299 research outputs found

    Two New Calycophorae, Siphonophorae

    Get PDF
    Volume: 22Start Page: 340End Page: 34

    Pengaruh Valsartan Terhadap Fibrosis Ginjal pada Obstruksi Ureter

    Get PDF
    AbstrakPendahuluan : Obstruksi ureter merupakan kondisi yang dapat terjadi pada setiap usia dengan levelbervariasi dengan efek terburuk berupa gagal ginjal permanen. Terdapat berbagai mekanisme yang berperandalam terjadinya kerusakan ginjal pada obstruksi ureter. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruhvalsartan untuk memperbaiki kerusakan ginjal pada kondisi tersebut. Metode : Dilakukan penelitian eksperimentalmenggunakan 30 ekor tikus wistar dengan obstruksi ureter unilateral melalui pengikatan ureter kiri yang dibagimenjadi dua kelompok, tanpa pemberian valsartan dan dengan pemberian valsartan. Pada hari ke-14 dinilai dandibandingkan fibrosis interstisial, degenerasi hidrofik, dan atrofi tubulus pada kedua kelompok dengan pulasanhematoksilin-eosin. Hanya tikus yang tetap hidup hingga melewati hari ketujuh yang dimasukkan dalam penelitian.Hasil : Dari tiga belas tikus wistar pada kelompok obstruksi ureter unilateral tanpa pemberian valsartan, didapatkan11 tikus mengalami fibrosis interstisial pada ringan dan 2 tikus mengalami fibrosis interstisial sedang, sementaraseluruh tikus wistar pada kelompok dengan valsartan mengalami fibrosis interstisial ringan (p > 0.05). Tidakterdapat perbedaan bermakna untuk degenerasi hidrofik epitel tubulus antara kelompok tanpa valsartan dandengan valsartan (31.46 vs 33.67, p > 0.05). Tidak terdapat pula perbedaan bermakna untuk atrofi tubuli antarakedua kelompok (61.78 vs 62.07, p > 0.05). Kesimpulan : Pemberian valsartan dengan dosis antihipertensi tidakmengurangi tingkat fibrosis interstisial, degenerasi hidrofik, maupun atrofi tubulus pada obstruksi ureter unilateralpada tikus wistarKata kunci: obstruksi ureter unilateral, valsartan, fibrosis interstisialAbstractIntroduction: Ureteral obstruction is a condition that might happen at any age in any level with the worstcomplication is permanent renal damage. There are several mechanisms that play role in renal damage in ureteralobstruction. This experimental research is aimed to observe the effect of valsartan to attenuate renal damage inunilateral ureteral obstruction. MethodsExperimental research was performed using 30 wistar rats with unilateralureteral obstruction achieved by ligation of the left ureter. Rats then divided into two groups, no treatment groupand valsartan group. At the 14th day, evaluation was performed to compare interstitial fibrosis, hydrophilicdegeneration, and tubular atrophy between the two groups using haematoxylin-eosin staining. Only rats surviveuntil at least 7th day are included in the study. ResultFrom thirteen wistar rats in no treatment group, two of themhaving moderate interstitial fibrosis and eleven with mild interstitial fibrosis while all rats in valsartan group had mildinterstitial fibrosis (p > 0.05). There is no significant difference on hydrophilic degeneration between no treatmentand valsartan group (31.46 vs 33.67, p > 0.05). There is also no significant difference in tubular atrophy betweenthe two groups (61.78 vs 62.07, p > 0.05). ConclusionValsartan therapy in antihypertensive dosage has nosignificant effect in to attenuate interstitial fibrosis, hydrophilic degeneration, and tubular atrophy in unilateralureteral obstruction in wistar rats.Keywords: unilateral ureteral obstruction, valsartan, interstitial fibrosi

    PENGARUH NANO KURKUMIN TERHADAP FIBROSIS GINJAL AKIBAT OBSTRUKSI URETER UNILATERAL BERDASARKAN MEKANISME SELULER-MOLEKULER

