PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH Studi Kalas tentang Penunmao Anggaran akibat Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah terhadap Alokasi Anggaran Daerah pada Propinsi Jawa Timur

Inl adalah penelitian yang menganalisis perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Studi ini difokuskan pada fenomena penurunan anggaran Propinsi lawa limur akibat perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Selanjutnya menjawab pertanyaan yang saling berhubungan: Bagaimana pengaruh penurunan anggaran terhadap alokasi anggaran Propinsf lawa limur? Dan bagaimana prospek Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Propinsi Jawa limur. Pertanyaan pertama mengunakan model analisis alokasi anggaran sebagai kerangka kerja konseptual. Pertanyaan kedua dianalisis menggunakan model analisis perimbangan keuangan dengan tipe kontrol. Pencarian data empirisnya menggunakan dokumen-dokumen resmi terbitan pemerintah, dan informasHnformasi dari koran, majalah, jurnal serta berbagai terbitan. Ada beberapa kesimpulan yang dldapat darl penelitlan info Selama ini masih ada anggapan bahwa daerah tidak hanya menginginkan uang, tetapi yang mereka inginkan juga adalah adanya power sharing. Jangan sampai daerah hanya diberi uang saja atau powersaja tanpa Pusat mau tahu urusan masalah daerah. Di Proplnsi Jawa limur agaknya tuntutan untuk mendapatkan dana adalah lebih utama ketimbang memlklrkan bagaimana memajemeni sumber-sumber (keuangan) yang ada agar setiap dana yang dianggarkan pada semua pas-pas belanja khususnya belanja pembangunan mampu mendptakan timbulnya modal baru dalam kegiatan pembangunan daerah. Kenyataan yang memprihatinkan masih muncul dalam mengalokasikan anggaran terbatas inl, yaitu kebiasaan bagi-bagI rejeki oleh DPRD sedangkan bagi eksekutif alokasi anggaran masih tidak bisa melepaskan diri dan rutinitas birokrasi. Prospek perimbangan keuangan pusat dan daerah tetap tidak akan membuahkan kemandirian daerah selama daerah masih belum mampu memanajemeni dan memberdayakan secara maksimal dan proporsional. Prospek perimbangan keuangan pusat dan daerah dimungkinkan masih akan menemui kendala-kendala dan ketergatungan daerah terhadap pusat karena daerah tidak siap

Enacting Paulo Freire’s thoughts in the university English as a Foreign Language (EFL) classroom through the analysis of Mo Salah phenomenon in the UK

In this paper, we present an example of how the selected texts (on the footballer Mo Salah) can potentially be discussed in the university EFL classroom especially (Critical) Discourse Analysis course using Freire’s seminal work on Critical Pedagogy (CP). We do it by firstly introducing Freire’s concept of CP which includes problem posing education and dialog as elaborated by Durakoglu et al. (2013). Then we move on to highlight the previous works conducted on CP in Indonesian EFL contexts and provide critical analysis of how the particular texts drawn from Anwar’s (2020) unpublished thesis on Mo Salah's phenomenal career could be analyzed using Freire’s concepts. Closing this reflection, we locate this paper within critical approaches to English Language Teaching such as post-method pedagogy and post-structural and post-colonially informed teaching

Enacting Paulo Freire’s thoughts in the university English as a Foreign Language (EFL) classroom through the analysis of Mo Salah phenomenon in the UK

In this paper, we present an example of how the selected texts (on the footballer Mo Salah) can potentially be discussed in the university EFL classroom especially (Critical) Discourse Analysis course using Freire’s seminal work on Critical Pedagogy (CP). We do it by firstly introducing Freire’s concept of CP which includes problem posing education and dialog as elaborated by Durakoglu et al. (2013). Then we move on to highlight the previous works conducted on CP in Indonesian EFL contexts and provide critical analysis of how the particular texts drawn from Anwar’s (2020) unpublished thesis on Mo Salah's phenomenal career could be analyzed using Freire’s concepts. Closing this reflection, we locate this paper within critical approaches to English Language Teaching such as post-method pedagogy and post-structural and post-colonially informed teaching

‘Fighting' against Islamophobia: A Multimodal Discourse Analysis on Mo Salah's Phenomenon as Represented in Media

