16 research outputs found

    SINDROM RUANG KETIGA

    Get PDF
    Sindrom ruang ketiga adalah saat cairan tubuh tidak terkumpul di dalam salah satu kompartemen tubuh (intrasel dan ekstrasel) dan akan berpindah ke dalam suatu ruangan tubuh (pleura, peritoneum, dan pericardial). Bila cairan berada di dalam sel, tubuh bisa menggunakannya untuk reaksi kimia. Bila cairan berada di kompartemen interstisial dan intravaskuler, tubuh dapat menggunakannya untuk pelumasan, reaksi kimia, dan bahan kimia bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Cairan di ruang ketiga berada di luar sistem peredaran darah dan tidak bisa digunakan oleh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan masalah serius seperti edema, penurunan curah jantung, dan hipotensi. Artikel ini ditulis agar dapat memberikan metode pengobatan untuk kondisi sindrom ruang ketiga, termasuk mengidentifikasi faktor yang merugikan, termasuk kondisi yang menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, kemampuan menghasilkan ruang ketiga. Juga termasuk mendiagnosis pasien dengan sindrom ruang ketiga, yang dapat mencakup ruang sepertiga dari cairan, material, atau keduanya. Pengobatan pasien tergantung pada penyebab, fase, dan faktor-faktor yang terliba

    HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA DAN RUMAH SAKIT Tk IV IM.07.01 LHOKSEUMAWE TAHUN 2015

    Get PDF
    Berat badan adalah indikator kesehatan bayi baru  lahir. Berat badan lahir bayi dipengaruhi oleh status gizi ibu. Status gizi ibu hamil dapat diketahui melalui pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat badan lahir bayi di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara dan Rumah Sakit Tk IV IM.07.01 Lhokseumawe  tahun  2015.  Penelitian  ini  merupakan  penelitian  analitik  denganrancangan  cross  sectional,  pengambilan  sampel  dilakukan  secara  consecutive sampling. Jumlah sampel sebanyak 85 responden yaitu ibu hamil yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara dan Rumah Sakit Tk IV IM.07.01  Lhokseumawe.  Data  penelitian diambil  dari  data primer yaitu data demografi  ibu hamil, pengukuran  LILA ibu hamil dan berat badan lahir bayi. Analisis data menggunakan uji Chi-square dan convidence interval (95%) dengan derajat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki ukuran LILA normal sebanyak 78 orang (91,8%) dan 7 orang (8,2%) ibu yang memiliki LILA <23,5 cm atau berisiko KEK. Sebagian besar berat badan lahir bayi adalah kategori berat lahir normal sebanyak 74 bayi (87,1%). Kategori bayi berat lahir rendah (BBLR) sebanyak 8 bayi (9,4%). Ada hubungan antara lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat badan lahir bayi (nilai signifikansi p = 0,006)

    SOMATOTIPE DAN FISIOLOGI PEMAIN SEPAK BOLA

    Get PDF
    Antropometrik bermanfaat untuk memprediksi tipe-tipe tubuh yang sesuai dengan cabang olahraga yang dapat menunjang tercapainya prestasi yang maksimal. Setiap cabang olahraga mempunyai karakteristik yang berbeda, di mana untuk setiap masing-masing cabang olahraga memerlukan adanya kesesuaian tipe tubuh. Tipe tubuh yang cocok dengan cabang olahraga tertentu sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi seorang atlet. Olahraga sepak bola didominasi oleh atlet dengan somatotipe mesomorphy dan mesomesomorphy. Pada atlet sepakbola yang sering menggunakan kemahiran tungkai dan kaki, maka struktur dan perkembangan fungsional organ tersebut akan lebih menonjol dibandingkan pada olahraga yang lain. Ada perbedaan dalam besar dan lemak badan antar pemain di posisi yang berbeda. penjaga gawang dan pemain belakang adalah pemain yang memiliki kekuatan lebih baik. Penjaga gawang memiliki waktu reaksi yang cepat dan biasanya lebih tinggi badannya dibanding rata-rata pemain lain. Seorang gelandang mengeluarkan energi lebih banyak dibanding posisi lainnya. Kelelahan paling dirasakan oleh center back (pemain belakang tengah) dan striker (penyerang) dibanding dengan gelandang, yang cenderung memiliki nilai VO2 maksimum lebih tinggi

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Mahasiswa yang Melakukan Praktikum Anatomi di Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

    Get PDF
    Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan untuk melindungi sebagian atau seluruh bagian tubuh dari adanya potensi bahaya baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan penggunaan APD pada mahasiswa yang melakukan praktikum anatomi di Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh. Penelitian ini merupakan penelitian analitik melalui pendekatan cross sectional. Analisis statistik menggunakan uji chi square. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dengan jumlah 83 mahasiswa yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil analisis univariat didapatkan pengetahuan kurang 62,7%, sikap positif 51,8%, penggunaan APD tidak lengkap 78,3%. Hasil uji chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan penggunaan APD dengan nilai p value 0,210 dan terdapat hubungan sikap dengan penggunaan APD dengan nilai p value 0,013. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan penggunaan APD dan terdapat hubungan sikap dengan penggunaan APD.Kata kunci: alat pelindung diri; pengetahuan; sika

