsentrasi 20.000 ppm (kategori lemah) pada waktu pengamatan 72 jam (diameter zona hambat sebesar 0.52 mm Ā±0.55 mm)

    Morphological characteristics of halophilic bacteria in traditional salt production

    Get PDF
    The use of bacteria in improving the quality of salt on a laboratory scale is still minimal. Bacteria are found in seawater as raw materials for various types of salt. One of the bacteria that are tolerant to salinity levels in raw saltwater is halophilic bacteria. Exploration of halophilic bacteria isolates contained in seawater as raw material for salt is an effort to provide initial information on the use of these bacteria in improving the quality and quality of salt. This study aims to determine the morphological characteristics and gram grouping of halophilic bacteria contained in raw water, reservoir water, and evaporator water during the traditional salt production process. The methods used in this study were bacterial isolation, purification, and gram staining test. Morphological characteristics were carried out by visual observation of bacterial colonies formed in Petri dishes, while the gram test of bacteria was carried out by staining pure isolates. Morphological characteristics and groupings of gram bacteria were observed under a CX43RF binocular microscope with a digital camera type MDCE-5C. The results of this study found 2 isolates circular in raw saltwater, 5 isolates in irregular, filamentous and circular shapes in reservoir water, and 3 isolates in circular and filamentous shape in purification water. The bacterial isolates found varied in the form of groups of gram-negative bacteria and groups of positive bacteria, while the predominant form of bacteria was bacilli. The results of this study are expected to be initial information that can be used as a reference to improve the quality and quantity of salt production

    Formulasi body lotion dari ekstrak lamun dan gonad bulu babi

    Get PDF
    Inovasi body lotion pada dekade ini telah banyak dimodifikasi mengandung senyawa untuk mencegah dampak paparan sinar ultraviolet berupa radikal bebas yang berbahaya bagi kulit. Bahan alami dari laut yang berpotensi sebagai tabir surya pada body lotion adalah ekstrak lamun (Enhalus acoroides) dan gonad bulu babi (Diadema setosum). Tujuan penelitian adalah menentukan kombinasi ekstrak lamun dan gonad bulu babi terbaik sebagai sediaan body lotion berdasarkan informasi kandungan senyawa metabolit sekunder lamun sebagai bahan dasar, indeks kelayakan fisik, dan nilai sun protection factor (SPF) terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan melihat perbedaan perbandingan lamun dan gonad bulu babi yaitu F1 (2:1), F2 (1:2), F3 (3:3) dan kontrol F0 (0:0). Analisis yang dilakukan dengan metode uji dan observasi meliputi uji fitokimia, uji organoleptik, dan uji nilai SPF sediaan secara in vitro menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa fitokimia yang terdeteksi pada ekstrak lamun diantaranya flavonoid, triterpenoid, saponin. Sediaan body lotion layak digunakan dengan indeks iritasi merasa tidak gatal tertinggi pada F3 sebanyak 17 panelis. Nilai SPF tertinggi yaitu F1 sebesar 12,2 sedangkan nilai terendah pada F0 sebesar 3,5 sehingga sediaan F1 berpotensi sebagai tabir surya untuk proteksi sinar UV-B maksimal

    Kandungan Nutrien Pada Air Baku, Bozem, Kolam Peminihan Dan Meja Kristalisasi Di Tambak Garam

    Get PDF
    Tambak garam terdiri dari beberapa kolam dengan fungsinya masing masing. Pada kolam kolam air tersebut terdapat biota mikro lengkap dengan nutrien yang mendukung asupan nutrisinya. Nutrien yang terakumulasi terlalu banyak dalam air akan mempengaruhi kualitas hasil produksi garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien yang terdiri dari nitrat, fosfat dan amonia serta pengaruhnya terhadap parameter kualitas air. Penelitian dilakukan pada 2 tambak garam di Kabupaten Bangkalan dan Pamekasan. Ā Pengambilan sampel air dilakukan di air baku, bozem, peminihan, dan meja kristalisasi Ā tambak garam yang kemudian sampel air tersebut dimasukan kedalam botol PET. Selanjutnya, sampel tersebut air dianalisis kandungan nitrat dengan metode brusin disulfanilat (SNI 06-2480-1991), asam askorbat untuk fosfat (SNI 06-6989.31-2005) dan alkalin sitrat untuk amonia (SNI 06-6989.30-2005). Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukan adanya perbedaan kandungan nitrat, fosfat dan amonia Ā yang signifikan pada masing masing tiitk pengambilan sampel. Hal tersebut menunjukkan bahwa tiap kolam dengan kondisi kualitas air dan lingkungan sekitar mempengaruhi kandungan nutrien di air baku garam

    Bakteri halofilik dan halotoleran dari air baku tambak garam Universitas Trunojoyo Madura: Halophilic and halotolerant bacteria from raw water of salt ponds of Trunojoyo University Madura

