8 research outputs found

    PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN MELALUI METODE BERNYANYI DENGAN MEDIA KARTU HURUF DI PPT KENANGA SURABAYA

    Get PDF
    Kemampuan bahasa khususnya membaca huruf terutama pada anak usia 3-4 tahun di PPT Kenaga Surabayamasih relatif rendah. Permasalahan ini disebabkan karena kegiatan belajar mengajar yang selama ini diterapkan lebihbanyak menggunakan metode konvensional/ceramah dan dengan media yang kurang mampu menarik perhatian anak.Melalui metode bernyanyi merupakan suatu cara yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam pemberian materitentang membaca huruf. Terkait dengan pernyataan tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui sejauhmana melalui metode bernyanyi dapat meningkatkan kemampuan anak usia 3-4 tahun dalammembaca huruf di PPT Kenanga Surabaya.Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (action research class) yang dilaksanakan dalambentuk siklus. Setiap siklus terdiri yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subyek dalam penelitian iniadalah anak usia 3-4 tahun di PPT Kenanga Surabaya, yang berjumlah 20 anak,.Teknik pengumpulan data yang dipakaiadalah observasi dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang digunakan statistik deskriptif.Dari hasil penelitian pada siklus I diperoleh data kemampuan membaca huruf 60%. Hal ini menunjukkanpenelitian tindakan kelas ini belum berhasil oleh karena target kriteria keberhasilan yang diharapkan 75%, makapenelitian ini berlanjut pada siklus II. Pada siklus II diperoleh data kemampuan mengenal pola mencapai 83%.Berdasarkan hasil data pada siklus II maka penelitian ini berhasil dan dapat disimpulkan bahwa metode bernyanyidengan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca huruf.Kata kunci : Membaca, Bernyanyi, Kartu Huruf AbstractLanguage proficiency in particular reading letters especially in children age 3-4 years old in PPT Kenanga Surabaya isstill relatively low. This problem is caused due to theteaching and learning activities that had applied to more use ofmotode lectures and with a less capable media as supporting the granting of material in the reading of the letter.related to the statement above, then the purpose of this research is to know the extend to which the methodology canimprove the capability of singing children aged 3-4 years in reading letters at PPT Kenanga Surabaya. This research is conduct by action research class that held in form of cycle. Each cycle consist of: Planning, Action,Observation and Reflection. The subject of this research is children age 3-4 years old in PPT Kenanga Surabaya, amount of 20 children. The technique of collecting data which is use is observing and documenting, while the analyzingdata is use descriptive statistics.From the result of research cycle 1 is the ability of reading letters is 60%. It showed us that action research class is notsuccess yet because of the target criteria of achievement is expecting 75%, so this research is undergo for cycle 2. Incycle 2, the result is the ability of know the pattern is reach 83%. Based on the second data in cycle 2, so this researchis success and concluded that singing method with media card letters can improve the reading letters skill.Keyword : Reading, Singing, Card Letters

    WORKSHOP MANAJEMEN PENGEMASAN DAN PEMASARAN PORANG DAN BIOFERTILIZER DI DESA GARANTUNGAN, BULUKUMBA

    Get PDF
    Pengabdian masyarakat di Desa Garuntungan, Kabupaten Bulukumba, yang fokus pada sosialisasi pemasaran dan pengemasan produk porang, memiliki peran yang sangat relevan dalam meningkatkan pemahaman dan potensi ekonomi porang di komunitas tersebut. Porang adalah komoditas pertanian yang memiliki potensi ekonomi tinggi, namun kurang dimanfaatkan karena kurangnya pengetahuan dan akses pasar. Hasil observasi dan umpan balik dari peserta pelatihan menunjukkan bahwa mereka mengapresiasi kontribusi dari para pakar dalam bidang tersebut yang memberikan wawasan mendalam, menciptakan pelatihan yang sangat informatif dan relevan bagi mereka. Selama pelatihan, peserta mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang proses pengemasan porang dan strategi pemasaran yang efektif. Sebelumnya, kurangnya pengetahuan dan praktik yang higienis dalam pengemasan produk porang menjadi kendala dalam meningkatkan kualitas produk. Namun, melalui pelatihan ini, peserta semakin termotivasi untuk mencapai tahap produksi tepung porang yang berkualitas. Dengan demikian, inisiatif ini berhasil meningkatkan pemahaman dan motivasi peserta terkait industri porang. Dalam diskusi yang dilakukan selama pelatihan, strategi pemasaran dan target pasar yang diincar dibahas secara rinci. Hal ini membantu peserta mengidentifikasi peluang pasar baru untuk porang dan merencanakan rantai pasokan yang lebih efisien. Selain itu, pemahaman akan pentingnya faktor kemasan juga ditekankan, karena pengemasan adalah kunci dalam penentuan persepsi konsumen terhadap produk porang

