4 research outputs found

    Hukum talak di luar pengadilan perspektif teori Hermeneutika Khaled Abou El-Fadl

    Get PDF
    ABSTRAK KHI berperan sebagai aturan yang diberlakukan di Pengadilan Agama yang mengatur hal ihwal terkait hukum perdata umat muslim Indonesia. Pasal 115 dan Pasal 123 KHI mengatur terkait keharusan melangsungkan perceraian di Pengadilan Agama, sehingga berkonsekuwensi terhadap perceraian yang tidak dilakukan di Pengadilan Agama, yakni tidak mengakibatkan perceraian. Namun demikian, mayoritas ulama di Indonesia masih berpegang teguh pada aturan-aturan yang terdapat di dalam kitab-kitab fikih, sehingga eksistensi Pengadilan Agama bukan merupakan syarat sah atas ikrar talak. Hermeneutika el-Fadl dalam hal ini memiliki peluang besar untuk dijadikan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk memahami esensi keabsahan hukum talak yang dijatuhkan di luar Pengadilan Agama berdasarkan sudut pandang pemahaman hukum Islam; Untuk memahami kandungan isi Pasal 115 KHI; Untuk memahami dan mengaplikasikan teori hermeneutika el-Fadl pada ranah hukum Islam; Untuk menghasilkan persepsi hukum yang relevan dalam memahami persoalan terkait keabsahan hukum talak yang dijatuhkan di luar Pengadilan Agama. Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah library research, di mana pencarian data dilakukan dengan menelusuri dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan pokok penelitian. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yang bersifat deskriptif-analitik, yaitu penggunaan metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan menginterpretasikan kondisi yang sedang berlangsung dan sedang berkembang. Berdasarkan proses penelitian yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwasanya 1) Hukum Islam secara esensial mengatur hukum terkait perceraian dalam rangka mengangkat derajat perempuan dan menjadikan kemashlahatan sebagai pokok pertimbangan hukumnya. 2) Perumusan KHI dilatar belakangi adanya kegelisahan atas realitas penetapan hukum yang dilakukan oleh para Hakim di Pengadilan Agama, di mana keputusan hukumnya memiliki keragaman berdasarkan referensi yang digunakan oleh para Hakim. 3) Hermeneutika el-Fadl dapat diaplikasikan dengan beberapa tahapan, yakni menelusuri asbab al-Nuzul ayat 229 surat al-Baqarah, melakukan munasabah ayat, melakukan analisis, melakukan kontekstualisasi atas hasil analisis dengan keadaan zaman yang hidup dewasa ini. 4) Bahwa apa yang telah menjadi ketetapan di dalam Pasal 115 dan 123 KHI sudah relevan dengan maksud yang dikehendaki oleh teks hukum Islam. ABSTRACT KHI acts as a rule that is enforced in the Religious Courts which regulates matters relating to the civil law of Indonesian Muslims. Article 115 and Article 123 of the KHI regulate the obligation to carry out a divorce in the Religious Courts so that the consequences for divorces that are not carried out in the Religious Courts are that they do not result in divorce. However, the majority of scholars in Indonesia still adhere to the rules contained in fiqh books, so the existence of a Religious Court is not a valid requirement for a divorce pledge. El-Fadl's hermeneutics in this case has a big role to be used as an analytical knife in this study. This study aims to understand the essence of the validity of the divorce law handed down outside the Religious Courts based on the point of view of understanding Islamic law; To understand the contents of Article 115 KHI; To understand and apply al-Fadl's theory of hermeneutics in the realm of Islamic law; To produce relevant legal perceptions in understanding issues related to the legal validity of divorces handed down outside the Religious Courts. The research method used in this study is library research, in which the data search is carried out by tracing written documents related to the subject of the research. While the data analysis technique used is descriptive-analytic qualitative data analysis, namely the use of methods that aim to describe and interpret ongoing and developing conditions. Based on the research process that the author has done, it can be concluded that 1) Islamic law essentially regulates the law related to divorce to elevate the status of women and make benefit the main legal consideration. 2) The formulation of the KHI is motivated by anxiety over the reality of legal stipulations carried out by judges in the Religious Courts, where legal decisions vary based on the references used by judges. 3) El-Fadl's hermeneutics can be applied in several stages, namely tracing the asbab al-Nuzul verse 229 of the letter al-Baqarah, conducting munasabah verses, conducting analysis, contextualizing the results of the analysis with the conditions of the times living today. 4) That what has been stipulated in Articles 115 and 123 of the KHI is relevant to the intent intended by the text of Islamic law. مستخلص البحث في هذه الحالة، تجميع الشريعة الإسلامية في إندونيسيا بمثابة القاعدة التي يتم فرضها في المحاكم الدينية التي تنظم المسائل المتعلقة لقانون المدني من المسلمين الإندونيسيين. وتنظم المادة ١١٥ والمادة ١٢٣ من قانون الحق في الطلاق في المحاكم الدينية بحيث تكون النتائج المنزتبة على حالات الطلاق التي لا تتم في المحاكم الدينية هي أنها لا تؤدي إلى الطلاق. ومع ذالك، فإن غالبية العلماء في إندونيسي لا يزالون يلتمزون لقواعد الواردة في كتب الفقه، ولتالي فإن وجود محكمة دينية ليس شرطا صالحا لتعهد الطلاق. تفسير الفضل في هذه الحالة له دور كبير لاستخدامه كسكين تحليلي في هذه الدراسة. تهدف هذه الدراسة إلى فهم جوهر صحة قانون الطلاق الصادر خارج المحكم الدينية بناء على وجهة نظر فهم الشريعة الإسلامية؛ وفهم محتويات المادة ١١٥في تجميع الشريعة الإسلامية؛ وفهم وتطبيق نظرية الفضل في التأويل في مجال الشريعة الإسلامية؛ لإنتاج تصورات قانونية ذات صلة في فهم القضا المتعلقة لصحة القانونية للطلاق الصادر خارج المحاكم الدينية. طريقة البحث المستخدمة في هذه الدراسة هي بحث المكتبة، حيث يتم البحث عن البيانات عن طريق تتبع الوثائق المكتوبة المتعلقة بموضع البحث. في حين أن تقنية تحليل البيانات المستخدمة هي تحليل البيانات النوعية الوصفية التحليلية، أي استخدام الأساليب التي تهدف إلى وصف وتفسير الظروف الجارية والنامية. إستنادا إلى عملية البحث التي قام بها المؤلف، يمكن الاستنتاج أن ١) الشريعة الإسلامية تنظم بشكل أساسي القانون المتعلق بالطلاق لرفع وضع المرأة وجعل المنفعة الإعتبار القانوني الرئيسي. ٢) إن صياغة تجميع الشريعة الإسلامية مدفوعة بالقلق من واقع الأحكام القانونية التي يقوم بها القضاة في المحاكم الدينية، حيث تختلف القرارات القانونية بناء على المراجع التي يستخدمها القضاة. ٣) يمكن تطبيق تأويل الفضل على عدة مراحل، وهي تتبع رسالة النزل الآية ٢٢٩ من سورة البقرة، وإجراء آيات المناصفة، وإجراء التحليل، ووضع نتائج التحليل في سياقها مع ظروف العصر الذي يعيش اليوم. ٤) أن ما هو منصوص عليه في المادتين ١١٥ و ١٢٣ من تجميع الشريعة الإسلامية لهما صلة بالصد المقصود في نص الشريعة الإسلامية

