17 research outputs found
POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA KARET (HEVEA BRASILIENSIS) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Masalah penelitian ini adalah faktor-faktor geografi fisik maupun sosial serta evaluasi kesesuaian lahan yang menjadi daya dukung pengembangan budiaya karet, mengetahui potensi dan pola pemasaran hasil budidaya, serta sejauh mana arahan potensi pengembangan budidaya karet di Kabupaten Bandung Barat. Tujuan yang ingin dicapai setelah penelitian ini adalah memperoleh gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor geografis analisis kesesuaian lahan yang mendukung pengembangan budidaya karet, pola pengelolaan mengenai potensi dan pola pemasaran guna menentukan strategi peluang pasar, serta gambaran sejauh mana arahan potensi pengembangan budidaya karet di Kabupaten Bandung Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai deskriptif. kegunaan metode penelitian survai deskriptif adalah evaluasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara tehadap 100 orang responden dari petani karet, dan untuk data kondisi fisik diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di titik yang dijadikan sampel wilayah berdasarkan satuan lahan yaitu terdiri dari 39 titik sampel pengematan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari interpretasi peta, penelaahan berbagai dokumen dari beberapa instansi dan literatul yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data tersebut dianalaisis dengan menggunakan teknik presentase, yang hasilnya kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara umum yang menjadi daya dukung pengembangan budidaya karet di Kabupaten Bandung Barat adalah meliputi kondisi fisik seperti iklim, keadaan dan jenis tanah, ketersediaan air, dan kemiringan lereng. Sementara kondisi sosialnya meliputi tingkat pendidikan dan pengalaman petani, modal, tingkat proporsi pendapatan, transportasi, kebijakan pemerintah, tenaga kerja, dan pemasaran. Pola dan potensi pemasaran menunjukan karakteristik tingkatan petani. Sedangkan untuk arahan pengembangan budidaya karet di Kabupaten Bandung Barat dapat diarahkan pada lahan seluas 21234,728 Ha (16,26%) dari luas wilayah Kabupaten Bandung Barat. Arahan pengembangan ini bukan untuk menekankan agar keseluruhan luasan tersebut hanya sesuai untuk tanaman karet, akan tetapi hanya bersifat arahan agar masyarakat yang berminat untuk mengembangkan tanaman karet dapat menanamnya di areal arahan ini.
Berdasarkan hasil analisis merupakan salah satu upaya dasar dalam mengembangkan budidaya karet di Kabupaten Bandung Barat. Potensi pengembangan ini akan memberikan gambaran potensi apa yang akan dikembangkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, guna meningkatkan taraf hidup serta pendapatan masyarakat.
The research problem is a factor – physical geography and social factors as well as the evaluation of the suitability of land bearing capacity rubber cultivation, determine the potential for culvation and marketing pattern, and the extent to which the direction of the potential development of rubber cultivation in West Bandung Regency. Objectives to be achieved after thi study was to obtain a clear picture of the geographical factors of land suitability analysis that supports the development of rubber cultivation, pattern and the pattern of management regarding potential marketing strategies in order to determinethe market, and the description of the extent to which the direction of the potential development of rubber cultivation in the district west of Bandung.
Methods used in this study was a descriptive survey. The usefulness of a descriptive survey research method is the evaluation. Data collection techniques used are primary data and secondary data. Primary data obtained from interviews with 100 respondents from the rubber farmers, and to the physical condition of the data obtained from the measurement point and the observation of the sampled areas based on land unit that is composed of 39 sample points of observation. While the secondary data obtained from the interpretation of maps, review of various documents from several agencies and literatul related to the research problem. The data is analyzed by using percentages, and the result were presented in the form of tables and figures.
The result of this study indicate that in general the carrying capacity of rubber cultivation in West Bandung Regency is covering physical conditions such as climate, soil conditions and the type, availabilityof water, and slope. While the social conditions including the level of farmers’ education and experience, capital, the proportion of income level, transportation, government policy, labor, and marketing. Pattern an potential marketing degree shows the characteristics of farmers. While the direction of the development for rubber cultivation in West Bandung Regency. Direction of this development is not to emphasize that the whole area is only suitable for rubber plant, but merely referrals to people interested in developing rubber plants can be planted in the area this direction.