    Get PDF
    ABSTRAK PENGARUH NANO KURKUMIN TERHADAP FIBROSIS GINJAL AKIBAT OBSTRUKSI URETER UNILATERAL BERDASARKAN MEKANISME SELULER-MOLEKULER PenelitianEksperimentalpadaTikusPercobaan Alvarino Obstruksi saluran kemih bagianatasmerupakan salah satu masalah dalam bidang urologi, dapat terjadi pada seluruh fase kehidupan manusia dan lokasinya bisa disepanjang traktus urinariusbagianatas. Akibat dari kondisi ini dapat menyebabkan hidronefrosis yang akan mengakibatkan disfungsi endotel glomeruli dannantinya akan merubah struktur dari ginjal seperti fibrosis interstisial, tubular atrofi dan apoptosis serta inflamasi interstisial. Kurkumin merupakan salah satu senyawa bioaktif dari temulawak(Curcuma xanthorhiza Roxb) dankunyit(Curcuma longa)diharapkan dapat mengatasi fibrosis ini karena sifat anti oksidatif dan anti inflamasinya dengan jalan menekan ekspresi NF-ĸB, TGF-β1 dan MMP-9. Bioavailabilitas kurkumin jelek karena sedikit yang diabsorpsi(5%), cepat dimetabolisme dan cepat dieliminasi, untuk meningkatkan absorbsinya dibuatlah kurkumin dalam ukuran nano. Tidak seperti kurkumin biasa, nano kurkumin mudah larut dalam air, diserap sampai 96%. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan pengaruh pemberian nano kurkumin terhadap ekspresi NF-ĸB, TGF-β1danMMP-9 dalam mensupresi fibrosis ginjal akibat obstruksi ureter unilateral. Penelitianbersifateksperimentaldenganpost test control group designpada 34tikus wistarjantandewasa yang berumur 10-12 minggu yang diikatureternyaunilateral.Terdapat 2 kelompokperlakuan, kelompok yang pertama 17 ekordiberikannanokurkumin 100 mg/kgBBselama 28 haridari Miso N Korea Selatan, kelompok yang lainnyatidakdiberikan. Setelah 28 haridiperiksaekspresi NF-ĸB, TGF-β1dan MMP-9secara imunohistokimiadanluas area fibrosis denganMasson Trichromasecarahistokimia. Hasilpenelitiandidapatkanbahwapadaginjaltikus yang obstruksitanpapemberiannanokurkuminternyatalebihtinggiekspresinyabiladibandingkandenga npemberiannanokurkumin, yaitu NF-κB (22,29±6,18 : 13,06±3,78), TGF-β1 (31,24±8,82 : 13,29±4,93) dan MMP-9 (21,47±6,45:12,18±5,41).Hasil ujistatistikketiganyadenganttestmenunjukkanperbedaanyangbermakna (p<0,05).Sedangkanluas area fibrosis tanpapemberiannanokurkuminternyataditemukanpadaluas fibrosis skor 4(>81%) sebanyak 64,7% dandenganpemberiannanokurkumin yang terbanyakditemukanpadaluasfibrosisnyaskor 3(51%-80%) sebanyak52,9%.Hasil ujistatistikMann-Whitney testmenunjukkanperbedaan yang bermakna (p<0,05). KesimpulannyaadalahpemberiannanokurkumindapatmenekanekspresiNF-ĸB, TGF-β1 dan MMP-9juga menekanluas fibrosis yang terjadipadaginjaltikus yang mengalamiobstruksi ureter unilateral. Kata kunci: nanokurkumin,NF-ĸB, TGF-β1, MMP-9 danfibrosisginjal

    Gambaran Karsinoma Prostat di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2010-2013