    Metode Cina dalam Mengatasi Covid-19; Analisis dengan Menggunakan Teori The Law of non Transferability of Law

    Get PDF
    AbstractThe ups and downs of COVID-19 were motivated by the neglect of the rule of law. China was the first country to be affected by COVID-19 as well as a country that managed to overcome it. This success is the result of the hard work of the Chinese government and its people. The theory initiated by Seidman emphasizes the existence of a good legal culture, but every rule of law that is successfully enforced in one place cannot necessarily be applied elsewhere. The purpose of this study was to find out the methods of preventing the spread of COVID-19 used by China and their relevance to other countries in the application of these methods. This is done by using Seidman's theory as an analytical knife. This research method is qualitative-normative literature-based. The results showed that China implemented a system of lockdown and Chinese Medicine (CM).Keywords: Coping with COVID-19, legal culture, Seidman's theory. AbstrakPasang-surut COVID-19 dilatarbelakangi adanya pengabaian aturan hukum. Cina merupakan negara yang pertama kali terkena dampak COVID-19 sekaligus sebagai negara yang berhasil menanggulanginya. Keberhasilan tersebut merupakan hasil dari adanya kerja keras yang dilakukan oleh pemerintah Cina dan masyarakatnya. Teori yang digagas oleh Seidman menekankan adanya budaya hukum yang baik, namun setiap aturan hukum yang berhasil diberlakukan di suatu tempat tidak semerta-merta bisa terapkan oleh tempat lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pencegahan penyebaran COVID-19 yang digunakan oleh Cina dan relevansinya dengan negara-negara lain dalam penerapan metode tersebut. Demikian dilakukan dengan menggunakan teori Seidman sebagai pisau analisis. Metode penelitian ini adalah kualitatif-normatif yang berbasis kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cina menerapkan sistem lockdown dan Chinese Medicine (CM).Kata Kunci: Penanggulangan COVID-19, budaya hukum, teori Seidman