مستخلص البحث منذ انضمام محمد صلاح بليفربول لفريق كرة القدم في الموسم الصيف 2017، ظهر الاعتبار بأن الخلجة تجاه الإسلام والمسلمين في مدينة ليفربول والمملكة المتحدة قد تدهورت بشكل تافه. تدلّ الدراسة التي أصدرتها جامعة ستانفورد إلى أن الأخبار الإيجابية تجاه المهاجم المصري تقدر على أن تخفّض مستوى إسلاموفوبيا في المملكة المتحدة في السنوات الأخيرة (Alrababa’h, Marble, Mousa & Siegel, 2019). أعجب هذا الإكتشاف وسائل الإعلام التيارة حيث تتسابق لإخبارها في وسائلهم. برجاء أن يصل هذا الخبر إلى عامة الناس بشكل أكثر، تلعب وسائل الإعلام دورها لهذا الأمر في مساعدة تكرار التعريف عما هو الإسلام ومن هم المسلمون من خلال محمد صلاح. لكن بالفهم لا توجد أية وسائل الإعلام المحايدة، فلذلك يهدف هذا البحث إلى إكشاف ما وراء الأخبار من هذه وسائل الإعلام عن الظاهرة المتعلقة بمحمد صلاح. مصادر البانات لهذا البحث هي فيديوان: الأول من Middle East Eye (MEE) بموضوع "Is “Mohamed Salah changing the way Muslims are seen in Liverpool and beyond? الثاني من Independent Television (ITV) بموضوع "The Mo Salah Effect: Islamophobia in Liverpool Falls “Following Striker’s Arrival, Study Finds. حيث تم تحميلها من الويب الرسمي لوسيلني الإعلامين، ثم يتم تحليل تلك البيانات بشكل متعدد الوسائط باستخدام نظرية التمثيل السيمائية الاجتماعية (كريس وبان ليوين، 2006) وتحليل الأخبار (بيدناريك وكافل، 2012). ثم يبحث هذا الباحث في مجال قيمة الأخبار ومعنى التمثيل والتفاعل الموجودة في الفيديوين. إضافة إلى ذلك أتى هذا البحث بتحليل النقد تجاه سياق الاجتماعية التاريخية والإقتصادية لمعرفة العوامل التي تمكن أن تؤثر موقف MEE و ITV في إخبار ظاهرة محمد صلاح. تدلّ نتيجة هذا البحث إلى أن هذين الفيديوين يحتملان أن يكوّنا شبه قبول الإسلام والمسلمين، الحالة حيث كأن الإسلام والمسلمين مقبولون. MEE و ITV يؤكدان الإحصائيات المعجبة من قبل محمد صلاح في الملعب كالعامل الأساسي الذي يقدر على تأثير وجهة النظر المجتمع تجاه الإسلام والمسلمين بالنسبة إلى هويته كالمسلم. قدّر هذا البحث أن MEE و ITV قد مثّلا الظاهرة بعدم التعادل. وأدّى ذلك الأمر إلى الخشية بالنظر إلى التمثيل الخارج الهدف يسبّب إلى المفهوم الخاطئي، على سبيل المثال، كان محمد صلاح ليس في أفضل حالته. ثم استنتج هذا البحث الاحتمال من البرنامج الرئيسي لكلتا الوسيلتين هو للتضييق على موقف الإسلام والمسلمين خاصة في عالم الغرب ولصياغهم كمجموعة المرحلة الثانية. ABSTRACT Since Mo Salah signed for Liverpool FC in the summer of 2017, the city of Liverpool and the UK in general have been presumed to have considerable decline for sentiments against Islam and Muslims. A study by Stanford University confirmed that positive exposures on the Egyptian player have indeed helped reduced Islamophobia rate in the UK during the past few years (Alrababa’h, Marble, Mousa & Siegel, 2019). Having seen this study profoundly intriguing, plenty numbers of mainstream media start to cite it forward through their reports in hope that more and more people realize the significance of having Mo Salah in the world where Islam and Muslims are widely discriminated. However, as there is no such thing as ‘neutral’ in the media, this research is therefore conducted to shed light on ‘suspicious’ representations of the Mo Salah’s phenomenon by media. The data sources of this research are two video reports: one by Middle East Eye (MEE) entitled Is 'Mohamed Salah changing the way Muslims are seen in Liverpool and beyond?' and the other by Independent Television (ITV) entitled 'The Mo Salah Effect: Islamophobia in Liverpool Falls Following Striker’s Arrival, Study Finds'. Collected from the websites of both respective media, the data were then multimodally analyzed using Social Actor Representation (van Leeuwen, 2008), Social Semiotic Theory of Representation (Kress & van Leeuwen, 2006) and News Discourse (Bednarek & Caple, 2012). Going further, this research examined the news values as well as the representational and interactional meanings embedded in the video reports, along with critical analysis on the socio-historical and economic contexts of both MEE and ITV. The key findings of this research suggested