    Get PDF
    Karsinoma prostat merupakan kasus neoplasia yang kedua tersering ditemukan pada pria dan tersering kelima dari kasus keganasan pada pria dan wanita. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui distribusi kasus  karsinoma prostat berdasarkan umur, kadar PSA (Prostate Specific Antigen), metode diagnostik, derajat histopatologis (skor Gleason), stadium dan tatalaksana pada pasien karsinoma prostat di Rumah Sakit Umum  Pusat  (RSUP)  Dr. M. Djamil Padang. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan data rekam medik di  RSUP Dr. M.  Djamil Padang periode 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2013. Didapatkan hasil sebanyak 51 kasus pada periode tersebut. Penderita terbanyak ditemukan pada rentang usia 70-79 tahun, yaitu sebanyak 39,22%. Sebagian besar kasus (49,02%) memiliki kadar PSA >20 ng/ml. Hampir seluruh kasus (94,12%) karsinoma prostat ditemukan secara insidental melalui hasil kerokan TURP (Transurethral resection of the prostate) dan sisanya ditegakkan melalui biopsi. Skor Gleason yang terbanyak adalah skor 5-7 (moderately differentiated) sebanyak 45,10%. Pada kelompok usia 50-59 tahun, karsinoma prostat terbanyak dengan skor 5-7 (moderately differentiated); kelompok usia 60-69 tahun terbanyak skor 8-10 (poorly differentiated); kelompok usia 70-79 tahun terbanyak skor 5-7 (moderately differentiated); dan kelompok usia 80-89 tahun terbanyak skor 8-10 (poorly differentiated). Hanya terdapat 7,84% kasus yang dapat ditentukan stadiumnya yang seluruhnya sudah stadium 4. Dari seluruh kasus hanya 23,53% kasus yang didapatkan oleh peneliti data mengenai tatalaksana yang dilakukan setelah dilakukan TURP. Dari 23,53% kasus tersebut, seluruhnya dilanjutkan dengan terapi hormonal, 19,61% kasus diberikan melalui injeksi antiandrogen, 3,92% kasus dilakukan melalui Orkidektomi

    Hubungan Batu Saluran Kemih Bagian Atas dengan Karsinoma Sel Ginjal dan Karsinoma Sel Transisional Pelvis Renalis

    Get PDF
    Insiden karsinoma sel ginjal dan karsinoma sel transisional pelvis renalis sebagai jenis histopatologis terbanyak pada keganasan ginjal menunjukkan trend peningkatan insiden di seluruh dunia. Batu saluran kemih menunjukkan trend peningkatan insiden yang serupa. Hal ini memungkinkan adanya hubungan. Penelitian sebelumnya mendapatkan hasil yang kontroversial. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan antara batu saluran kemih bagian atas dengan karsinoma sel ginjal dan karsinoma sel transisional pelvis renalis di RSUP Dr. M Djamil padang dan RSAM Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan desain case control study pada rekam medis yang dilakukan pada bulan September hingga Desember 2018. Didapatkan 34 sampel dengan hasil histopatologi karsinoma sel ginjal dengan rasio jenis kelamin 1:1,3. Sampel terbanyak adalah kelompok umur 50-59 tahun (26,47%), mean: 52,8±13,79. Didapatkan 15 sampel karsinoma sel transisional pelvis renalis dengan rasio jenis kelamin 2,75:1. Sampel terbanyak adalah kelompok umur 50-59 tahun (33,33%), mean: 57,5±11,31. Persentase yang ada batu lebih tinggi pada karsinoma sel ginjal dibandingkan dengan yang tidak karsinoma sel ginjal yaitu 62,5% : 23,1%. Secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna (P>0,05). Peluang untuk timbulnya karsinoma sel ginjal sebesar 5,6 kali pada yang ada batu dibandingkan dengan yang tidak ada. Persentase yang ada batu lebih tinggi pada karsinoma sel transisional pelvis renalis dibandingkan dengan yang tidak karsinoma sel transisional pelvis renalis yaitu 71,4% : 25%. Secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna (P>0,05). Peluang unuk timbulnya karsinoma sel transisional pelvis renalis sebesar 7,5 kali pada yang ada batu dibandingkan dengan yang tidak ada

    Perbandingan Levofloxacin dengan Ciprofloxacin Peroral dalam Menurunkan Leukosituria Sebagai Profilaksis Isk pada Kateterisasi di RSUP. Dr. M. Djamil Padang

