5 research outputs found
Optimalisasi Efisiensi Dye-Sensitized Solar Cells (DSSCs) Melalui Modifikasi Zat Warna Morin : Studi DFT (Density Functional Theory)
Dye-Sensitized Solar Cells (DSSCs) merupakan sel surya generasi ketiga yang saat ini sedang dikembangkan. Pada DSSCs terdapat sensitizer yang berperan penting dalam proses menyerap cahaya matahari dan dikonversi menjadi energi listrik. Sensitizer yang digunakan biasanya berasal dari zat warna anorganik dan zat warna organik. Zat warna anorganik memiliki efisiensi yang cukup besar, tetapi terdapat banyak kelemahan, diantaranya sumber ketersediaannya yang terbatas, proses pemurniannya yang rumit, tidak ekonomis dan tidak ramah lingkungan. Oleh sebab itu dikembangkanlah zat warna organik yang bersifat ramah lingkungan, ekonomis dan sumber ketersediaannya melimpah, tetapi zat warna organik memiliki kelemahan yaitu efisiensi yang didapatkan cukup kecil. Morin merupakan salah satu zat warna organik yang pernah digunakan sebagai sensitizer pada DSSCs. Morin hanya bisa menyerap cahaya sampai panjang gelombang 440 nm. Pada penelitian ini morin dimodifikasi dan dianalisis menggunakan metode Density Functional Theory (DFT). Zat warna morin dimodifikasi menjadi tipe D-π-A, dimana morin diletakkan pada rantai akseptor dan divariasikan rantai π konyugasi dan rantai donor, kemudian dilakukan penambahan gugus pendorong dan penarik elektron. Hasil penelitian dilihat dari struktur geometri optimal, countour Highest Occupied Molecular Orbital (HOMO) dan Lowest Unoccupied Molecular Orbital (LUMO), Molecular Electrostatic Potential (MEP), sudut dihedral dan panjang ikatan, bandgap (∆E), momen dipol, energi bebas gibbs injeksi (∆G^inject) dan energi bebas gibbs regenerasi (∆G^reg), panjang gelombang serapan serta nilai Light Harvesting Efficiency (LHE) dan tegangan (Voc). Setelah dilakukan penelitian didapatkan rantai π konyugasi, rantai donor, gugus pendorong dan gugus penarik yang terbaik, dimana setelah dimodifikasi serapan cahaya panjang sampai daerah inframerah, yaitu dengan panjang gelombang sebesar 1171,94 nm dengan bandgap 1,36411 eV. Artinya, DSSCs yang tersensitasi zat warna baru berbasis morin ini bisa menyerap cahaya sampai malam hari dan tidak membutuhkan baterai untuk menyimpan energi
KOREOGRAFI AKU BISA KARYA JONET SRI KUNCORO DALAM KETUBUHAN KAUM DIFABEL TUNARUNGU DI SDLB N DAN SMPLB BINA KARYA INSANI CANGAKAN KARANGANYAR
Penelitian dengan judul Koreografi aku Bisa Karya Jonet Sri Kuncoro
dalam Ketubuhan Kaum Difabel Tunarungu di SDLB N dan SMPLB Bina
Karya Insani Cangakan Karanganyar mengungkap tentang ketubuhan kaum
difabel tunarungu yang menitikberatkan pada jenis penelitian kualitatif.
Penelitian ini bertujuan menganalisis dan mendiskipsikan ketubuhan
koreografer dan penari dalam Koreografi Aku Bisa, menganalisis dan
mendiskripsikan pembentukan Koreografi Aku Bisa.
Permasalahan diungkap dengan menggunakan konsep ketubuhan oleh Lono
Simatupang sebagai pisau analisis ketubuhan penari. Mengungkap
koreografi digunakan teori Sumandiyo Hadi tentang unsur-unsur koroegrafi,
sedangkan untuk menganalisis pembentukan motif gerak digunakan konsep
effort shape yang dikemukakan oleh Rudolf Van Laban dan solah ebrah yang
dimukakan oleh Slamet.