Based on the result of the analysis is one of the basic effort in developing rubber cultivation in West Bandung regency. The potential of this development will give you an idea of what the potential will be developed for the public welfare, to improve living standards and income
PENGARUH MEDIA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) TERHADAP BERPIKIR SPASIAL PESERTA DIDIK : Studi Kuasi- Eksperimen Pada Pembelajaran Geografi, Pokok Bahasan Mitigasi Bencana, Kelas XI IPS 2 di SMAN 15 Kota Bandung dan Kelas XI IPS 1 di SMA Pasundan 7 Kota Bandung
Penggunaan aplikasi SIG untuk media pembelajaran masih jarang dikembangkan dalam pembelajaran geografi. Pemanfaatan SIG sebagai media pembelajaran terkendala oleh ketersediaan aplikasi yang masih terbatas untuk bidang pendidikan. Keterbatasan tersebut terutama dalam hal basisdata yang sesuai dengan kurikulum, ketersediaan basisdata lokal dan desain yang lebih sederhana, sehingga mudah digunakan oleh guru dan peserta didik. Pemanfaatan media SIG dalam pembelajaran geografi bertujuan meningkatkan berpikir spasial peserta didik. Namun demikian, kajian tentang pengaruh pemanfaatan SIG terhadap berpikir spasial peserta didik masih terbatas dan belum konsisten. Berdasarkan keadaan tersebut, penelitian ini berupaya mengembangkan media Sistem Informasi Geografis yang mudah digunakan dan memiliki ketersersedian data yang sesuai untuk kepentingan pembelajaran geografi di Indonesia. Pertanyaan yang diajukan adalah bagaimanakah mengembangkan aplikasi SIG sebagai media pembelajaran Geografi dan bagaimanakah pengaruh pemanfaatan SIG terhadap berpikir spasial peserta didik dalam mata pelajaran geografi. Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-experiment dengan mengambil SMAN 15 dan SMA Pasundan 7 Kota Bandung sebagai lokasi penelitian. Pelaksanaan penelitian diselenggarakan di kelas XI IPS 2 SMAN 15 dan XI IPS 1 SMA Pasundan 7 sebagai kelompok eksperimen dan XI IPS 4 SMAN 15 dan XI IPS 2 SMA Pasudan 7 sebagai kelompok kontrol. Desain quasi-experiment yang digunakan adalah desain dengan kelompok kontrol yang tak setara. Penelitian ini menggunakan variabel SIG sebagai media pembelajaran, dan variabel berpikir spasial peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah instrumen test. Instrumen test berupa pilihan ganda (multiple-choice test). Teknik analisis yang digunakan adalah T- Test satu sampel dan Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi media SIG dapat dikembangkan sebagai media pembelajaran dengan merancang desain yang sederhana dan mudah digunakan serta basisdata sesuai kurikulum yang berlaku di sekolah. Media SIG yang dikembangkan melalui penelitian ini menunjukkan pengaruh dalam mengembangkan kemampuan berpikir spasial peserta didik sebelum dan sesudah di kelas eksperimen dan kelas kontrol SMAN 15 Kota Bandung dan kelas eksperimen SMA Pasundan 7 Kota Bandung. Terdapat perbedaan yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan SIG dalam berpikir spasial peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak menggunakan media SIG pada pembelajaran geografi di SMAN 15 Kota Bandung dan di SMA Pasundan 7 Kota Bandung.---------The use of GIS applications for instructional media is still rarely developed in geography learning. Utilization of GIS as a medium of learning is constrained by the availability of applications that are still limited to the field of education. These limitations are primarily in terms of databases that fit the curriculum, the availability of local databases and simpler designs, making them easier for teachers and learners to use. Utilization of GIS media in geography learning aims to improve the spatial thinking of learners. Nevertheless, the study of the effect of GIS utilization on spatial thinking on learners is limited and inconsistent. Based on these circumstances, this research seeks to develop a Geographic Information System media that is easy to use and has the availability of data suitable for the interests of geography learning in Indonesia. The question posed is how to develop GIS applications as a medium of learning Geography and how the influence of GIS utilization on spatial thinking of learners in geography subjects.