    PENGARUH PEMBERIAN XANTHONE TERHADAP GAMBARAN SEL EPITEL TUBULUS GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA (CCl4) Penelitian Eksperimental Laboratorik

    Get PDF
    Background: Carbon tetrachloride is a chemical substance that colourless, volatile liquid, sweet odor and toxic to the kidney. The metabolism of CCl4 produce free radical CCl3- that can damage renal tubular epithelium cells. Mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) contains xanthone acts as antioxidant which was able to inhibit free radicals. Objective : The purpose of this research was to know the effect of xanthone on the level of necrotic tubular epithelium cells on adult male white rats kidney induced by carbon tetrachloride. Methods : This research was experimental study and the design was post test only with control group design, 25 male white rats was devided into five groups. Group 1 was control group, group 2 induced by CCl4 in olive oil 1 ml/kgBW subcutan, group 3 induced by CCl4 1 ml/kgBW subcutan and xanthone 35 mg/kgBW/day oral dose for 21 days, group 4 induced by CCl4 1 ml/kgBW subcutan and xanthone 70 mg/kgBW/day oral dose for 21 days, and group 5 induced by CCl4 1 ml/kgBW subcutan and xanthone 140 mg/kgBW/day oral dose for 21 days. The rats were terminated at 22th day and then the microscopic pattern of white rats’s kidneys were examined. Data were analyzed by Anova and LSD (Least Significant Different). Results : Decriptive analysis of data: the average score of percentage of kidney tubular epithelium cells in each groups, group 1 (1,25±0,68), group 2 (73,28±12,97), group 3 (49,35±16,90), group 4 (35,76±12,75), and group 5 (41,28±8,02). The results obtained by Anova test p<0,05, it means there is a difference in at least two groups. The results obtained by LSD test at K1-K2 (p<0.001), K1-K3 (p<0.001), K1-K4 (p<0.001), K1-K5 (p<0.001), K2-K3 (p=0.007), K2-K4 (p<0.001), K2-K5 (p=0.001), K3-K4 (p=0.062), K3-K5 (p=0.307), dan K4-K5 (p=0.364), it means there is a significant difference in control group and treatment group, there is a significant difference in the group which only induced by CCl4 and the group which induced by CCl4 + xanthone, and there isn’t a significant difference in the group which induced by CCl4 + xanthone with a variations doses. Conclusions : This study can be concluded that there was the xanthone had significant effect on decreasing necrotic tubular epithelium cells of male white rats kidney induced by CCl4

    Uji Daya Analgetik Infusa Daun Kelor (Moringae Folium) Pada Mencit (Mus Musculus) Betina

    Full text link
    Obat analgetik merupakan obat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Pilihan obat untuk terapi analgetik ada 2 macam, yaitu dapat berasal dari obat tradisional dan obat sintetik. Obat tradisional yang dapat digunakan untuk terapi analgetik adalah daun kelor (Moringae folium), sedangkan obat sintetik yang digunakan dalam terapi analgetik dan merupakan turunan lini pertama bagi pengobatan nyeri adalah parasetamol. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan the post test only control group design. Penelitian menggunakan bahan yang ingin diuji yaitu daun kelor dan tablet parasetamol produksi indofarma sebagai pembanding. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah mencit jenis balb/c sebanyak 15 ekor yang terbagi dalam tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok I untuk kontrol negatif yang diberikan tragakan 0,5% dan aquadest, kelompok II untuk kelompok uji diberikan infusa daun kelor 50% dengan dosis 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB, serta untuk kelompok III sebagai kontrol positif diberikan suspensi parasetamol 500 mg. Hasil penelitian memperlihatkan persentase rata-rata daya analgetik infusa daun kelor 50% dengan dosis 400 mg/kgBB adalah 83,03%, sedangkan mencit yang diberikan infusa daun kelor 50% dengan dosis 800 mg/kgBB adalah 38,96%, serta pembanding tablet parasetamol adalah 87,46%. Infusa daun kelor 50% dengan dosis 400 mg/kgBB memiliki daya analgetik yang lebih besar dibanding dengan infusa daun kelor 50% dengan dosis 800 mg/kgBB.Kata kunci: Analgetik, Daun kelor (Moringae folium), Mencit (Mus musculus), Nyeri PENDAHULUANNyeri bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu tanda adanya gangguan di jaringan seperti peradangan, infeksi jasad renik atau kejang otot. Obat penghilang rasa nyeri dikenal dengan sebutan analgetik. Pilihan obat untuk terapi analgetik dapat berasal dari obat tradisional atau dengan obat sintetik.Obat sintetik adalah obat buatan dari komponen yang diproses secara kimiawi terdiri dari senyawa yang memberi efek lebih cepat dibandingkan dengan obat herbal, namun jika dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan efek samping berupa gangguan lambung, gangguan usus, kerusakan darah, kerusakan hati, kerusakan ginjal dan juga reaksi alergi pada kulit. Analgetik sintetik yang biasa digunakan di antaranya adalah golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino fenol seperti parasetamol dan golongan lainnya seperti ibu profen dan asam mefenamat. Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, dan malgia. Parasetamol sendiri mempunyai efek hepatotoksik