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnokoreologi. Metode yang
digunakan adalah metode etnografi tari yang memiliki pada penelitian
lapangan sesuai dengan objek penelitian tentang ketubuhan penari. Hasil
penelitian ini menunjukkan ketubuhan penari kaum difabel sangat penting
sebagai pembentukan Koreografi Aku Bisa sebagai konsumsi tarian untuk
kaum difabel. Kesimpulan yang didapat bahwa pembentukan motif gerak
Koreografi Aku Bisa sangat terkait dengan ketubuhan koreografer dan penari
kaum difabel.
Kata Kunci : Koroegrafi Aku Bisa, Pembentukan, Ketubuhan, Kaum Difabe
KEMIRIPAN ORDO LEPIDOPTERA DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI DI DESA WAQ TOWEREN KABUPATEN ACEH TENGAH
Ordo lepidoptera adalah ordo yang besar, anggotanya hampir tersebar dimana-mana, ciri utama dari ordo ini yaitu terdapat sisik-sisik kecil, lebar dan pipih pada sayapnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis kemiripan Ordo Lepidoptera di kawasan perkebunan kopi di Desa Waq Toweren Kabupaten Aceh Tengah untuk menentukan indeks similaritas dikawasan tersebut. Lokasi penelian terletak di kawasan perkebunan kopi di Desa Waq Toweren Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini meruapakan penelitian survey dengan metode point count dengan mencatat jenis dan individu kupu-kupu di 9 titik/stasiun pengamatan selama jangka waktu 2 jam. Teknik analisis data menggunakan rumus Shanon-Weinner dan Rumus indeks similaritas Sorensen. Hasil penelitian menunjukkan kupu-kupu dikawasan perkebunan kopi sebanayk 37 spesies dengan 338 individu. Jenis kupu-kupu terdiri dari 6 famili yaitu Pieridae, Papilionidae, Erebidae, Uraniidae, Lycaenidae, dan Nymphalidae. Indeks similaritas Ordo lepidoptera adalah S=2 dikategorikan sangat dekat dikarenakan indeks similaritas yang dihasilkan berada pada rentang nilai > 0,75. Nilai indeks similaritas tertinggi terdapat pada famili Nymphalidae yaitu sebesar 1,331, sedangkan nilai indeks similaritas terendah terdapat pada famili Lycaenidae yaitu sebesar 0,005
KULIAH KERJA NYATA REGULER UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PERIODE LXXVI TAHUN AKADEMIK 2019/2020 DIVISI XIV.A.3 Dusun Karangasem, Kelurahan Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Bantul
Age and frailty are independently associated with increased COVID-19 mortality and increased care needs in survivors: results of an international multi-centre study
Introduction: Increased mortality has been demonstrated in older adults with coronavirus disease 2019 (COVID-19), but the effect of frailty has been unclear.
Methods: This multi-centre cohort study involved patients aged 18 years and older hospitalised with COVID-19, using routinely collected data. We used Cox regression analysis to assess the impact of age, frailty and delirium on the risk of inpatient mortality, adjusting for sex, illness severity, inflammation and co-morbidities. We used ordinal logistic regression analysis to assess the impact of age, Clinical Frailty Scale (CFS) and delirium on risk of increased care requirements on discharge, adjusting for the same variables.
Results: Data from 5,711 patients from 55 hospitals in 12 countries were included (median age 74, interquartile range [IQR] 54–83; 55.2% male). The risk of death increased independently with increasing age (>80 versus 18–49: hazard ratio [HR] 3.57, confidence interval [CI] 2.54–5.02), frailty (CFS 8 versus 1–3: HR 3.03, CI 2.29–4.00) inflammation, renal disease, cardiovascular disease and cancer, but not delirium. Age, frailty (CFS 7 versus 1–3: odds ratio 7.00, CI 5.27–9.32), delirium, dementia and mental health diagnoses were all associated with increased risk of higher care needs on discharge. The likelihood of adverse outcomes increased across all grades of CFS from 4 to 9.
Conclusion: Age and frailty are independently associated with adverse outcomes in COVID-19. Risk of increased care needs was also increased in survivors of COVID-19 with frailty or older age.</p