526 research outputs found

    Concealed Conduction

    Get PDF

    Etnobotani dan Persentase Frekuensi Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida) di Pekarangan Desa Jombok Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang

    Get PDF
    Plants of Suruhan (Peperomia pellucida) is one of the wild plants that usually grow in moist and population in places. It can be used as antibacterial, anti-inflammatory, and analgesic. People of Jombok Village are still not much aware of the benefits of this plant. The purpose of this research is to know the percentage of frequency and community perception of Jombok Village regarding the utilization of the plant. The methods used in this study are qualitative and quantitative descriptive methods through observation, interviews, questionnaires, and documentation. The results of this research show that the percentage of Suruhan plants based on their habitat with the highest percentage is in the house fence that there is no ditch about 45% and the lowest is in the pot about 11.67%. Meanwhile, the percentage of Suruhan plant is based on each hamlet, a Bulurejo hamlet with the highest percentage around 26% and the lowest in Kasin  around 11%. The public perception of the plant's knowledge is about 58.34% which knows and about 41.66% who do not know. The knowledge of people who know the benefits of the plant is 48.54% and who do not know that is 51.46%. The Use Value test result is the use of plant parts, the most widely used are the leaves and stems with a percentage of each – approximately 28%, the plant is least used by the roots and flowers of each – Approximately 22%. Second is the utilization of plant of plants as medicine and health drink is the highest percentage of uric acid of 38.23%, muscle aches 23.52%, cholesterol-lowering 11.67%, aches, 8.82%, health drinks 8.82%, heat in 5.88%, and a fever of 2.94% Keywords: Peperomia pellucida, ethnobotany, and knowledge society ABSTRAK Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida) merupakan salah satu tumbuhan liar yang biasanya tumbuh di tempat-tempat lembab dan bergerombol. Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai antibakteri, antiinflamasi, dan analgesik. Masyarakat Desa Jombok masih belum banyak yang mengetahui manfaat dari tumbuhan ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui persentase frekuensi dan persepsi masyarakat Desa Jombok mengenai pemanfaatan tumbuhan suruhan. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase frekuensi tumbuhan Suruhan berdasarkan habitatnya dengan persentase tertinggi yaitu di pagar rumah yang tidak ada selokan sekitar 45% dan terendah yaitu di dalam pot sekitar 11,67%. Sedangkan persentase masing – masing dusun, dusun dengan persentase tertinggi yaitu Bulurejo sekitar 26% dan  terendah di Kasin sekitar 11%. Adapun persepsi masyarakat terhadap pengetahuan tumbuhan suruhan yaitu sekitar 58,34% yang mengetahui dan 41,66% tidak mengetahui. Pengetahuan masyarakat yang mengetahui manfaat tumbuhan suruhan yaitu 48,54% dan tidak mengetahui 51,46%. Adapun hasil uji Use Value yang pertama yaitu pemanfaatan bagian tumbuhan, yang paling banyak digunakan yaitu daun dan batang dengan persentase masing – masing sekitar 28%, bagian tumbuhan suruhan paling sedikit digunakan adalah akar dan bunga yaitu masing – masing sekitar 22%. Kedua yaitu pemanfaatan tumbuhan suruhan sebagai obat dan minuman kesehatan yaitu persentase tertinggi asam urat sebesar 38,23%, nyeri otot 23,52%, penurun kolesterol 11,67%, pegal-pegal 8,82%, minuman kesehatan 8,82%, panas dalam 5,88%, dan demam 2,94%. Kata kunci: Peperomia pellucida, Etnobotani, dan Pengetahuan Masyarakat

    Diversitas Tumbuhan Liar Pada Lahan Jagung (Zea mays L.) di Desa Bungbungan Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep

    Get PDF
    Wild plants are plants whose presence on agricultural land can reduce crop yields. Losses due to wild plants to cultivated plants vary depending on the type of plant cultivated, climate, species of wild plants and technical cultivation applied. This study aims to determine the diversity of wild plants in the land of maize (Zea mays L.) in Bung-bungan Village Bluto District Sumenep Regency. This method uses a descriptive exploratory method, for each wild plant found in ± 3600 m2 of corn land. Sampling of wild plants using a 4x4 m plot method. The measured data includes the number of species and the number of individuals calculating important values ​​and diversity indices. The results of the study showed that the Shannon-Wienner Diversity Index analysis of the highest value in maize plants in plantations was found in land II, which was 2.678 indicating moderate diversity, categorized as moderate because there were not too many wild plants on maize.  Keywords: Corn, diversity, wild plants,  ABSTRAK Tumbuhan liar merupakan tumbuhan yang kehadirannya pada lahan pertanian dapat menurunkan hasil tanaman. Kerugian akibat tumbuhan  liar terhadap tanaman budidaya beragam bergantung dari jenis tanaman yang diusahakan, iklim, jenis tumbuhan  liar dan teknis budidaya yang diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diversitas tumbuhan liar di lahan jagung (Zea mays L.) di Desa Bung-bungan Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep. Metode ini menggunakan metode deskriptif eksploratif, terhadap setiap tumbuhan liar yang ditemukan pada lahan jagung seluas ±3600 m2. Pengambilan sampel tumbuhan liar menggunakan metode plot berukuran 4x4 m. Data yang diukur meliputi jumlah spesies dan jumlah individu menghitung nilai penting dan indeks diversitas. Hasil penelitian menunjukkan analisis Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner tumbuhan liar nilai tertinggi pada tanaman jagung di lkebun terdapat pada lahan II yaitu 2,678 menunjukkan keanekaragaman sedang, di kategorikan sedang karena jenis tanaman liar yang ada pada lahan jagung tidak terlalu banyak. Kata kunci: Jagung, Diversitas, Tanaman lia

    Etnobotani Cabai Jawa (Piper retrofractum) pada Masyarakat Desa Kalipait Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi

    Get PDF
    Java Chili Plants (Piper retrofractum) is a medicinal plant that has economic value and can be developed is a family of Piperaceae. The purpose of this study was to determine the public perception of the morphology, distribution and aspects of utilization of Java chili plants in the community of Kalipait Village, Tegaldlimo District, Banyuwangi Regency. This research was conducted in Kalipait Village, Tegaldlimo Subdistrict, Banyuwangi Regency in March to June 2019. This study used descriptive exploratory techniques which included literature study, field observations, and interviews using questionnaires, data analysis and documentation of the distribution of Java chili plants. The results of this study indicate that the morphology of the Java chilli plant in Kalipait Village has a round and brown color stem, single leaves, interspersed, pinnate pinnate. Red leaves. Distribution of Java Chili in Kalipait Village has 15 points with 49 individuals. The perception of the people of Kalipait Village on the utilization of Java Chili plants is divided into needs (1%) of food, ornamental plants (4%) of traditional medicine (37%) and for economic value added (58%). The most widely used parts of the Java chili plant by the people of Kalipait Village are fruit (65%), leaves (25%), and roots as much as (10%). Keywords: ethnobotany, Piper retrofractum, medicinal plants Tanaman  Cabe jawa (Piper retrofractum) merupakan tanaman obat yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dikembangkan, merupakan famili dari Piperaceae.  Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang morfologi, distribusi dan aspek pemanfaatan tanaman cabe jawa  masyarakat Desa Kalipait Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalipait Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi pada bulan Maret sampai dengan Juni 2019. Penelitian ini menggunakan Teknik deskriptif eksploratif yang meliputi studi studi pustaka, pengamatan dilapang, wawancara menggunakan kuesioner, analisis data dan dokumentasi persebaran tanaman cabe jawa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa morfologi tanaman cabe jawa di Desa Kalipait memiliki batang bentuk bulat, warna coklat. Daun tunggal, berseling, pertulangan menyirip. Daun berwarna merah. Distribusi Cabe Jawa di Desa Kalipait terdapat 15 titik dengan jumlah 49 individu. Persepsi masyarakat Desa Kalipait pada pemanfaatan tanaman Cabe Jawa terbagi dalam keperluan (1%) pangan, tanaman hias (4%) obat tradisional (37%) dan untuk nilai tambah ekonomi (58%). Bagian organ tanaman cabe jawa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Desa Kalipait yaitu buah (65%), daun (25%), dan akar sebanyak (10%). Kata kunci : etnobotani, Piper retrofractum, tumbuhan oba

