21 research outputs found
The COVID-19's Economic Crisis and Its Solutions: A Literature Review
The pandemic of COVID-19 predicts can create a global economic crisis include Indonesia. This paper aimed to answer the first question: how the transmission process from a pandemic became an economic crisis; Second, what macroeconomic policies should take to recover the economic crisis of the COVID-19 pandemic; third, what non-economic measures must consider confirming the macroeconomic policies achieved its target. Using 32 references in the literature review process, we tried to find out the answers to this study's questions. This study recommended that the measures for containment of the virus spread and the execution of fiscal and monetary stimulus should be coordinate internationally among countries and territories.JEL Classification: E60, E66How to Cite:Irawan, A., & Alamsyah, H. (2021). The Covid-19’s Economic Crisis and Its Solution: A Literature Review. Etikonomi, 20(1), 77 – 92. https://doi.org/10.15408/etk.v20i1.16870
DARI KRISIS NILAI TUKAR, ALTERNATIF PENJAMINAN SIMPANAN, PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO HINGGA MONEY LAUNDERING : Overview
Pembaca mungkin akan menemukan bahwa overview kali ini agak berbeda dari yang biasanya. Kalau dalam bulletin-bulletin sebelumnya pembaca akan dapat segera menemukan adanya suatu benang merah dari berbagai tulisan-tulisan yang dimuat. Kali ini overview akan mengangkat beberapa subtopik penting yang diulas dalam paper-paper yang diterbitkan dalam bulletin ini. Tidak lain tujuannya adalah agar pembaca dapat memahami dengan lebih baik bagaimana sudut pandang dan solusi yang ditawarkan oleh para penulis.
RESTRUKTURISASI PERBANKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMULIHAN KEGIATAN EKONOMI DAN PENGENDALIAN MONETER
Krisis nilai tukar yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 telah mengakibatkan krisis perbankan yang parah di Indonesia. Kondisi ini mendorong dilakukannya restrukturisasi perbankan di Indonesia yang bertumpu kepada tiga strategi, yakni (a) bagaimana memulihkan kepercayaan terhadap perbankan nasional; (b) meningkatkan solvabilitas perbankan (penyelesaian masalah stock); dan (c) memberdayakan kembali operasional perbankan (penyelesaian masalah flow).
Evaluasi hingga awal tahun 1999 menunjukkan bahwa proses restrukturisasi perbankan tersebut relatif berjalan lamban. Dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang terkena krisis perbankan dan dewasa ini sedang melakukan langkah restrukturisasi perbankan, proses restrukturisasi perbankan di Indonesia relatif tertinggal. Hingga dewasa ini proses restrukturisasi perbankan masih berada pada tahap penyelesaian masalah solvabilitas bank melalui program rekapitalisasi. Biaya rekapitalisasi juga diperkirakan akan sangat besar, yakni mencapai sekitar Rp330 triliun atau 30% dari PDB, yang sebagian besar akan dibiayai melalui penerbitan obligasi pemerintah. Kompleksnya permasalahan yang dihadapi, tidak terdapatnya lembaga penanggung jawab pelaksanaan restrukturisasi perbankan yang mandiri, serta belum terdapatnya kesamaan visi secara nasional dalam penyelesaian masalah solvabilitas perbankan nasional merupakan hambatan-hambatan utama yang berada dibalik tersendatnya program restrukturisasi perbankan di Indonesia.
Proses restrukturisasi perbankan yang relatif lamban tersebut menurut penulis akan membawa akibat tertundanya proses pemulihan kegiatan ekonomi Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga mengalami krisis ekonomi. Selain itu, program rekapitalisasi perbankan akan memberikan tekanan yang amat berat kepada posisi keuangan negara dalam jangka menengah-panjang. Tanpa adanya langkah-langkah penyesuaian di bidang fiskal serta penyempurnaan proses pengembalian dana rekapitalisasi yang transparen, cepat dan efisien maka pengendalian moneter akan menghadapi tantangan yang berat akibat membengkaknya defisit anggaran negara di masa-masa mendatang
Inflation Forecasting in Bank Indonesia
Since the enactment of the New Central Bank Act in 1999, Bank Indonesia is mandated to pursue a single objective of achieving and maintaining the stability of the rupiah value, primarily meant as low and stable inflation in the environment of a flexible exchange rate system. Such mandate calls for enhancement of capacity and ability to forecast inflation in Bank Indonesia The paper explains how Bank Indonesia forecasts inflation. It also reviews various techniques and pertinent issues in forecasting inflation, ranging from statistical methods, time series, econometric models and leading indicators. Notwithstanding the advanced econometric techniques aided by super computer, the paper reiterates that judgement continue to play an important role in forecasting inflation.
Banks’ risk taking behavior and the optimization monetary policy
This study analyzes the behavior of risk taking on economic agents such as banks, households, and firms as a repond of monetary policy and macroprudential choices in Indonesia. The behavior of economic agents modeled in a DSGE models.