    HUKUM WARIS BEDA AGAMA (Studi Metode Istinbath Hukum Abdul' Aziz bin Baz, Abdullah Ahmad an-Na'im dan Huruf al-Qardhawi)

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kegelisahan penulis terhadap perbedaan pendapat para ulama kontemporer tentang hukum waris beda agama. Dalam hal ini, Bin Bâz dengan tegas melarang perealisasian waris beda agama secara mutlak, an- Na’im membolehkannya secara mutlak, sedangkan al-Qardhâwi mengklasifikasikan hal tersebut menjadi dua bagian. Yakni, jika ahli waris adalah muslim sedangkan pewarisnya non-muslim maka boleh untuk merealisasikan waris beda agama. Tetapi, jika ahli waris adalah non-muslim sedangkan pewarisnya muslim maka dalam keadaan demikian perealisasian waris beda agama menjadi terlarang. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana argumentasi Bin Bâz, an-Na’im dan al-Qardhâwi terkait hukum waris beda agama?, 2) Bagaimana metode istinbâth hukum yang digunakan oleh Bin Bâz, anNa’im dan al-Qardhâwi dalam ijtihadnya?. Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui argumentasi Bin Bâz, an-Na’im dan alQardhâwi dalam menentukan hukum waris beda agama, 2) Untuk mengetahui metode istinbâth hukum yang digunakan oleh Bin Bâz, an-Na’im dan al-Qardhâwi. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode Kualitatifnormatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi. Sedangkan, teknik analisis data menggunakan metode komparatif dan content analysis (analisis isi). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Bin Bâz menganggap nash secara eksplisit melarang perealisasian waris beda agama, an-Na’im menganggap bahwa larangan atas perealisasian waris beda agama merupakan suatu bentuk diskriminasi dan tidak relevan untuk diterapkan dewasa ini, sedangkan alQardhâwi menganggap bahwa kendatipun nash secara eksplisit melarang atas perealisasian waris beda agama, namun perlu disesuaikan dengan konteksnya dewasa ini. 2) Metode istinbâth hukum yang digunakan Bin Bâz adalah normatiftekstualis, dimana pemahamannya didasarkan pada redaksi nash tanpa adanya suatu upaya interpretasi. An-Na’im dalam hal ini menggunakan metode Hermeneutika Teks, dimana prinsip keadilan dan menghilangkan segala bentuk diskriminasi merupakan tolok ukur didalam melakukan reinterpretasi teks. Sedangkan al-Qardhâwi dalam hal ini menggunakan metode normatif- kontekstualis, dimana pemahaman yang dihasilkan dari nash disinergikan dengan kemashlahatan

    STANDAR KAFA’AH DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT MUSLIM YORDANIA, MAROKO, DAN PAKISTAN PADA ERA KONTEMPORER

    No full text
    Kafa’ah merupakan salah satu pertimbangan bagi seseorang saat hendak melakukan proses perkawinan. Secara umum konsep kafa’ah mengacu pada kesetaraan terkait dengan aspek agama, nasab, kecantikan/ketampanan dan materi akan tetapi, konsep sekufu lebih ditekankan pada permasalahan agama. Dalam perkembangannya konsep kafa’ah sebagaimana di negara Maroko, Yordania, serta Pakistan telah bergeser tidak hanya sekadar terpaku pada permasalahan materi, nasab, agama atau paras semata. Akan tetapi, dalam beberapa hal masih tetap berpegang pada pendapat ulama’ madzhab. Kendati bukan sebagai sebuah keharusan bagi seorang calon mempelai, konsep kafa’ah dinilai memiliki sumbangsih bagi tercapainya keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah
    corecore