173 research outputs found

    Surgical Training in Libya: The Way Forward

    Get PDF
    The General Surgical Training Programmes worldwide are designed to ensure that the advanced surgical trainee in surgery achieves competency in knowledge, skill and attitude, both operative and non-operative in a wide range of common surgical conditions, enabling the trainee to practice competently as a surgeon. Therefore, the goal of the surgical training is to train broad-based, highly qualified surgical specialists who can provide excellence in the care of patients with a wide range of surgical diseases. To this end we have to strive to a training programme that emphasizes education over service, training in all major surgical subspecialties, and strong academic affiliations

    Fireworks-related Injuries during New Year celebrations in Kosovo: A comparison of the years 2008 and 2009

    Get PDF
    Background: Fireworks related injuries in children occur in Kosovo particularly during New Year celebrations.Aim: To report the pattern of fireworks- related injuries in childrenup to 16 years of age treated at the Emergency Center and Plastic Surgery,University Clinical Centre of Kosovo during the 2008 and 2009 New Year celebrations.Methods: Retrospective review of hospital recordsResults: During the New Year celebrations in 2008, a total of 65 caseswere admitted, 32 (49.2%) of who were children injured by fireworks. The ages of the children ranged from 5 to 16 years with a mean of 10.5years. The modal age affected was the 10 – 14 year-old group (53.6%). Boys constituted 93.8% of patients and girls 6.3%. During the 2009 New Year celebration, 17 cases were admitted with fireworks injuries, 12 (70.58%) of who were children ranging in age from 8 to 15 years (mean 11.5 years) with a modal age group of 10 – 14 years (66.7%). Boys accounted for 88.3% and girls for 16.7% of patients.Conclusions: The frequency of fireworks injuries reduced appreciablyafter introduction of laws restricting sales of fireworks devices and banningtheir use by children.Recommendations: It is recommended that parents play a greaterrole in controlling the activities of their children during festivities. Thegovernment and police should also ensure compliance with the law onthe use of fireworks during the holidays.Key words: fireworks injury, epidemiology, wounds, prevention

    Analisis Kuat Lentruk Struktur Balok Beton Bertulang Dengan Lubang Hollow Core Pada Tengah Penampang Balok

    Full text link
    Beton adalah material penyusun suatu struktur. Penggunaan beton di Indonesia pertama kali pada abad ke-7. Benteng Indrapatra milik kerajaan Lamuri adalah infrastruktur pertama yang menggunakan beton. Dalam penggunaannya, beton digabung dengan baja tulangan untuk menahan gaya tarik yang terjad. Beton bertulang dapat digunakan untuk segala macam struktur bangunan, seperti balok, kolom, pelat, dan pondasi. Dalam penggunaannya dilapangan, berat beton yang telah mengeras dapat mencapai 2400 kg/m3. Dalam penelitian ini, akan diuji penggunaan struktur beton ringan dengan membuat lubang hollow core di dalam balok. Pengujian difokuskan pada struktur balok. Dalam pengujian ini, digunakan benda uji balok beton penampang persegi dengan tiga buah lubang persegi dengan arah memanjang balok di tengah struktur balok beton. Lubang ini diisi oleh styrofoam, diletakkan dibawah garis netral penampang, tepatnya pada bagian tarik. Dengan asumsi, penggunaan beton pada bagian tarik kurang efisien dan penggunaan bahan beton pada bagian tarik hanya untuk mendistribusikan gaya yang diterima oleh struktur balok tersebut. Hasil dari penelitian menunjukkan berat volume beton dengan lubang ukuran 5 x 10 x 60 cm mengalami pengurangan sebesar 13.9%, sedangkan balok dengan lubang ukuran 7 x 10 60 cm dan 9 x 10 x 60 cm berturut – turut mengalami penurunan sebesar 15% dan 18.9%. Kuat lentur balok beton bertulang dengan lubang hollow core tidak mengalami penurunan dikarenakan lubang hollow core ditempakan pada daerah tarik balok. Daerah tarik balok ditahan oleh baja tulangan, sehingga jika lubang hollow core ditempatkan pada daerah ini, tidak berpengaruh terhadap kuat lentur balok. Nilai kuat lentur balok beton bertulang dengan lubang hollow core sebesar 2287.5 kgm, 2100 kgm dan 2167.5 kgm, berturut – turut untuk balok dengan lubang hollow core ukuran 5 x 10 x 60 cm, 7 x 10 x 60 cm dan 9 x 10 x 60 cm