    Instillation of Prayer Values in Nature Shaping Students' Personalities

    Get PDF
    Efforts made by educators in shaping the personality of good students have been carried out but have not produced maximum results. This study aims to identify the cultivation of prayer values This research uses a qualitative approach with a case study method. The results of the study show that: 1) the values of prayer that are instilled are religious values, such as being obedient to worship & loving cleanliness. Moral values, such as honesty, discipline,  responsibility are not arrogant & polite. Social values, such as empathy & tolerance; 2) the process of inculcating the values of prayer is carried out in three stages, namely value transformation through PAI learning in class, value transactions through material appreciation & trans internalization of values through habituation programs; 3) the material used is PAI material related to fiqh; 4) the methods used are habituation of prayer, habituation of recitations of the Qur'an, habituation of Asmaul Husna, habituation of greeting in the morning, habituation of GPS & honesty stalls; 5) evaluation is carried out on the achievement of student personality using attitude assessment which results in prayer worship can shape the student's personality; 6) supporting factors for inculcating the values of prayer, namely the existence of worship facilities, school policies and partnerships with parents. While the inhibiting factors are less supervision from parents & a less supportive living environment.Ikthiar yang dilakukan oleh pendidik dalam membentuk kepribadian siswa yang baik telah dilakukan akan tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penanaman nilai-nilai sholat . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) nilai-nilai ibadah shalat yang ditanamkan yaitu nilai religius, seperti taat beribadah & cinta kebersihan. Nilai moral, seperti jujur, disiplin, tanggungjawab, tidak sombong & sopan santun. Nilai sosial, seperti empati & toleransi; 2) proses penanaman nilai-nilai ibadah shalat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tranformasi nilai melalui pembelajaran PAI di kelas, transaksi nilai melalui penghayatan materi & trans internalisasi nilai melalui program pembiasaan; 3) materi yang dipakai adalah materi PAI yang berkaitan dengan fikih; 4) metode yang digunakan yaitu pembiasaan shalat, pembiasaan tilawah al-Qur’an, pembiasaan asmaul husna, pembiasaan sapa pagi, pembiasaan GPS & warung kejujuran; 5) evaluasi dilakukan pada hasil capaian kepribadian siswa menggunakan penilaian sikap yang hasilnya ibadah shalat dapat membentuk kepribadian siswa; 6) faktor pendukung penanaman nilai-nilai ibadah shalat yaitu adanya sarana ibadah, kebijakan sekolah dan kemitraan dengan orangtua. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu pengawasan yang kurang dari orangtua & lingkungan tempat tinggal yang kurang mendukung

    Studi Etnobotani Kelapa (Cocos nucifera) di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu

    Get PDF
    Etnobotani adalah studi tentang hubungan antara manusia dan penggunaan tumbuhan secara tradisional. Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai pemanfaatan yang tinggi dalam masyarakat. Berdasarkan survei awal, tanaman kelapa banyak dimanfaatkan sebagai obat, sumber pangan, bahan kerajinan dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, potensi, distribusi dan pemanfaatan tanaman kelapa di Desa Tambi dan Desa Tambi Lor, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang karakteristik dan pemanfaatan tanaman kelapa serta pentingnya konservasi tanaman kelapa. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif melalui eksplorasi pengamatan langsung di lapangan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mendapatkan 3 varietas kelapa yang tumbuh di lokasi penelitian yaitu varietas kelapa dalam hijau, kelapa genjah kuning (gading) dan kelapa genjah hijau. Tanaman kelapa di Desa Tambi dan Desa Tambi Lor dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan kerajinan sebesar 20%, adat istiadat sebesar 10%, obat 14 %, bahan bakar sebesar 16%, bahan bangunan sebesar 17% dan jamu sebesar 1%. Distribusi tanaman kelapa Desa Tambi ditemukan pada 18 titik, sedangkan pada Desa Tambi Lor ditemukan 22 titik tumbuh tanaman kelapa. Penyebaran tanaman kelapa berdasarkan tata guna lahan Desa Tambi hanya dijumpai pada pekarangan dan tepi sawah, sedangkan di Desa Tambi Lor, tanaman kelapa di jumpai disemua lahan yaitu pekarangan, tepi jalan, dan tepi sawah