The experimental method used in this research is quasi-experiment by taking SMAN 15 and SMA Pasundan 7 Bandung as research location. The research was conducted in class XI IPS 2 SMAN 15 and XI IPS 1 SMA Pasundan 7 as experimental group and XI IPS 4 SMAN 15 and XI IPS 2 SMA Pasudan 7 as control group. The quasi-experiment design used was a design with an unequal control group. This study uses GIS variable as learning media, and spatial thinking variable of learners. The instrument used is the test instrument. The test instrument is a multiple-choice test. The analysis technique used was T-Test of one sample and KolmogorovSmirnov.
The results showed that GIS media applications can be developed as a learning medium by designing a simple and easy to use design and database according to the curriculum applicable in schools. GIS media developed through this research shows the influence in developing spatial thinking ability of learners before and after in the experimental class and control class of SMAN 15 Bandung City and experimental class SMA Pasundan 7 Bandung. There is a significant difference of learning by using GIS in spatial thinking of learners in experimental class and control class who do not use GIS media on geography learning in SMAN 15 Bandung City and Pasundan 7 SMA Bandung
Building National Character Through Social Studies Based on Society 4.0 Values Post-Pandemic COVID-19
This paper’s fundamental problem is building national character through social studies based on Society 4.0 in the post-COVID-19 pandemic. This is because the learning process during the COVID-19 pandemic takes place online using a platform to support learning. The use of the platform is a problem that has not been touched on, namely, the formation of student character. This study uses a qualitative approach to produce an overview of social studies learning methods based on the national character to improve teacher professional competence. A total of 35 social studies teachers were taken as samples. The results obtained in this study, namely the solution in the form of developing learning methods that tend to be monotonous, which so far have been carried out, must be combined with methods that provide more space for students to develop their potential. In this connection, national character is interpreted as a way of thinking and behaving that shows the differences of everyone to live and work together for a better life for society and the nation. The 2013 curriculum on social studies subjects was developed as an integrative social studies subject, not as separate disciplines. Social studies subjects are, of course, applicative-oriented education, as the development of inquiry abilities, learning abilities, and character education such as curiosity, creativity, honesty, and the development of a caring and responsible attitude towards the surrounding environment and social relations.
Keywords: building national character, social studies learning, community values 4.
The use of Geographic Information System (GIS) and Remote Sensing (RS) for potential unconfined groundwater in structural and volcano landforms
The Northern Bandung area covers two landforms, namely volcano and structural landforms. Unconfined groundwater has become the water source for local people’s daily needs in both landforms. It is necessary to map the potential unconfined groundwater for both volcano and structural landforms due to the significant role of springs for the local people living in those areas. This research aims to map the unconfined groundwater on the volcano and structural landforms. This study employed the approaches of Analytical Hierarchy Process (AHP), Geographic Information System (GIS), and Remote Sensing (RS) using the variables of lineament density, rainfall, slope, and Topographic Wetness Index (TWI), hydrogeology, drainage density, and land use. The result shows that each variable has the Consistency Ratio (CR) below 0,1, resulting in consistent research variables and appropriate for discussion. The classification of the potential groundwater is divided into three categories: low, medium, and high. The survey validation finds that 147 springs spread at 86 high lands, 55 medium lands, and six lowlands. This model can be an alternative to map the potential unconfined groundwater in both volcano and structural areas
PEMODELAN 3D ANALYSIS RISIKO BENCANA WISATA LERENG GUNUNG MERAPI DI KECAMATAN CANGKRINGAN DAN PAKEM