    Get PDF
    AbstrakInfeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan ketika kuman tumbuh dan berkembang biak di dalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna. Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis bakteriuria dan leukosituria. ISK pasca kateterisasi merupakan penyebab terbesar infeksi nosokomial, dengan sumber kuman bisa dari penyebaran ascending (seperti penggunaan kateter), hematogen maupun limfogen. Antibiotik profilaksis perlu diberikan untuk mencegah infeksi, mengingat tingginya kemungkinan ISK pasca kateterisasi. Flouroquinolon saat ini masih direkomendasikan untuk profilaksis ISK, namun akhir-akhir ini banyak laporan tentang resistensi terhadap golongan ini, terutama ciprofloxacin. Ciprofloxacin adalah golongan fluoroquinolon generasi kedua sedangkan Levofloxacin merupakan generasi ketiga. Di RSUP DR M Djamil, khususnya di SMF Urologi belum ada data mengenai perbandingan keefektifan levofloxacin dan ciprofloxacin ini terhadap profilaksis ISK. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian keefektifan levofloxacin dibandingkan dengan ciprofloxacin dalam menurunkan insiden leukosituria sebagai profilaksis ISK pada pasien yang dipasang kateter Foley. Metode: Subjek diambil dari 30 pasien yang akan dipasang kateter Foley, yang dibagi atas dua kelompok atas 15 pasien. Setelah pemasangan dilakukan urinalisis untuk menentukan kadar leukosit 5%). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan keefektifan antara Levofloxacin oral 750 mg dengan Ciprofloxacin oral 750 mg dalam menurunkan insiden leukosituria sebagai terapi profilaksis terhadap ISK pada pasien yang dipasang Foley catheter.Kata kunci: Levofloxacin, Ciprofloxacin, Leukosituria.AbstractUrinary tract infection (UTI) occurred when bacteria grow and multiply in the urinary tract in significant quamtities. The diagnosis of UTI is confirmed by clinical manifestations with bacteriuria and leukocyturia. Post-catheterization UTI is the biggest cause of nosocomial infection, with the bacteria spread in ascending (such as the use of catheter), haematogenous or lymphogenous fashions. Prophylactic antibiotic is needed to prevent infection because the probability of post-catheterization UTI is high. Fluoroquinolone is currently recommended for UTI prophylaxis, however, reports about resistance to it is accumulating, especially ciprofloxacin. Ciprofloxacin is the second generation fluoroquinolone, and the later addition is Levofloxacin as the third generation fluoroquinolone. At RSUP Dr. M. Djamil, notably at the Urology section, no data is available regarding the comparison of the effectiveness between the two generations. It is therefore a research on this efficacy between those antibiotics in lowering the incidence of leukocyturia as the measure to prevent UTI in patients with Foley catheter. Method: Subjects are 30 patients with Foley catheter, divided into two groups of 15 patients each. After insertion of catheter, urinalysis was performed to determine that the lecocyte count was less than 10 per high power field of the microscope, and each group then received either Ciprofloxacin or Levofloxacin, 750 mg orally. Urinalysis was repeated three days after the catheter wa inserted. Results: No significant differnce was found in urinary leucocyte count between the two groups, either on the day cathete was inserted (p Fisher = 0.159) or three days after (p Fisher 0.097). There was no significant difference on the reduction of lucocyte count among the two groups (chi-square = 1.222; P>5%). Conclusion: There was no difference in effectiveness between oraly administered 750 mg Levofloxacin and 750 mg Ciprofloxacin in lowering the incidence of leukocyturia as prophilactic measures against UTI on patients using Foley catheter.Keywords: Levofloxacin, Ciprofloxacin, Leukosituria

    Turks in Germany: Analyzing the Voting Behavior of Germany's Largest Minority

    Get PDF
    As of 2021, it is estimated that nearly 3 million people of Turkish descent live in Germany—approximately 3.6% of the population, making it the largest minority group in the country. Of the 3 million, it is estimated that 1.2 million are eligible to vote—making up roughly 2% of Germany’s voters and more than enough to sway a national election. This thesis looks to understand how German Turks are voting in German elections and what factors are influencing their behavior. This thesis finds that the two most influential factors in determining vote decision for Turkish Germans are: their occupational and income status group and politician's attention to issues concerning racial, ethnic, and religious minority groups.Bachelor of Art

    Pengaruh Pemberian Valsartan Dan Kurkumin Terhadap Pembentukan Fibrosis Di Tubulus Proksimal Ginjal Akibat Obstruksi Ureter Unilateral pada Tikus Wistar.