    UJI DAYA ANALGETIK INFUSA DAUN KELOR (Moringae folium) PADA MENCIT (Mus musculus) BETINA

    Get PDF
    ABSTRAKObat analgetik merupakan obat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Pilihan obat untuk terapi analgetik ada 2 macam, yaitu dapat berasal dari obat tradisional dan obat sintetik. Obat tradisional yang dapat digunakan untuk terapi analgetik adalah daun kelor (Moringae folium), sedangkan obat sintetik yang digunakan dalam terapi analgetik dan merupakan turunan lini pertama bagi pengobatan nyeri adalah parasetamol. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan the post test only control group design. Penelitian menggunakan bahan yang ingin diuji yaitu daun kelor dan tablet parasetamol produksi indofarma sebagai pembanding. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah mencit jenis balb/c sebanyak 15 ekor yang terbagi dalam  tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok I untuk kontrol negatif yang diberikan tragakan 0,5% dan aquadest, kelompok II untuk kelompok uji diberikan infusa daun kelor 50% dengan dosis 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB, serta untuk kelompok III sebagai kontrol positif diberikan suspensi parasetamol 500 mg. Hasil penelitian memperlihatkan persentase rata-rata daya analgetik infusa daun kelor 50% dengan dosis 400 mg/kgBB adalah 83,03%, sedangkan mencit yang diberikan infusa daun kelor 50% dengan dosis 800 mg/kgBB adalah 38,96%, serta pembanding tablet parasetamol adalah 87,46%. Infusa daun kelor 50% dengan dosis 400 mg/kgBB memiliki daya analgetik yang lebih besar dibanding dengan infusa daun kelor  50% dengan dosis 800 mg/kgBB.Kata kunci: Analgetik, Daun kelor (Moringae folium), Mencit (Mus musculus), Nyeri PENDAHULUANNyeri bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu tanda adanya gangguan di jaringan seperti peradangan, infeksi jasad renik atau kejang otot. Obat penghilang rasa nyeri dikenal dengan sebutan analgetik. Pilihan obat untuk terapi analgetik dapat berasal dari obat tradisional atau dengan obat sintetik.Obat sintetik adalah obat buatan dari komponen yang diproses secara kimiawi terdiri dari senyawa yang memberi efek lebih cepat dibandingkan dengan obat herbal, namun jika dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan efek samping berupa gangguan lambung, gangguan usus, kerusakan darah, kerusakan hati, kerusakan ginjal dan juga reaksi alergi pada kulit. Analgetik sintetik yang biasa digunakan di antaranya adalah golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino fenol seperti parasetamol dan golongan lainnya seperti ibu profen dan asam mefenamat. Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, dan malgia. Parasetamol sendiri mempunyai efek hepatotoksik

    HUBUNGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DENGAN PENGGUNAAN ALAS KAKI PADA SISWA SDN 20 BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2016

    Get PDF
    ABSTRAKPenyakit akibat infeksi cacing menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia, terutama pada anak sekolah dasar. Infeksi cacing ini ditularkan melalui tanah atau disebut juga penyakit infeksi Soil Transmitted Helminths (STH). Infeksi ini menyebabkan malnutrisi, anemia, retardasi intelektual dan gangguan pertumbuhan. Penyakit cacing merupakan penyakit berbasis lingkungan, dan personal hygiene seperti penggunaan alas kaki merupakan faktor utama yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi cacing usus atau Soil Transmitted Helminths (STH) dengan penggunaan alas kaki (personal hygiene) pada siswa SDN 20 Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Jenis penelitian ini berupa penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dengan metode purposive sampling diikuti dengan metode proportional random sampling. Jumlah sampel sebanyak 75 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data menggunakan uji Fisher’s Exact. Nilai p&lt;0,05 dianggap berhubungan secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi STH positif (86,7%) dan negatif (13,3%). Personal hygiene berupa penggunaan alas kaki tidak baik (29,3%). Terdapat hubungan antara infeksi STH dengan penggunaan alas kaki (p=0,029). Kata kunci: infeksi STH, personal hygiene, penggunaan alas kaki
    corecore