As a country located in an area where three active plates meet, Indonesia has a high level of disaster risk, including volcanic eruptions. Indonesia has active volcanoes more than 30% of all active volcanoes in the world. One of the most frequent volcanoes that erupts is Mount Merapi, since 1900 up to now there have been recorded 24 eruptions. From our concern about the threat of disaster, we are interested in developing 3D Analysis modeling for tourist areas in Cangkringan and Pakem Districts. The combination of GIS technology with navigation systems can be used as a tool to analyze the state of tourist areas against disasters from Mount Merapi. From the 3D Analysis modeling that has been made, Bukit Klangon which is opened to the public is the highest position compared to other tourist sites and has the closest distance to the caldera. However, in spatial calculations, this tourism location is not one of the tourist areas with the highest hazard vulnerabilities.Sebagai Negara yang terletak di daerah pertemuan 3 lempeng aktif, Indonesia memiliki tingkat risiko bencana yang tinggi, diantaraya adalah erupsi gunung api. Indonesia mempunyai gunung api aktif lebih dari 30% dari keseluruhan gunung aktif di dunia. Salah satu gunung api yang paling sering meletus adalah Gunung Merapi, sejak tahun 1900 sampai saat ini tercatat sudah 24 kali erupsi. Dari kekhawatiran kami terhadap ancaman bencana tersebut, kami tertarik untuk mengembangkan pemodelan 3D Analysis untuk daerah wisata di Kecamatan Cangkringan dan Pakem. Kombinasi teknologi SIG dengan sistem navigasi dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menganalisis keadaan daerah wisata terhadap bencana dari Gunung Merapi. Dari pemodelan 3D Analysis yang telah dibuat, Bukit Klangon yang dibuka untuk umum menjadi posisi paling tinggi dibanding lokasi wisata lain dan memiliki jarak terdekat dengan kaldera. Namun secara perhitungan spasial, lokasi wisata ini bukan termasuk kawasan wisata dengan kerentanan bahaya paling tinggi
Pemodelan 3D Analysis Risiko Bencana Wisata Lereng Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan dan Pakem
As a country located in an area where three active plates meet, Indonesia has a high level of disaster risk, including volcanic eruptions. Indonesia has active volcanoes more than 30% of all active volcanoes in the world. One of the most frequent volcanoes that erupts is Mount Merapi, since 1900 up to now there have been recorded 24 eruptions. From our concern about the threat of disaster, we are interested in developing 3D Analysis modeling for tourist areas in Cangkringan and Pakem Districts. The combination of GIS technology with navigation systems can be used as a tool to analyze the state of tourist areas against disasters from Mount Merapi. From the 3D Analysis modeling that has been made, Bukit Klangon which is opened to the public is the highest position compared to other tourist sites and has the closest distance to the caldera. However, in spatial calculations, this tourism location is not one of the tourist areas with the highest hazard vulnerabilities.Sebagai Negara yang terletak di daerah pertemuan 3 lempeng aktif, Indonesia memiliki tingkat risiko bencana yang tinggi, diantaraya adalah erupsi gunung api. Indonesia mempunyai gunung api aktif lebih dari 30% dari keseluruhan gunung aktif di dunia. Salah satu gunung api yang paling sering meletus adalah Gunung Merapi, sejak tahun 1900 sampai saat ini tercatat sudah 24 kali erupsi. Dari kekhawatiran kami terhadap ancaman bencana tersebut, kami tertarik untuk mengembangkan pemodelan 3D Analysis untuk daerah wisata di Kecamatan Cangkringan dan Pakem. Kombinasi teknologi SIG dengan sistem navigasi dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menganalisis keadaan daerah wisata terhadap bencana dari Gunung Merapi. Dari pemodelan 3D Analysis yang telah dibuat, Bukit Klangon yang dibuka untuk umum menjadi posisi paling tinggi dibanding lokasi wisata lain dan memiliki jarak terdekat dengan kaldera. Namun secara perhitungan spasial, lokasi wisata ini bukan termasuk kawasan wisata dengan kerentanan bahaya paling tinggi
ANALISIS PENGARUH PERSEBARAN INDUSTRI TERHADAP KERAPATAN VEGETASI DI KOTA CIMAHI