    THE IMPLEMENTATION OF ASIAN-PARLIAMENTARY DEBATE IN TEACHING SPEAKING AT SENIOR HIGH SCHOOL

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah tekhnik ini dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa, dan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran. Penelitian ini melibatkan 30 siswa kelas XI IPA II SMAN 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 dan menggunakan desain penelitian one group pretest-posttest serta menggunakan observasi, kuesioner, dan rekaman video dan audio. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan yang signifikan dari kemampuan berbicara siswa setelah mempelajari tekhnik debat Parlementer Asia. Nilai rata-rata siswa pada pretest sebesar 46.33, nilai rata-rata pada posttest sebesar 60.53, dan t-ratio lebih tinggi dari t-table (10.249 2.045). Siswa menemukan berbagai kendala pada proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa proses penerapan berjalan sukses dengan indikator peningkatan kemampuan berbicara siswa.The objectives of the research were to examine wether or not the Asian Parliamentary Debate technique can increase the students’ speaking ability, and to identify the students’ problems during the learning process. This research involved 30 students of XI IPA II Class of SMAN 5 Bandar Lampung academic year 2013/2014 and employed the one group pretest-posttest design. This research used the observation sheet, questionnaire, and video and audio recording to collect the data. The result showed that there was a significant increase of the the students’ speaking ability after being taught by using this technique. The students’ mean score in the pretest was 46.33, the mean score in the posttest was 60.53, and t-ratio is higher than t-table (10.249 2.045). The students found many obstacles during the teaching and learning process. Overall, it can be concluded the process of the implementation ran sucessfully with the indicator of the students’ improvement in speaking.Keywords: asian parliamentary debate technique, hortatory exposition text, speaking abilit

    Studi Etnobotani Mangrove di Desa Daun Kecamatan Sangkapura dan Desa Sukaoneng Kecamatan Tambak Pulau Bawean Kabupaten Gresik