    Pengaruh Metode Two-stage Mixing Approach (Tsma) Terhadap Kuat Lentur Beton Porous Dengan Variasi Komposisi Agregat Kasar Daur Ulang (Rca)

    Full text link
    Genangan air sering terjadi karena kurangnya penyerapan pada lapisan perkerasan jalan. Oleh karena itu lapisan perkerasan jalan harus mampu menyerap air dan beton porous merupakan solusinya. Penggunaan agregat kasar daur ulang ataurecycled coarse aggregate(RCA) pada beton porous, lebih ramah lingkungan. Namun, RCA memiliki pori-pori yang besar. Salah satu solusi untuk memperbaiki RCA, adalah Two-Stage Mixing Approach (TSMA). Penggunaan metode TSMA mampu memperbaiki interfacial zones (ITZ) pada RCA. Balok dengan dimensi 15 cm x15cm x53 cm digunakan pada percobaan untuk mengevaluasi kekuatan lentur beton berpori menggunakan RCA 0%, 25%, 50%, 75%, 100% dengan metode pencampuran Normal Mixing Approach(NMA) dan TSMA. Beban maksimum yang diperoleh adalah 2.3320 Mpa denganmenggunakan metode NMA dengan komposisi RCA 0%. Sementara beban minimum kuat lentur diperoleh dari 50% RCA dengan menggunakan metode pencampuran TSMAsebesar 1.4064 Mpa. Dari hasil percobaan, metode TSMA menunjukan efek yang tidak signifikan terhadap agregat kasar daur ulang pada beton porous. Hal ini disebabkan penyerapan air agregat alamlebih tinggi dibandingkan dengan agregat kasar daur ulang

    Pengaruh Rasio Tulangan Terhadap Kuat Lentur Balok Bertulangan Bambu Dengan Kait

    Full text link
    Penggunaan bambu sebagai pengganti tulangan baja pada balok beton bertulang telah banyak digunakan pada saat ini. Bambu memiliki kekuatan tarik yang tinggi mendekati kekuatan tarik baja, namun bambu juga memiliki kelemahan yaitu bambu memiliki sifat higroskopis yang tinggi sehingga berpengaruh pada lemahnya kuat lekat bambu dengan beton. Berdasarkan kelemahan bambu tersebut maka pada penelitian ini dilakukan perbaikan pada kuat lekat bambu dengan cara pemberian cat dan juga penambahan kait pada tulangan bambu.Pada Penelitian ini benda uji berupa balok beton dengan ukuran panjang 160 cm, lebar 18 cm, dan tinggi 28 cm. Benda uji balok diuji untuk mendapatkan kuat lentur, sedangkan untuk mendapatkan tegangan lekat, dilakukan pengujian pull out terhadap tulangan bambu. Variasi pada penelitian ini yaitu mutu beton 20 Mpa dan 30 Mpa, Jarak kait 6 cm dan 12 cm, rasio tulangan 0,8 % dan 1,6 %, sedangkan jenis kait menggunakan bambu petung dan kayu kamper. Hasil dari percobaan ini yang dilakukan dengan menggunakan metode analisa varian (anova) diperoleh nilai F tabel= F0,005; 1; 23= 4,3. Karena nilai F hitung > F tabel (44,415> 4,3), maka H0 ditolak. Sehingga terdapat pengaruh signifikan variasi rasio tulangan terhadap kuat lentur balok bertulangan bambu dengan kait.Berdasarkan uji hipotesis menggunakan metode analisa regresi, persamaan yang didapatkan yaitu Y = 2671,875 X + 3391,6667. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa rasio tulangan 1,6 % menghasilkan Pmaks yang lebih besar dibandingkan dengan rasio tulangan 0,8 %. Rasio tulangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kuat lentur balok beton bertulangan bambu dengan kait

    Effect of Health Care Professionals’ Continuing Education Programme on Diabetic Patients’ Outcomes in Mukalla City, Yemen