Cimahi City is the one of cities in west java with an area of 40.2 km. as the administration region, cimahi city become a center of various activities, such on trade sector, mainly industrial sector. Besides, cimahi city has agriculture and tourism sector according to the law no. 26 of 2007, green open spaces in urban areas has a proportion of at least 30% of the urban area. With remote sensing terchnology on currently, helping detect land cover distribution in form of vegetation in Cimahi City, detect vegetation distribution pattern, vegetation density and vegetation area on certain area in Cimahi City. This study aims to know distribution pattern, density level of vegetation, and distribution of vegetation using NDVI Technique, and also to know analysis result from using NDVI technique on vegetation density and distribution in Cimahi City. This study data acquired technique from landsat 8 data in 2019 data and landsat 7 data in 2008 and acquiring sampling data. Based on this analysis result, distribution pattern and vegetation density in Cimahi City scattered on 5 class, 1) no vegetation class, 2) very low vegetation density class, 3) low vegetation density class, 4) moderate vegetation density class, 5) high vegetation density class. Most of the area of cimahi city no longer has any green land spread over area based on analysis result from NDVI technique. This is comaparable with distribution industry building in cimahi city.Kota Cimahi merupakan salah satu Kota di Jawa Barat dengan luas mencapai 40,2 km2. Sebagai wilayah administrasi, Kota Cimahi menjadi tempat terpusatnya berbagai macam aktivitas, seperti dalam sektor perdagangan, khususnya sektor perindustrian. Selain itu, di kota Cimahi juga terdapat aktivitas pertanian dan pariwisata. Menurut UU. No. 26 Tahun 2007, ruang terbuka hijau pada wilayah kota memiliki proporsi paling sedikit adalah 30% persen dari luas wilayah kota. Dengan adanya teknologi pengindraan jauh pada saat ini, memudahkan mendeteksi sebaran penutup lahan berupa vegetasi, lalu mendeteksi pola sebaran vegetasi, kerapatan vegetasi dan juga luas vegetasi di wilayah tertentu khususnya di kota Cimahi. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pola persebaran, tingkat kerapatan vegetasi, sebaran vegetasi menggunakan teknik NDVI, dan juga untuk mengetahui hasil analisis dari teknik NDVI tersebut bagi kerapatan dan persebaran vegetasi di Kota Cimahi. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan spektral dan menggunakan algoritma NDVI untuk mengetahui pesebaran dan kerapan vegetasi di Kota Cimahi. Kemudian, untuk teknik pengambilan data berupa data citra satelit Landsat 8 tahun 2019 dan citra satelit Landsat 7 tahun 2008 untuk Kota Cimahi dan pengambilan data sampling. Berdasarkan hasil analisis tersebut, pola persebaran dan kerapatan vegetasi di Kota Cimahi tersebar dalam 5 kelas, yakni kelas tidak ada vegetasi, kelas kerapatan vegetasi sangat rendah, kelas kerapatan vegetasi rendah, kelas kerapatan vegetasi sedang, dan kelas kerapatan vegetasi tinggi. Sebagian besar wilayah Kota Cimahi sudah tidak memiliki lahan hijau yang tersebar di seluruh wilayah berdasarkan hasil analisis dengan teknik NDVI. Hal ini sebanding dengan persebaran bangunan industri di Kota Cimah
ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2028
Pertanian menjadi sumber mata pencaharian utama di sebagian masyarakat pedesaan Kabupaten Purwakarta. Daya dukung lahan harus sangat diperhatikan karena berpengaruh dengan keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia. Analisis daya dukung lahan pertanian dapat memecahkan masalah perubahan lahan dan ketahanan pangan. Penelitian ini akan membahas mengenai perhitungan kebutuhan lahan pertanian di Kabupaten Purwakarta berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk 10 tahun ke depan, dengan menggunakan data pada tahun 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan metode deskriptif kuantitatif. Proses pencarian, pengumpulan, dan analisis data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan dari berbagai sumber terpecaya. Teknik analisis yang digunakan untuk menentukan daya dukung lahan pertanian mengunakan rumus matematika dari konsep gabungan atas teori Odum, Christeiler, Ebener Howard, dan Issard dalam Soeharjo dan Tukiran (1990) dalam Moniaga (2011), perhitungan Jumlah Penduduk Optimal (JPO), dan perhitungan Kebutuhan Lahan Pertanian (KPLR). Hasil dari penelitian ini adalah Peta KLPR 2028 yang menunjukan hasil tingkat daya dukung lahan yang bervariasi yang disebabkan oleh faktor data luas panen, produksi, dan jumlah penduduk pada tiap kecamatan tergantung pada komoditasnya. Hasil perhitungan jumlah penduduk optimal (JPO) di beberapa kecamatan Kabupaten Purwakarta apabila disesuaikan dengan komoditasnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terdata pada masing-masing kecamatan. Hasil perhitungan kebutuhan lahan pertanian dari perhitungan JPO 2028 dan KPLR 2028 yang menunjukan bahwa kecamatan Jatiluhur, Maniis, Sukatani, Purwakarta, Babakancikako, Campaka, dan