    No full text
    Halophiles are bacteria that require specific salt concentrations to live, while halotolerant are bacteria that grow in the absence of salt and in the presence of high salt concentrations. Both halophiles and halotolerant bacteria are potential for biotechnology. The aim of the study was to isolate moderate halophiles and halotolerant bacteria from raw water of salt ponds of Trunojoyo Madura University, as well as to determine the morphological and biochemical characteristics. Four halophilic bacterial isolates with the codes AB.1.2, AB.2.4, AB.2.5, and AB.3.6 were obtained, and two isolates of halotolerant bacteria with the codes AB.1.1 and AB.2.3. All isolates were in coccus shape and most of the isolates were found to be Gram-negative. Three isolates were aerobic bacteria based on catalase and oxidase test. Only halotolerant bacteria, AB.1.1 and AB.2.3 showed positive results to citrate utilization test, while halophiles AB1.2, AB.2.5 and AB.3.6 showed positive results to urease test. All the isolates both halophiles and halotolerant were able to utilize sucrose, glucose, mannitol, and maltose.Bakteri halofilik merupakan bakteri yang membutuhkan kadar garam tinggi untuk hidup, sedangkan bakteri halotoleran merupakan bakteri yang mampu hidup dengan atau tanpa garam. Bakteri halofilik dan halotoleran memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam bioteknologi. Tambak garam Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang terletak di Kabupaten Pamekasan dapat dijadikan sumber penelitian eksistensi bakteri halofilik dan halotoleran. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri halofilik moderat dan halotoleran di air baku tambak garam UTM, serta mengetahui karakteristik morfologi dan biokimia. Empat isolat bakteri halofilik diperoleh dengan kode AB.1.2, AB.2.4, AB.2.5, dan AB.3.6, dan dua isolat bakteri halotoleran dengan kode AB.1.1 dan AB.2.3.Bentuk sel keseluruhan isolat berupa kokus dan isolat bakteri didominasi oleh Gram negatif. Tiga isolat termasuk kelompok bakteri aerob berdasarkan uji katalase dan oksidase. Isolat bakteri halotoleran dengan kode AB.1.1 dan A.B.2.3 mampu menghasilkan enzim sitrat, sedangkan isolat halofilik AB1.2, AB.2.5 dan AB.3.6 mampu menghasilkan enzim urease. Keseluruhan isolat mampu memfermentasi sukrosa, glukosa, manitol dan maltosa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi awal untuk mendeskripsikan karakteristik bakteri halofilik dan halotoleran yang diisolasi dari air baku tambak garam UTM

    Penambahan ekstrak lamun (Enhalus acoroides) dan gonad bulu babi (Diadema setosum) sebagai formulasi sediaan moisturizer body lotion: Addition of seagrass (Enhalus acoroides) extract and sea urchin (Diadema setosum) gonads as formulation of moisturizer body lotion

    No full text
    The skin is a part of the body that is sensitive to changes in temperature due to indoor and outdoor activities. One of the cosmetic products that can treat dry and flaky skin caused by temperature changes is a moisturizer body lotion made from seagrass and sea urchin gonads. The purpose of this study was to determine the optimal formulation of moisturizer body lotion based on the characteristics of physical stability, the relationship between the irritation index and the panelist's preference test results, as well as the phytochemical content of the moisturizer body lotion made from seagrass (Enhalus acoroides) extract and sea urchin (Deadema setosum) gonads. This research consisted of extract preparation, body lotion preparation without addition of seagrass extract and sea urchin gonads (control) and with addition (2:1, 1:2, and 3:3), body lotion physical stability test, irritation test, and phytochemical test. The results showed that there were color differences in the four body lotion formulations, namely white (control), celery (2:1), sage (1:2) and olive (3:3) with a distinct blossom odor. The product pH range was 6.31-8.05 and the spreadability range was 3.2-6.7 cm. The results of the irritation index test from 32 panelists detected 3% indicating symptoms of irritation, severe edema (swelling), and 1% of the heat sensation index was detected. The highest panelist preference test values for color, aroma and texture indicators were found in the product without addition of seagrass extract and sea urchin gonad. Moisturizer body lotion preparations contain alkaloids and tannins. The best formulation is the ratio of seagrass extract and sea urchin gonads 2:1 which is characterized by high hedonic test (color), absence of irritation index edema and feeling of heat.Kulit merupakan bagian tubuh yang sensitif terhadap perubahan suhu akibat aktivitas di dalam dan di luar ruangan. Salah satu produk kosmetik yang dapat mengatasi kulit kering dan bersisik akibat perubahan suhu adalah moisturizer body lotion berbahan lamun dan gonad bulu babi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan formulasi yang optimal pada sediaan moisturizer body lotion berdasarkan karakteristik stabilitas fisik, hubungan indeks iritasi dengan hasil uji kesukaan panelis, serta kandungan fitokimia pada sediaan moisturizer body lotion dari ekstrak lamun (Enhalus acoroides) dan gonad bulu babi (Diadema setosum). Penelitian ini terdiri dari pembuatan ekstrak, pembuatan produk tanpa penambahan ekstrak lamun dan gonad bulu babi (kontrol) serta dengan penambahan (2:1, 1:2, dan 3:3), uji stabilitas, uji iritasi, dan uji fitokimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan warna pada empat formulasi body lotion yaitu putih (kontrol), seledri (2:1), sage (1:2) dan zaitun (3:3) dengan bau khas blossom. Kisaran pH pada sediaan yaitu 6,31-8,05 dan rentang daya sebar sebesar 3,2-6,7 cm. Hasil uji indeks iritasi dari 32 panelis terdeteksi sebanyak 3% terindikasi gejala iritasi edema parah (bengkak) dan indeks rasa panas terdeteksi sebanyak 1%. Nilai uji kesukaan panelis tertinggi untuk indikator warna, aroma dan tekstur terdapat pada sediaan tanpa penambahan ekstrak lamun dan gonad bulu babi (kontrol). Sediaan moisturizer body lotion mengandung senyawa alkaloid dan tanin. Fomulasi terbaik yaitu perbandingan ekstrak lamun dan gonad bulu babi 2:1 yang ditandai dengan tingginya uji hedonik (warna), tidak adanya indeks iritasi edema, dan rasa panas
    corecore