    Get PDF
    Purpose: To evaluate the impact of educational intervention by health care providers on clinical outcomes in type 2 diabetes patients in a Yemeni health facility.Methods: A prospective, one-group and pre- and post-test design to assess the effects of health care providers’ education on clinical patient outcomes was undertaken. The study took place in Al-Noor Charity Clinic (ACC), Mukalla City, Yemen. The subjects of this study were type 2 diabetes patients who received health services at ACC and met the inclusion criteria. Patients’ diabetes-related clinical parameter assessed were fasting blood glucose, weight, blood pressure, and lipid profile, i.e., cholesterol, triglyceride (TG), low density lipoprotein (LDL)-cholesterol and high density lipoprotein (HDL)-cholesterol) at baseline, i.e., before the intervention programme, and also at 6 months after the intervention.Results: There was significant improvement in clinical outcomes: fasting blood sugar (p = 0.004), systolic blood pressure (p = 0.003) diastolic blood pressure (p = 0.05), low density lipoprotein cholesterol (p = 0.005) and high density lipoprotein cholesterol (p = 0.001), but total cholesterol (p = 0.33) weight (p = 0.404) and triglyceride (p = 0.056) did not improve.Conclusions: Educational intervention of health care providers program does improve diabetic patients’ clinical outcomes.Keywords: Diabetes care; Health care providers, Patients' outcomes, Blood pressure, Lipid profile, Cholesterol, Yeme

    Pengaruh Panjang Segmen Pelat Beton Bertulang Dan Jarak Tumpuan Tiang Terhadap Penulangan Pile Slab

    Full text link
    Desain konstruksi jalan raya menggunakan struktur pile slab telah umum penerapannya dan banyak diaplikasikan di negara Indonesia. Demikian pula, analisis yang digunakan juga sudah mengacu pada standar atau peraturan yang disepakati kegunaannya untuk mendesain setiap elemen strukturnya. Peraturan yang dimaksud untuk mendesain adalah peraturan pembebanan untuk jembatan RSNI T-02-2005, karena konstruksi jalan dengan struktur pile slab memiliki keidentikan dengan tipe konstruksi jembatan. Adapun perilaku struktur pile slab dianalisis menggunakan metode portal ekuivalen untuk penentuan gaya-gaya dalamnya. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan panjang segmen pelat pada struktur pile slab terhadap hasil perencanaan dimensi dan tulangan, maka dilakukan sejumlah model desain sebanyak 3 (tiga) level panjang segmen pelat berturut-turut 8 m, 10 m dan 12 m dengan kombinasi diameter pilar 0,5 m dan 0,6 m. Sebagai tahap akhir hasil desain, diperoleh jumlah kebutuhan tulangan yang paling efisien adalah segmen pelat 8 m dengan diameter pilar 0,5 m, yaitu tulangan D16 - 100 untuk arah memanjang dan D16 - 200 untuk tulangan arah melintang. Tulangan bagi yang diperlukan adalah D13 - 200 untuk masing-masing arah pelat. Kata

    59. Early and late results of routine leaflet augmentation for complete atrio-ventricular septal defect repair

    Get PDF
    Complete AVSD (CAVSD) is characterized by the presence of a common atrio-ventricular (AV) orifice, an inter-atrial communication, and a ventricular septal defect (VSD). Results of surgical correction of atrio-ventricular septal defects (AVSDs) have improved over the last decades; however, the need for reoperation for left atrio-ventricular valve regurgitation, after primary AVSD repair remains a major concern. The aim of our study is to assess the outcome of the routine leaflet augmentation technique in CAVSD repair. A retrospective database and chart review analysis of all patients who underwent AV canal repair at king Abdul-Aziz Cardiac Center during period from 1999 to September 2014 was conducted. Demographic data, associated anomalies, operative data, ICU and hospital course were reviewed. Early outcomes were reviewed for postoperative complications (Chylothorax, complete AV block, Arrhythmias, early mortality) and late outcomes were reviewed for Left AV valve regurgitation requiring for re-intervention and late mortality. Two hundred and sixty patients underwent leaflet augmentation technique to repair complete AVSD, between January 1999 and September 2014. The mean age was (131.5months), and mean weight (6.06kg). A variety of concomitant procedures were performed at the time of repair of the CAVSD, including a total of 49 patients (18.8%) who underwent PDA ligation. Repair of TV (Right AV valve) was performed in 11 patients (4.2%), 9 patients (3.46%) required RVOTO resection, in 5 patients (1.92%), PA plasty was done and 2 patients (0.76%) required ECMO after CAVSD repair. Regarding reoperations, a total of 17 patients (of 260) required reoperation after initial CAVSD repair. The most common indication for reoperation was left AV valve regurgitation in 16 patients (6%) in the follow up period up to 15years. One patient (0.38%) required diaphragmatic plication. The overall mortality was 3 patients (1.1%). Leaflet augmentation for the repair of the complete AVSD, represent a good surgical alternative technique, allows for good exposure, good LAVV reconstruction and close to anatomical repair and results in reduced incidence of late Left atrio-ventricular valve regurgitation
    • …
    corecore