    SOSIALISASI DAN PELATIHAN BUDIDAYA PORANG BERBASIS AGROFORESTRI UNTUK WARGA DESA GARUNTUNGAN KABUPATEN BULUKUMBA

    Get PDF
    Porang merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di bawah naungan tanaman kayu atau pepohonan. Hal ini menunjukkan bahwa budidaya porang sangat cocok menggunakan sistem agroforestri. Namun, di Desa Garuntungan, budidaya porang yang diterapkan masih menggunakan Teknik konvensional sehingga dapat menyebabkan efek yang merugikan, seperti erosi tanah, degradasi tanah, degradasi lahan, kerentanan yang lebih tinggi terhadap hama atau penyakit tertentu, dan bahkan efek yang merugikan seperti risiko tinggi kehilangan hasil panen karena faktor-faktor seperti cuaca buruk. Oleh karena itu, dibutuhkan sosialisasi dan pelatihan untuk memperkenalkan budidaya porang berbasis agroforestri. Sosialisasi dan pelatihan ini juga dilaksanakan sebagai langkah awal untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan pelatihan teknik budidaya porang berbasis agroforestri bisa dikatakan berhasil. Hal ini dapat terlihat dari pemaparan materi dari para narasumber yang sangat menarik dan mudah dipahami. Selain itu, keberhasilan dari kegiatan ini terlihat dari antusiasme yang tinggi dari warga Desa Garuntungan dalam menanggapi materi yang dipaparkan oleh narasumber

    The changing characteristics of a cohort of children and adolescents living with HIV at antiretroviral therapy initiation in Asia.

    No full text
    Despite improvements in HIV testing and earlier antiretroviral therapy (ART) initiation in children living with HIV through the years, a considerable proportion start treatment with advanced disease. We studied characteristics of children and adolescents living with HIV and their level of immunodeficiency at ART initiation using data from a multi-country Asian cohort. We included children and adolescents who were ART-naïve and <18 years of age at ART initiation from 2011 to 2020 at 17 HIV clinics in six countries. Incidence rates of opportunistic infections (OIs) in the first two years of triple-drug ART (≥3 antiretrovirals) was also reported. Competing risk regression analysis was performed to identify factors associated with first occurrence of OI. In 2,027 children and adolescents (54% males), median age at ART initiation increased from 4.5 years in 2011-2013 to 6.7 in 2017-2020, median CD4 count doubled from 237 cells/μl to 466 cells/μl, and proportion of children who initiated ART as severely immunodeficient decreased from 70% to 45%. During follow-up, 275 (14%) children who received triple-drug ART as first treatment and had at least one clinic visit, developed at least one OI in the first two years of treatment (9.40 per 100 person-years). The incidence rate of any first OI declined from 12.52 to 7.58 per 100 person-years during 2011-2013 and 2017-2020. Lower hazard of OIs were found in those with age at first ART 2-14 years, current CD4 ≥200 cells/μl, and receiving ART between 2017 and 2020. The analysis demonstrated increasing number of children and adolescents starting ART with high CD4 count at ART start. The rate of first OI markedly decreased in children who started ART in more recent years. There remains a clear need for improvement in HIV control strategies in children, by promoting earlier diagnosis and timely treatment

    Bibliography

    No full text
    corecore