that the two video reports might have potential to produce quasi-acceptance of Islam and Muslim; the condition where Islam and Muslim are accepted seemingly; apparently; not really. Instead of giving more spotlights on Mo Salah’s identity as a Muslim, both MEE and ITV emphasize on Mo Salah’s stellar statistic and achievements in football as the main factors which earn him the position he is today – the position which public see as advantage and capable of decreasing the sentiments upon Islam and Muslim community, and therefore can improve public’s perception. This research argued that these so-called ‘off-target’ representations might lead to misconception once Mo Salah is not anymore in his peak performance. It was then understood that their real agendas were to possibly essentialize that Mo Salah, as a symbol of Muslim in the footballing world, is not worth of positive recognition and therefore insist that they are always ‘behind’. ABSTRAK Sejak Mo Salah bergabung dengan Liverpool FC pada musim panas 2017, muncul anggapan bahwa sentimen terhadap Islam dan Muslim di kota Liverpool dan UK mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sebuah studi yang diterbitkan oleh Universitas Stanford menunjukkan bahwa pemberitaan positif terhadap penyerang timnas Mesir tersebut terbukti mampu mengurangi tingkat Islamofobia di UK dalam beberapa tahun terakhir (Alrababa’h, Marble, Mousa & Siegel, 2019). Temuan ini menarik banyak perhatian media mainstream yang berlomba - lomba meneruskannya melalui pemberitaan mereka. Dengan harapan bahwa temuan ini akan ditangkap oleh khalayak yang lebih luas, media dalam hal ini berperan dalam membantu mendefinisikan ulang tentang apa itu Islam dan siapa itu Muslim melalui Mo Salah. Namun, menyadari bahwa tidak ada yang ‘netral’ dalam media, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengungkap apa di balik pemberitaan media tentang fenomena yang melibatkan Mo Salah in. Sumber data penelitian ini adalah dua video liputan: satu oleh Middle East Eye (MEE) berjudul 'Is Mohamed Salah changing the way Muslims are seen in Liverpool and beyond?' dan satu lagi oleh Independent Television (ITV) yang berjudul 'The Mo Salah Effect: Islamophobia in Liverpool Falls Following Striker’s Arrival, Study Finds'. Diambil dari websites resmi kedua media, data tersebut kemudian dianalisis secara multimodal menggunakan Social Actor Representation (van Leeuwen, 2008), Social Semiotic Theory of Representation (Kress & van Leeuwen, 2006) dan News Discourse (Bednarek & Caple, 2012). Selanjutnya, penelitian ini mengkaji aspek news values serta makna representational dan interactional yang melekat pada kedua video liputan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menghadirkan analisis kritis pada konteks socio-historical dan economic guna melihat faktor - faktor yang kemungkinan dapat memengaruhi sikap MEE dan ITV dalam pemberitaan tentang fenomena Mo Salah ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua pemberitaan tersebut berpotensi menciptakan quasi-acceptance of Islam and Muslim; sebuah kondisi di mana Islam dan Muslim seolah – olah diterima. Baik MEE maupun ITV lebih menekankan statistik memukau Mo Salah di lapangan hijau sebagai faktor utama yang mampu memengaruhi cara pandang publik terhadap Islam dan Muslim daripada identitasnya sebagai seorang Muslim. Penelitian ini menilai MEE dan ITV telah merepresentasikan fenomena ini secara kurang berimbang. Hal tersebut memunculkan kekhawatiran mengingat representasti yang ‘off-target’ tersebut dapat memicu miskonsepsi pada saat, misalnya, Mo Salah sudah tidak dalam performa terbaiknya. Penelitian ini kemudian menyimpulkan kemungkinan agenda utama dibalik kedua media tersebut adalah untuk semakin menyudutkan posisi Mo Salah sebagai simbol umat Islam di dunia sepak bola khususnya di Barat dan juga membingkai mereka sebagai kelompok ‘kelas kedua’