3 research outputs found

    Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Kejadian Miopia Pada Anak Usia Sekolah (4-17 Tahun) Di Poli Mata Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya

    Get PDF
    Pendahuluan: Kelainan refraksi merupakan gangguan penglihatan terbanyak diseluruh dunia, diantara kelainan refraksi tersebut yang paling sering dijumpai adalah miopia. Miopia dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun faktor lingkungan, salah satunya dengan melakukan aktivitas melihat dekat seperti menggunakan gadget. Penggunaan gadget dimasa sekarang ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia menggunakan media digital sebagai pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis adanya pengaruh penggunaan gadget meliputi posisi, jarak, lama penggunaan, dan pencahayaan ruang terhadap kejadian miopia pada anak usia sekolah (4-17 tahun). Metode Pelaksanaan: Penelitian yang dilakukan bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien anak usia sekolah (4-17 tahun) di Poli Mata Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya yang bersedia dilakukan penelitian dengan jumlah sampel 31 orang. Sampel diambil secara purposive sampling dengan teknik pengambilan data menggunakan kuesioner dan rekam medis responden. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik ordinal. Hasil dan Pembahasan: Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar menggunakan posisi duduk (61,3 %), menggunakan jarak ≥30 cm (54,8 %), dengan durasi selama ≥2 jam (54,8 %), dan menggunakan pencahayaan ruang yang redup (51,6 %). Sebagian besar responden memiliki visus miopia ringan (54,8 %). Berdasarkan analisis uji regresi logistik ordinal ada pengaruh jarak saat menggunakan gadget terhadap kejadian miopia (p=0,049). Tidak terdapat pengaruh posisi tubuh, lama penggunaan, dan pencahanyaan ruang saat menggunakan gadget terhadap kejadian miopia yang signifikan secara statistik (p=0,339; p=0,239; p=0,301). Kesimpulan: Hanya variabel jarak yang memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap kejadian miopia, sedangan untuk variabel posisi tubuh, lama penggunaan, dan pencahayaan ruang tidak memiliki pengaruh yang signifikan

    Kampanye Dalam Rangka Hari Kesehatan Telinga dan Penfengaran Nasional Guna Meningkatkan Awareness Pada Masyarakat Terhadap Pemeriksaan Pendengaran Sejak Dini

    Get PDF
    World Health Organization (WHO) menjelaskan 466 Juta Orang mengalami gangguan pendengaran, Salah satu dampak gangguan pendengaran selain pada fungsi telinga, juga berdampak pada sosial, emosional dan ekonomi, karena tidak jarang orang yang memiliki gangguan pendengaran mendapat perlakukan kurang baik dari orang sekitar. Hari pendengaran sedunia yang di peringati pada Tanggal 03 Maret, merupakan salah satu wadah yang perlu dilestarikan untuk meningkatkan kesadaran terkait fungsi pendengaran. Kegiatan yang di lakukan dalam meningkatkatkan kesadaran tersebut adalah dengan melakukan kampanye dengan berbagai media baik off line dan online, dari kegiatan ini diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan telinga. WHO telah menyiapkan platform media untuk memperingati Hari pendengaran Dunia dengan berbagai materi menarik yang setiap tahunnya berganti, kegiatan ini penting untuk dilestarikan dan di peringati untuk membangun kesadaran masyarakatu untuk menjaga kesehatan telinga dan mencegah gangguan pendengaran secak din

    Description Of Characteristics, Diagnosis And Financing Of BPJS Patients In ENT Poly Health Service Facility Level 2

    Get PDF
    The application of tariff applied in handling BPJS patients references the INA- CBGs and the payment model used by BPJS Kesehatan to replace the total bill by the hospital. Hospitals receive payments based on the INA- CBGs rate, which is the average cost spent by a group of diagnoses. It is expected to improve the quality and efficiency of hospitals. The benefit of implementing INA -CBGs in JKN is the tariffs in the form of packages cover all components of hospital costs. Cost efficiency efforts must be made. That is no deficit from the applicable INA-CBGS tariff. Quality and cost control efforts are very important in the implementation of ENT specialist poly services. This study aims to analyze the demographic characteristics of the patient, the patient's diagnosis, the difference in rates between INA CBGS payments and RSIS rates, the composition of financing and the Unit Cost of ENT Polyclinics. The research type is quantitative observational with cross-sectional design. The research location is at the Surabaya Islamic Hospital with BPJS TXT data, processing in January-December 2019. The results showed, the demographic characteristics of most patients were > 50 years old, and most of them were diagnosed with minor chronic diseases. The difference between Ina-CBGS payments and RSIS rates is Rp. 60,174 which means that each patient contributes a profit of Rp. 60,174. The composition of the financing for implementation of the ENT Polyclinic is the cost of consulting services. The unit cost of ENT Polyclinic patients is Rp. 132,774 per patient
    corecore