    Get PDF
    AbstrakPendahuluan: Obstruksi ureter adalah kondisi terhalangnya aliran urin dari ginjal ke buli-buli, adanya obstruksi pada ureter memperlambat laju filtrasi glomerulus dan dapat menyebabkan kerusakan parenkim ginjal. Fibrosis pada ginjal yang obstruksi timbul melalui dua mediator yaitu tumor nekrotik factor (TNF-α) dan angiotensin II. Penghambatan kedua mediator ini akan menurunkan tingkat fibrosis di tubulus proksimal ginjal akibat obstruksi. Zat yang bisa menghambat TNF-α salah satunya adalah kurkumin sedangkan Angitensin II dapat dihambat dengan valsatran. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, tikus wistar dibagi dalam dua kelompok dengan jumlah tiap kelompok adalah 15 ekor. Proksimal ureter kanan diikat dan kelompok perlakuan 1 sebagai kontrol diberi valsatran, kelompok perlakuan2 diberi valsartan dan kurkumin. Pemberian oral, dimana obat dilakukan pengenceran. Hari ke lima belas dilakukan pengambilan ginjal tikus wistar, diperiksa histologi. Pembentukan fibrosis di tubulus proksimal dianalisa dengan uji statistik chisquare dengan koreksi Yates dan t test, sedang terbentuknya degenerasi hidrofik dan terbentuknya atrofi pada tubulus proksimal dianalisa dengan uji statistik t test. Hasil: Adanya perbedaan bermakna perubahan pembentukan fibrosis di tubulus proksimal ginjal antara kelompok perlakuan dan kontrol ( Chi Squqre didapat nilai p ≤ 0,001 dan dengan t test didapat nilai p ≤ 0,000). Terbentuknya degenerasi hidrofilik di tubulus proksimal ginjal terdapat perbedaan bermakna terbentuknya degenerasi hidrofilik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ( t test didapatkan nilai p ≤ 0,000). Terbentuknya atrofi di tubulus proksimal terdapatt perbedaan bermakna terbentuknya atrofi di tubulus proksimal ginjal kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ( t test didapat nilai p ≤ 0,000). Kesimpulan: Ada perbedaan pengaruh pemberian valsartan dan valsartan + kurkumin terhadap pembentukan fibrosis di tubulus proksimal ginjal. Perbedaan bermakna terbentuKata kunci: Obstruksi ureter, Valsartan, Kurkumin, Fibrosis, Degenerasi hidrofilik, AtrofiAbstractIntroduction: ureter obstruction is a condition where is an obstacle for urine flow from renal to blast (vesica urinaria). The obstruction in ureter will decrease glomerulus filtration flow and it destroys renal parenchym. Fibroses in obstructed renal present through two mediators, there are necrotizing tumor factors-α (TNF-α) and angiotension-II. Obstruction of this two mediators will decrease fibroses grading in proximal tubules of renal caused by obtruction. One of TNF-α inhibitors is curcumene and angiotension-II will be obstructed by valsartan. Methods: this experiment is kind of experimental type using animal experiment (Wistar Mice). Wistar Mice are divided into two groups, each group consist of 15 mice, so the total are 30 mice. This animals tighted with at proximal ureter The first group is control one, given valsartan. The second group is given valsartan and curcumene. Oral route and dilution before given. Medicine is given use 1 cc spuit. Giving action in 14 days. The fifteenth day, we take renal of Wistar and do histology examination. Significant difference between fibroses forming in proximal tubulus analyzed by Chi Square Statistic Test with correction of Yates and T-Test, beside that, hydofic degeneration and atrophy in proximal tubulus analyzed by T-Test Statistic Test. Result: there is significant difference in forming of fibroses in proximal tubules of renal between action group and controlled group (Chi Square with p ≤ 0.0001 and T-Test with p ≤ 0.000). In hydrophilic degeneration forming in proximal tubules gotten significant difference between two groups ( T-Test with p ≤ 0.000). In atrophy forming in proximal tubules, there is important difference between two groups (T-Test with p ≤ 0.000).Concultion. There is an effect in giving valsartan and curcumene to fibroses forming in proximal tubules of renal. There is significant difference in hydrophilic degeneration in proximal tubules of renal. And also there is important difference in atrophy forming in proximal tubules between two groups.Keywords:ureter obstruction, valsartan, curcumene, fibroses, hydrophilic degeneration, atrophy
    corecore