    Get PDF
    Bawean Island Gresik Regency East Java Province also uses mangroves in their daily lives. This study aims to determine the types of trees that make up mangroves that are utilized and to determine the community perceptions of Daun and Sukaoneng Village, Bawean Island in terms of the utilization of mangrove tree species. Descriptive explorative methods are used which include: literature studies, field observations, interviews with questionnaires, data analysis and observation documentation. Determination of the sample used purposive sampling with 100 respondents. The results of this study indicate that there are 14 species of trees that make up mangroves belonging to 8 families, namely the Euphorbiaceae family, which is only 1 species (Excoearia agallocha), Combretaceae family with 3 species (Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa and Terminalia catappa), Acanthaceae family only 1 species ( Avicennia alba), Rhizophoraceae which are 3 species (Rhizophora aphiculata, Rhizophora mucronata and Ceriops tagal), Lythraceae family with 3 species (Phemphis acidula, Sonneratia alba and Sonneratia ovata), Meliaceae family only 1 species (Xylocarpus moluccensis), Arecaceae family only 1 species (Nypa fruticans) and the Malvaceae family are only 1 species (Thespesia populnea) which belongs to 2 types of mangroves namely true mangroves and mangroves. The people of Daun and Sukaoneng Village, Bawean Island use the most mangrove as building material 32%, fuel wood 17%, dye 2%, believed to have 9% spiritual power, 2% ornamental plants and 12% food ingredients. With the most widely used organs including 62% wood, 7% bark (tannin), 5% fruit, 25% leaves and 1% interest. Keywords: ethnobotany, mangrove, community perception, Bawean island. ABSTRAK Pulau Bawean Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur masyarakatnya juga memanfaatkan mangrove dalam kesehariannya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pohon penyusun mangrove yang dimanfaatkan serta untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Daun dan Desa Sukaoneng pulau Bawean dalam aspek pemanfaatan jenis-jenis pohon penyusun mangrove. Digunakan metode deskripstif eksploratif yang meliputi : studi pustaka, pengamatan di lapangan, wawancara dengan kuesioner, analisis data dan dokumentasi pengamatan. Penentuan sampel menggunakan Purposive samplingdengan 100 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 14 jenis pohon penyusun mangrove yang tergolong kedalam 8 famili yaitufamili Euphorbiaceae yakni hanya 1 spesies (Excoearia agallocha), famili Combretaceae dengan 3 spesies (Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosadanTerminalia catappa), famili Acanthaceae hanya 1 spesies (Avicennia alba), Rhizophoraceae yakni 3 spesies (Rhizophora aphiculata, Rhizophora mucronata dan  Ceriops tagal), famili Lythraceae dengan 3 spesies (Phemphis acidula, Sonneratia alba dan Sonneratia ovata), famili Meliaceae hanya 1 spesies (Xylocarpus moluccensis), famili Arecaceae hanya 1 spesies (Nypa fruticans) dan famili Malvaceae hanya 1 spesies (Thespesia populnea) yang termasuk kedalam 2 tipe mangrove yakni mangrove sejati dan mangrove ikutan. Masyarakat Desa Daun dan Desa Sukaoneng pulau Bawean memanfaatkan mangrove paling banyak sebagai bahan bangunan 32%, bahan kayu bakar 17%, pewarna 2%, dipercaya mempunyai kekuatan spiritual (jimat) 9%, tanaman hias 2% dan bahan pangan 12%. Dengan organ-organ yang paling banyak dimanfaatkan meliputi kayu 62%, kulit kayu (tanin) 7%, buah 5%, daun 25% dan bunga 1%. Kata kunci : etnobotani, mangrove, persepsi masyarakat, pulau Bawean

    Analisis Keanekaragaman Tumbuhan Invasif Di Kawasan Hutan Pantai Balekambang Desa Srigonco Kecamatan Bantur Kabupaten Malang

    Get PDF
    Balekambang Beach is the most visited beach destination in Malang Regency until the end of 2015. One of the invasive pathways of invasive plants is Tourism. The purpose of this study was to identify invasive plant species, diversity and compare the value of the diversity index with abiotic factors.This research method is descriptive with systematic sampling techniques using Belt Transect, and measurements of abiotic factors include edafic factors and climatic micro factors. Invasive alien plant species found in the Balekambang coastal forest are identified as seventeen species namely (Hemighraphis glaucescens), (Oplismenus sp), (Amomum coccineum), (Arenga obtusifolia), (Leucaena leucochephana), (Mimosa sp), (Cassia siamea), (Eupatorium odoratum), (Hyptis capitata), (Cynodon dactylon), (Sida rhombifolia), (Synedrella nudiflora), (Chromolaena odorata),  (Leucaena leucochepala), (Mimosa pudica), and (Ruellia tuberosa) with the index value of invasive plant diversity in protected forests and production classified as high compared to mangroves. The results of the diversity index value with abiotic factors showed a positive (+) direction on soil sailinity where the R2 value was 0.5606 or 50%, which means it showed a relationship between soil salinity and an abundance of invasive plants in Balekambang coastal forest area of 50%.  Keywords:invasive plants, Balekambang beach, belt transect, diversity ABSTRAK Pantai Balekambang adalah destinasi wisata alam pantai di Kabupaten Malang yang paling banyak dikunjungi hingga akhir tahun 2015.Salah satu jalur invasi dari tumbuhan invasif adalah Tourism (Wisata). Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis tumbuhan invasif, keanekaragaman dan membandingkan nilai indeks keanekaragaman dengan faktor abiotik. Metode penelitian ini deskriptif dengan tehnik pengambilan sampling secara sistematis menggunakan Belt Transect, dan pengukuran faktor abiotik meliputi faktor edafik dan faktor mikro klimatik. Jenis spesies tumbuhan asing invasif yang terdapat di hutan pantai Balekambang diidentifikasi sebanyak tujuh belas spesies yaitu Hemighraphis glaucescens, Oplismenus sp, Amomum coccineum, Arenga obtusifolia, Leucaena leucochephana, Mimosa sp, Cassia siamea, Eupatorium odoratum, Hyptis capitata, Cynodon dactylon, Sida rhombifolia, Synedrella nudiflora.Chromolaena odorata, Leucaena leucochepala, Mimosa pudica, dan Ruellia tuberose dengan nilai indeks keanekaragaman tumbuhan invasif pada hutan lindung dan produksi tergolong tinggi dibanding mangrove. Hasil analisis uji korelasi nilai indeks keanekaragaman dengan faktor abiotik menunjukkan arah positif (+) pada salinitas tanah dimana nilai R2 sebesar 0.5606 atau 50%, yang artinya menunjukkan hubungan antara salinitas tanah dengan kelimpahan tumbuhan invasif di kawasan hutan pantai Balekambang sebesar 50%. Kata kunci: tumbuhan invasif, pantai Balekambang, belt transect, keanekaragama