In the model, the credit risk is modeled endogenously. Credit risk is a function of household and firm leverage ratio, bank leverage ratio, property market and general economy condition. Moreover, there are two types of bank in assessing the risks of credit.
The results show that, endogenous credit risk, has an impact on the deepen procyclicality in credit. Furthermore, this research model contributes to a deeper understanding of the prudential policy framework. In the event of risk taking, analysis optimal policy responses using the loss function of central banks.
The policy of lower interest rates should be combined with a loan to value ratio policy and increase CAR to generate the smallest lossespeer-reviewe
Optimal monetary and macroprudential policies under risk taking environment
The purpose of this study is to identify the existence of risk taking behavior in economic agents and optimal monetary and macro prudential policy options in Indonesia. Using the household and firm balance sheet data during the period 2002q1-2013q4, our approach found that risk taking behavior occurs both in households and firms in Indonesia.
We develop a model whose economic agents consist of households, firms, banks and central banks by treating the bank credit risk as an endogenous variable. The performance of the model suggests that the monetary shock response drives an increase in credit growth. The same pattern occurs in the shock of increasing asset prices and increasing world GDP.
Furthermore, this study model contributes to a deeper understanding of the prudential policy framework. In the even of risk taking, either shock by exogenous asset price or world economy shock, monetary policy alone nor macroprudential alone may not be optimal policy responses.peer-reviewe
Infection and Colorectal Neoplasm
Colorectal cancer is a major cause of cancer-related morbidity and mortality. Colorectal cancer is the third most common malignancy and the 4th most common cause of cancer mortality worldwide. A number of infectious agents are considered to be cancer risk factors due to the hypothesis-generating and supportive evidence accumulated to date. It has been estimated that one fifth of all cancer is caused by some infectious agent(s). Infections from certain bacteria, such as Helicobacter pylori (H. pylori), Streptococcus bovis (S. Bovis), viruses, such as human papillomavirus (HPV), human cytomegalovirus (HCMV), and parasites may increase the risk of colorectal cancer. More studies are needed to learn the association of infectious agents with the incidence of colorectal cancer.Keywords: colorectal cancer, infectious agents, malignancy, neoplasm
Aljabar Hipergraf Dan Aplikasinya
Dalam makalah ini telah dibangun pohon filogenetik untuk menentukan kedekatan
hubungan kekerabatan dari 16 organisme, dengan menggunakan pendekatan Aljabar hipergraf.
Langkah pertama adalah menggunakan hipergraf berarah untuk merepresentasikan siklus asam
sitrat sebagai jaringan metabolik kemudian menghitung jarak antara 2 jaringan metabolik
dengan menggunakan operasi‐operasi aljabar seperti dalam penelitian sebelumnya[8] sehingga
diperoleh matrik jarak. Selanjutnya program Matlab R2007b digunakan untuk membangun
pohon filogenetik dengan Algoritma Neighbor Joining (Neighbor Joining Algorithm). Kemudian
telah dibangun pula pohon filogenetik pembanding yang diperoleh berdasarkan urutan
nukleotida gen 16S rRNA pada masing‐masing organisme yang sama. Dari penelitian ini diperoleh
bahwa, terdapat sepasang organisme pada kedua pohon filogenetik yang dihasilkan, yang
memiliki kekerabatan dekat berdasarkan urutan gen 16S rRNA tetapi memiliki kekerabatan yang
jauh berdasarkan jaringan metaboliknya ataupun sebaliknya.
Kata kunci: Filogenetik, aljabar hipergraf, jaringan metabolic, algoritma neighbor joining, siklus
asam sitrat, urutan nukleotida, gen 16S rRNA
Banking Disintermediation and Its Implication for Monetary Policy: The Case of Indonesia
Paper ini berupaya menganalisa implikasi perilaku bank dalam menentukan portofolio terhadap tingkat efektivitas kebijakan moneter. Dengan kerangka analisa comparative static, paper ini mengetengahkan model industri perbankan yang bersifat monopolis dimana pemilik bank memaksimalkan profit dengan kendala tertentu baik yang berasal dari kesanggupan modal maupun kendala akibat regulasi.
Kalibrasi model pada kondisi optimal, mengindikasikan bahwa penurunan fungsi disintermediasi bank yang didominasi oleh faktor asymmetric information, akan berakibat pada menurunnya efektifitas kebijakan moneter.
Kesimpulan ini berimplikasi pada (i) perlunya Biro Kredit dan rating agencies untuk menyempurnakan informasi, (ii) perlunya investasi yang lebih besar oleh perbankan atas kapasitas riset dan sistem monitoring, (iii) perlunya mempertimbangkan skema garansi kredit, (iv) perlunya koordinasi yang lebih baik antara kebijakan mikro dan makro demi kestabilan makro yang akan meningkatkan keyakinan publik dan terakhir, (v) perlunya mempromosikan perkembangan lembaga keuangan non-bank, untuk mengurangi ketergantungan pembiayaan atas lembaga perbankan.
JEL: E52, E58, G21
Keyword: Disintermediation, monetary policy, banking sector, interest rate