Bungursari tidak bisa menjadi wilayah swasembada pangan pada tahun 2028. Sedangkan untuk kecamatan yang lain masih bisa menjadi swasembada pangan untuk 2028 karena kebutuhan masih dapat terpenuhi dari luas lahan panen yang adaPertanian menjadi sumber mata pencaharian utama di sebagian masyarakat pedesaan Kabupaten Purwakarta. Daya dukung lahan harus sangat diperhatikan karena berpengaruh dengan keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia. Analisis daya dukung lahan pertanian dapat memecahkan masalah perubahan lahan dan ketahanan pangan. Penelitian ini akan membahas mengenai perhitungan kebutuhan lahan pertanian di Kabupaten Purwakarta berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk 10 tahun ke depan, dengan menggunakan data pada tahun 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan metode deskriptif kuantitatif. Proses pencarian, pengumpulan, dan analisis data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan dari berbagai sumber terpecaya. Teknik analisis yang digunakan untuk menentukan daya dukung lahan pertanian mengunakan rumus matematika dari konsep gabungan atas teori Odum, Christeiler, Ebener Howard, dan Issard dalam Soeharjo dan Tukiran (1990) dalam Moniaga (2011), perhitungan Jumlah Penduduk Optimal (JPO), dan perhitungan Kebutuhan Lahan Pertanian (KPLR). Hasil dari penelitian ini adalah Peta KLPR 2028 yang menunjukan hasil tingkat daya dukung lahan yang bervariasi yang disebabkan oleh faktor data luas panen, produksi, dan jumlah penduduk pada tiap kecamatan tergantung pada komoditasnya. Hasil perhitungan jumlah penduduk optimal (JPO) di beberapa kecamatan Kabupaten Purwakarta apabila disesuaikan dengan komoditasnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terdata pada masing-masing kecamatan. Hasil perhitungan kebutuhan lahan pertanian dari perhitungan JPO 2028 dan KPLR 2028 yang menunjukan bahwa kecamatan Jatiluhur, Maniis, Sukatani, Purwakarta, Babakancikako, Campaka, dan Bungursari tidak bisa menjadi wilayah swasembada pangan pada tahun 2028. Sedangkan untuk kecamatan yang lain masih bisa menjadi swasembada pangan untuk 2028 karena kebutuhan masih dapat terpenuhi dari luas lahan panen yang ad
Pathways toward Water Sensitive Cities: An Educational Approach through Geography Learning
The 2030 Sustainable Development Goals (SDGs) have seventeen global goals for the sustainability of human life on planet Earth. One of these goals is to ensure access to water and sanitation for all. This article aims to formulate a grand design of Geography learning as part of social studies taught in the school. The context of the research is the east coast of Aceh Province. The research method used in this paper is a systematic literature review through books, scientific journals, and reports from several community-based water development programs. The grand design is formulated within ten years with three phases, namely (1) Acceleration; (2) Evaluation, and (3) Sustainable Education. The results of this literature review are expected to contribute to the management of water resources in the coastal area of East Aceh while at the same time increasing the implementation of the Merdeka Belajar (Independence Learning) policy at every level of education that is oriented toward local natural resources
Analysis of Land Use Change in Langsa City, Aceh Province in 2013 – 2021
Langsa City is a city on the east coast of Aceh that has the fastest growth compared to the surrounding area. However, this has a significant impact on land conversion which reduces environmental quality. Analysis of changes in land use in Langsa City needs to be carried out as a basis for determining development policies. This study aims to analyze changes in land use in Langsa City from 2013 – 2021. The data used in this study are Landsat 8 OLI-TIRS imagery in 2013, 2017, and 2021. These images were analyzed using a supervised classification technique based on band combinations for each land use. The classified land uses are settlements, paddy fields, ponds, mangrove forests, and mixed vegetation. The results showed that there was a significant increase in the settlement area in the center of Langsa City. Meanwhile, other land uses have changed but not consistently. This study concludes that a significant increase in settlement area is due to rapid population growth. The increase in settlement area also has an impact on changes in other types of land use. The researcher recommends that a population growth study be carried out as a basis for determining regional spatial planning