87 research outputs found
QUANTIFYING PELAGE COLORATION OF SOUTHEAST ASIA SPINY RATS GENUS Maxomys (MURIDAE: RODENTIA) USING SPECTROPHOTOMETRIC MEASUREMENTS
We documented preliminary study of coat color variations within Maxomys, one of the most common rats in the Southeast Asian region. We sampled the skin specimens that mostly deposited at Museum Zoologicum Bogoriense, Indonesia. Quantitative measurements of coat color using spectrophotometer revealed no significant difference in the dorsal pelage showing mostly dark brown (L*= 25-30, a*= 5-7, b*= 10-15). The ventral colorations were variable among the species. We classified five different color types based on the measurements: whitish grey (M. baeodon, M. whiteheadi, M. musschenbroekii, M. bartelsii, and M. dollmani), orange dark brown (M. hylomyoides), chestnut orange (M. ochraceiventer), yellowish brown (M. alticola) and creamy white (M. rajah, M. hellwaldii, and M. surifer). These fur color characteristics can be useful in species recognition, together with the craniometric features. Furthermore, molecular study of coat color variation within Maxomys spp. is needed to elucidate the mechanisms of phenotypic variation in morphology that affect the patterns of divergence, speciation and evolutionary history of Maxomys. Here, we failed to obtain the sequences from Maxomys using Mc1r (melanocortin-1 receptor) gene, and probably will be better to use other gene such as ASIP (agouti signaling peptide) gene
Enterprise Sistem Administrasi untuk Lembaga Kursus dan Pelatihan Studi Kasus di Lkp Inka Group Pasuruan
Lembaga Pendidikan dan Keterampilan (LKP) atau biasa dikenal sebagai lembaga kursus saat ini sangat berkembang dengan bukti banyaknya LKP yang ada di kota Pasuruan. Sistem administrasi LKP ini umumnya masih sederhana yaitu menggunakan buku dan kertas untuk pencatatan peserta maupun keuangannya. Oleh karena itu perlu dirancang sistem administrasi yang terkomputerisasi agar lebih praktis dan lebih cepat.
Sistem yang dirancang mencakup modul penerimaan peserta, pengaturan transaksi keuangan, dan penilaian (pencetakan sertifikat). Sistem dibangun dengan menggunakan Visual Studio 2013 dan Microsoft SQL Server 2012. Sistem dibangun dari nol, karena sebelumnya segala pengurusan administrasi hanya mengandalkan buku dan kertas. Sistem dibuat sedemikian rupa sehingga bisa digunakan di LKP mana saja dengan bidang pengajaran apa saja sehingga sistem ini mencakup skala enterprise.
Dari hasi uji coba penggunaan aplikasi, didapat bahwa kecepatan layanan kepada peserta kursus belum mengalami peningkatan, sebaliknya operator merasa bahwa penggunaan aplikasi justru lebih lambat dibandingkan cara manual. Hal ini tampaknya karena belum terbiasanya operator dalam menggunakan aplikasi, selain itu perlu optimalisasi penggunaan dengan pelatihan dan sebagainya. sebaliknya, pengarsipan data berjalan dengan baik, data yang semula ada di buku bisa tersimpan dengan aman di database komputer.
Kata kunci : LKP, administrasi, enterprise, visual studio, peserta kursus
COMPARISON BETWEEN Trachypithecus auratus AND Trachypithecus cristatus BRAIN SIZE IN INDONESIA
Taxonomic studies on Trachypithecus species in Indonesia define that this genus separated into two species that are Trachypithecus auratus and Trachypithecus cristatus with Trachypithecus auratus auratus as a subspecies. To determine relative brain size differences between species of the genus Trachypithecus in Indonesia and to examine clinal variation, a study related to brain size and morphological characters that affect the brain size is carried out. This study analyzes the brain volume between both species and examines its relationship with morphometric measurement and variables such as sex, age, and specimen location. Brain volumes were calculated from braincase volumes using 0.5 mm silica gel as mini beads. This study reveals that there are significant differences in relative brain size inter-species, sex, age and interaction among variable. Overall, T. auratus have a bigger brain size than T. cristatus, and the brain size of males are larger than females. The older individual tends to have similar brain size with younger ones. The different relative brain size on age level influenced by GSL size. Allometric body size affects the size of the brain directly. Also, there is a clinal trend in relative brain size. Trachypithecus auratus brain size is increasing from West Java to Lombok island. Further study is needed to understand the influence of external factor such as ecological and social factors on brain size in Trachypithecus
NEW RECORDS OF TWO RARELY ENCOUNTERED, ENDEMIC RATS (RODENTIA: MURIDAE: MURINAE) FROM GUNUNG GANDANGDEWATA, WEST SULAWESI PROVINCE