    Ethnobotany Study of Corn (Zea mays. L) in Tamberu Village West Sokobanah Subdistrict Sampang Madura District

    Get PDF
    Corn, which is a tropical grass that is very adaptive to climate change and corn, also has a life span of 75-150 days. Corn can usually grow to reach a height of 3 meters. Corn which usually has a scientific name Zea mays is not like other grain plants, Corn and commonly called jhegung in the language of Madura is a plant that has often been made into cultivated plants and has often been used by the community groups of West Tamberu Village as food as fuel or as animal feed. This study aims to determine the public perception of the benefits of corn plants found in Tamberu Barat Village, Sokobanah District, Sampang Madura Regency. In this study, researchers used descriptive exploratory methods which included: first-hand study, direct observation in the field, interviews using questionnaire guidance, data analysis and documentation of utilization of corn plants. The characteristics of the varieties found in Tamberu Barat Village consist of three varieties, namely local maize plants, hybrid maize plants, sweet corn plants. Public perceptions of corn plants in the western tamberu village are very high potential of corn plants which are used as food (59%), as fuel (10%), as animal feed (13%) and economic needs (18%).  Jagung yaitu tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim dan jagung juga memiliki masa hidup 75-150 hari. Jagung dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 3 meter. Jagung yang biasa memiliki nama ilmiah Zea mays tidak seperti tanaman biji-bijian yang lainnya, Jagung dan biasa di sebut jhegung dalam bahasa Madura ialah tanaman yang sudah sering dijadikan tanaman budidaya serta sudah sering dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat Desa Tamberu Barat sebagai bahan pangan sebagai bahan bakar maupun sebagai pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang manfaat tanaman jagung yang terdapat di Desa Tamberu Barat Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang Madura. Penelitian imenggunakan metode deskriptif eksploratif yang meliputi : studi putaka, pengamatan langsung di lapangan, wawancara menggunakan panduan kuesioner, analisis data dan dokumentasi pemanfaatan tanaman jagung. Karakteristik varietas yang terdapat di Desa Tamberu Barat terdiri dari tiga varietas yaitu tanaman jagung lokal, hibrida dan manis. Persepsi masyarakat tentang tanaman jagung di Desa Tamberu Barat sangat tinggi potensi tanaman jagung dimanfaatkan sebagai bahan pangan (59%), sebagai bahan bakar (10%), sebagai pakan ternak (13%) dan kebutuhan ekonomi (18%).    &nbsp
    • …
    corecore