We collected specimens of Sommer’s Sulawesi shrew-rat, Sommeromys macrorhinos, at three sites (1600, 2200, and 2600 m) and the Sulawesi small-bodied shrew-rat, Crunomys celebensis, at one site (1600 m) on Gunung Gandangdewata in the western block of the central core of Sulawesi during November 2011 and May 2012. Prior to 2011, S. macrorhinos was known only from the holotype, which was taken on 2 August 1973 at 2400 m near the summit of Gunung Tokala (upper montane forest). Previously, C. celebensis was known only from tropical lowland evergreen rain forest in the Danau Lindu valley and nearby upper drainage of the Sungai Miu in the northern portion of the westcentral mountain block in Sulawesi’s central core. The new specimens of S. macrorhinos and C. celebensis extend their known range of habitats to include the transition between lowland and montane forest. Because the original description of S. macrorhinos was based on a single specimen, we describe some external morphological features and provide measurements of new specimens as a supplement to the original description.Key words: Crunomys celebensis, morphology, shrew-rat, Sommeromys macrorhino
EFEKTIVITAS PERANGKAP YANG DIGUNAKAN DALAM KOLEKSI MAMALIA KECIL RODENSIA DAN EULIPOTYPHLA
Ecological studies of small mammals often use several methods with various traps. Effective use of traps can increase the number of catches in this study. Small mammal samples were taken using the method of removal sampling for species diversity and set the traps using random purposive sampling method. In this case we use three types of traps, i.e. snap traps with roasted coconut bait smeared with peanut butter, pitfall traps with drift fence and rat snare with fruit as bait. Collection and installation of bait done at 07.00 WITA in the morning. From this study it is known that the use of traps falls very effectively in the study of small mammals, especially those living in terrestrial. This report provides information on common methods and effective traps are used in studying the diversity of small mammals
Implementasi Unique Code Nominal Transfer Menggunakan Metode Linear Congruential Generator Untuk Order Deposit
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, kecepatan transfer data, validasi admin dan sistem security yang memadai adalah hal yang sangat penting. Bisnis Multilevel Marketing mejadi salah satu trend marketing yang sedang marak diperbicangkan. Menggunakan sistem bonus harian dan pasangan (sistem binary) adalah salah satu sifat MLM, sehingga member tertarik untuk mendepositkan uangnya menjadi saldo. Pada tahap ini kecepatan respon admin sangat dibutuhkan untuk order deposit. Maka dikembangkannya sistem security unique number nominal transfer.
Namun adanya pola pengacakkan unique number nominal transfer yang mudah di prediksi, rentan terhadap serangan-serangan dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Salah satu cara untuk mendapatkan unique number dengan menggunakan metode Linear Congruential Generator (LCG), yang sederhana, mudah dan cepat dikomputasi, namun LCG juga mempunyai kelemahan yaitu mempunyai periode Perulangan yang pendek.
Efektivitas metode LCG untuk generate unique code nominal transfer memiliki keacakan statistik hingga 100 % untuk menghasilkan 9999 kombinasi kode unik berbeda bahkan pada kemungkinan terburuk yaitu order deposit ditanggal yang sama dan user id yang sama pula. Nantinya metode tersebut dapat bekerja sebagai sistem security validasi data nominal transfer di Jualbeliplus.com.
Kata Kunci - Unique Code Nominal Transfer, Lcg, Order Deposit, Sistem Binar
Variasi ciri morfometrik dari tikus Bunomys chrysocomus di Sulawesi dengan metode PCA (Principal Component Analysis)
Bunomys chrysocomus merupakan tikus bukit berambut kuning yang endemik di pulau Sulawesi. Meskipun tikus tersebar luas di Indonesia khususnya Sulawesi, namun penelitian tentang tikus B. chrysocomus masih belum banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi ciri morfometrik dari tikus B. chrysocomus di Sulawesi dengan metode PCA (Principal Component Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua variabel baru dari hasil pengukuran bagian tengkorak tikus mampu menjelaskan total varian sebesar 85,913%. Dua variabel baru yang dibentuk dengan analisa PCA ialah pengukuran tengkorak 1 dan pengukuran tengkorak 2. Kedua variabel baru ini menjadi karakter utama yaitu BBP, BFM, BMF, M1W, M2W, M3W dan BZP yang memiliki karakter kuat dalam variasi morfometrik bagian tengkorak dari tikus B. chrysocomus yang ada di Sulawesi.
西村先生講話 第二回
Nexus file containing phased alleles from BDNF sequences of Sunda shelf Crocidura. This alignment was used to generate the gene trees in Figures S1 and S
PERBANDINGAN EFEK EFEDRIN PERORAL DAN EFEDRIN INTRAMUSKULER SEBAGAI PROFILAKSIS TERHADAP HIPOTENSI PADA ANESTESI SPINAL
Background : Hypotension is the most common side effect of spinal anesthesia which has to be prevented by using fluid and/ or vasopressors. 1.m. ephedrine has been established to prevent hypotension, but it has some adverse effects to cardiocirculation due to unstable ahsorpstion. Oral ephedrine is an alternative agent for preventing hypotension with less adverse effects to cardiocirculation.
Methods: Second phase of third level clinical randomized controlled test. Forty six patients electively programmed for lower abdominal, perineum, and lower extremities surgery were divided into LM.. ephedrine (23 patients) and Oral. ephedrine (23 patients) group. l.M group was injected with i.m. 0,6 mg/kgBW immediately after spinal anesthesia performed, and oral group was given encapsulated ephedrine 0,6 mg/kgBB and ± 20 ml plain water 60 minutes before performing spinal anesthesia. Blood pressure (systolic, diastolic, and mean arterial pressure /MAP), heart rate, and respiratory rate were measured immediately after spinal anesthesia and serially repeated every 2 minutes. Data was analyzed using student t-test and chi-square at significancy level of 0,05
Results: Both groups had similar distribution on sex, age, body weight, early clinical state, level of block anesthesia. No patient developed hypotension in Oral Group whereas a patient of l.M group developed hypotension, but there is no significant different. Sistolic blood pressure decreased -6,13 f 11,79 minlig in Oral group and -7,70 I- 19,43 mmHg in 1.M group (p = 0,74). The incidence of hypertension between the two groups is significantly different (IM group 9 patients, Oral Group I patients). Systolic blood pressure increased. 23,61 ± 18,97 mmHg in IM Group and 13,74 ± 6,99 mmHg in Oral Group (p=0,02). The incidence of tachycardia, there is no significant different on both group, but the increase of heart rate is significantly different (p = 0,02). No significant difference in the increase of respiratory rate in both group.
Conclusion : Oral ephedrine 0,6 mg/kgBW is as effective as ephedrine 0,6 mg/kgBW i.m for preventing hypotension in spinal anesthesia and had less adverse effect on blood pressure and heart rate compared with ephedrine 0,6 mg/kgBW i.m.
Latar Belakang : Salah sate komplikasi anestesi spinal yang paling sering terjadi adalah hipotensi yang harus dicegah dan diatasi dengan infus cairan dart/ atau obat-obatan vasopresor. Efedrin i.m. sudah sering digunakan untuk tujuan tersebut, tetapi sediaan i.m. memililci beberapa efek samping yang merugikan. Sediaan efedrin oral merupakan altematif yang diharapkan dapat mencegah hipotensi sarna efektifnya dengan efedrin
tetapi dengan efek samping yang lebih kecil.
Metode : Uji klinis tahap 3 fase II yang dilakukan secara acak kendali. .Empat puluh enam pasien yang diprogram operasi elektif perut bagian bawah, perineum, dan ekstremitas bawah, dibagi dalam kelompok efedrin i.m. (23 orang) dan efedrin oral (23 orang). Kelompok i.m. diberi efedrin 0,6 mg/kgBB secara i.m. segera setelah anestesi spinal. Kelompok oral diberi efedrin 0,6 mg/kgBB dalam kapsul yang diminum dengan ± 20 ml air putih di ruang perawatan 60 menit sebelum dilakukan anestesi spinal. Tekanan darah (sistolik, diastolik, dan rerata tekanan arteri/TAR), laju jantung, dan laju napas diukur segera setelah anestesi spinal dan diulang serial tiap 2 menit sampai menit ke-30. Data diuji dengan dan chi-square dengan derajad keinaknitan p 0,05.
basil : Data demograti, data keadaan klinis awal, dan tinggi blok anestesi pada kedua kelompok berbeda tidak bermakna. Pada kelompok i.m. terdapat I orang mengalami hipotensi, kelompok oral tidak terdapat hipotensi. Perbedaan kejadian hipotensi pada kedua kelompok tidak bermakna. Penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok oral sebesar -6,13 j 11,79 mmHg dan kelompok i.m -7,70 + 19,43 mmHg. Perbedaan penurunan tekanan darah sistolik ini tidak bermakna. Kejadian hipertensi pada kedua kelompok berbeda bermakna, yakni pada kelompok i.m sebanyak 9 orang, pada kelompok oral 1 orang . Peningkatan tekanan darah sistolik pada kelompok i.m. 23,61 ± 18,97 mmHg dan pada kelompok oral 13,74 ± 6,99 mmHg. Perbedaan ini bermakna (p=0,02). Kejadian takikardi pada kedua kelompolc tidak bermakna, tetapi peningkatan laju jantung pada kedua kelompok berbedaa bermakna (p=0,02). Tidak ada perbedaan bermakna dalam kenaikan laju napas pada kedua kelompok uji.
Kesimpulan : Efedrin 0,6 mg/kgBB per oral sama efektifnya dengan efedrin 0,6 mg/kgBB i.m sebagai profilaksis hipotensi pada anestesi spinal dengan efek kenaikan tekanan darah dan laju jantung yang lebih kecil dibandingkan dengan efedrin 0,6 mg/kgBB i.m
- …