23 research outputs found
Literasi Visual sebagai Pendekatan dalam Pembelajaran Fotografi
Visual Literacy As an Approach To Learning Photography. This article is an overview of the current photographic phenomena. Visual literacy as an approach becomes an offer in the development of photography learning science. As a of discipline, photography has the complexity of learning, just like other scientific disciplines. In photography learning, visual literacy is a significant capital. Visual literacy can be understood as a person's ability to respond to phenomena. It's not just the ability to switch media (design); from the oral to the visual, from the textual to the visual, from the audio to the visiual or from the visual to the other visual forms, and the ability to conduct studies of existing visual works. In photography, it is necessary not only to be processed artistically but also processed that has critical considerations, both from ethics, aesthetics, and perspective, to a phenomeno
Tubuh-Tubuh dalam Perayaan Analisis Wacana kritis foto Pertandingan Sepak Bola Tim Nasional Indonesia Pada Piala AFF U-22 2019 di Media Sosial Instagram
This research discusses how photography is not only used as a conveyor of messages and ideas, but the visual aspects of photography are empowered in a variety of interests, from social issues, politics to advertisement needs. On 26 February 2019, the Indonesian national team U22 competed in the final against the Thailand U-22 AFF championship. Many photos have appeared on Instagram social media. Through the AFF U22 trophy fence mark (#pialaaffu22) the researcher tried to trace and categorize the appearance of photographs on that date. In data collection, there were 504 uploads with photo material, and 134 uploads in the form of videos. After going through the process of data reduction, bodies in celebration of the AFF trophy became a visual attraction. The body of the players is like an interaction space in the middle of the playing field. Through the medium of photography, the frozen body is able to build discourse. Through the critical discourse analysis method of Norman Faiclough's model, this study seeks to dissect photographic phenomena and how virtual societies produce, consume and even construct photographic realities of the bodies of soccer players
Soeka Doeka di Djawa Tempo Doeloe
Kunjungannya ke Indonesia pada 1998 memberikan kesan tersendiri bagi Oli âpanggilan akrab-, Oliver Johannsen Raap lengkapnya. Jawa memberikan daya tarik baginya. Ia bukan saja seorang pecinta sejarah, namun juga kolektor yang telaten. Ia mengumpulkan ribuan benda kuno yang berkaitan dengan Indonesia masa lampau, baik buku, dokumen, benda seni, maupun kartu pos. Pada April 2013 ia menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Pekerja di Djawa Tempo Doeloe, dan tujuh bulan setelahnya terbit buku kedua: Soeka Doeka di Djawa Tempo Doeloe. Dua buku ini berisikan kartu pos yang dengan telaten ia kategorikan dengan disertai narasi yang menarik.       Industri yang berkaitan dengan fotografi âsalah satunya kartu pos- menjadi barang âmahalâ pada waktu itu. Fotografer dengan studio fotonya bukan semata pertanda masuknya modernitas, namun juga mengindikasikan lahirnya ukuran-ukuran baru dalam hal relasi kuasa dan strata sosial. Dengan âmata baratnyaâ, fotografer memiliki kuasa untuk menentukan sekaligus mengkonstruksi masyarakat yang hendak dimodelkan. Mereka diarahkan sedemikian rupa sesuai pesanan (pasar).Kunjungannya ke Indonesia pada 1998 memberikan kesan tersendiri bagi Oli âpanggilan akrab-, Oliver Johannsen Raap lengkapnya. Jawa memberikan daya tarik baginya. Ia bukan saja seorang pecinta sejarah, namun juga kolektor yang telaten. Ia mengumpulkan ribuan benda kuno yang berkaitan dengan Indonesia masa lampau, baik buku, dokumen, benda seni, maupun kartu pos. Pada April 2013 ia menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Pekerja di Djawa Tempo Doeloe, dan tujuh bulan setelahnya terbit buku kedua: Soeka Doeka di Djawa Tempo Doeloe. Dua buku ini berisikan kartu pos yang dengan telaten ia kategorikan dengan disertai narasi yang menarik.       Industri yang berkaitan dengan fotografi âsalah satunya kartu pos- menjadi barang âmahalâ pada waktu itu. Fotografer dengan studio fotonya bukan semata pertanda masuknya modernitas, namun juga mengindikasikan lahirnya ukuran-ukuran baru dalam hal relasi kuasa dan strata sosial. Dengan âmata baratnyaâ, fotografer memiliki kuasa untuk menentukan sekaligus mengkonstruksi masyarakat yang hendak dimodelkan. Mereka diarahkan sedemikian rupa sesuai pesanan (pasar)
Memperbincangkan Dialog Fotografi dan Sastra dalam 13 Keping
Ketika budaya dan media mulai ramai diperbincangkan âdidiskusikan- sejak beberapa dekade lalu, fotografi tak mau ketinggalan. Sebagai bagian dari budaya (visual), fotografi mulai menarik perhatian. Contoh paling gamblang adalah foto pada sampul majalah Paris Match yang diulas oleh Barthes. Kita sama-sama meyakini bahwa foto bukanlah sesuatu yang netral dan alamiah, ia politis. Fotografi bukan saja menarik untuk diperbincangkan dalam ranah fotografi itu sendiri, namun fotografi juga membuka peluang untuk dipertautkan dan diperbincangkan melalui disiplin-disiplin keilmuan yang lain
Fotografi Ruang Siber dan Layar Panoptik Analisis Foto dalam Media Sosial Instagram
This paper discusses a photography phenomenon materialized in a social media, the Instagram. Within a social media, like Instagram, photography is used to establish a power relation and is the representation of the user. Photography is no longer a media for documentation; recently it is a display of a symbol of modern life style. Media social users set up their identity as they wish. In this political space (a space full of interests), each user seeks to strategize power, to oversee and discipline one another. To scrutinize this matter Michel Foucaultâs panopticon concept is employed. This study aims at explaining the phenomenon of the Amaryllis garden destruction happened in Patuk District, Gunungkidul Regency, Yogyakarta Special Region Province. The features provided by Instagram to respond the posted photograph such as âlikeâ, âcommentâ, âshareâ, and hashtag (#) are unconsciously used by the users to play the overseer role. The panoptic tower functions and is strategized to keep watch and discipline other users
Representasi Visual dan Memori Kolektif dalam Foto Karya Hasan Sakri Ghozali
Materi visual dalam fotografi tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan, namun materi visual dalam foto mampu membangun daya sosial. Selain itu, kuasa visual dalam fotografi tidak sekadar membekukan realitas, namun juga mampu menghidupkan realitas, baik secara sinkronik maupun diakronik. Visualitas dalam fotografi menjadi sangat kompleks, terutama jika dikaitkan dengan fakta peristiwa dan aspek sosial. Karya Foto Jogja Dulu dan Sekarang dalam Satu Frame karya Hasan Sakri Ghozali, yang dipublikasikan melalui tribunjogja.com memuat materi visual ruang kota, Ia menyandingkan foto pada masa lampau dan dikomparasikan dengan kondisi saat ini. Foto-foto tersebut dikomposisikan dalam satu frame. Hal demikian dapat dikatakan sebagai bentuk âkolase komunikasi visualâ. Tiga aspek yang ditawarkan oleh Gillian Rose pada Site of Image itself memberikan gambaran bagaimana modal teknologi membangun efek visual yang mampu membangun daya pukau dan merepresentasikan suasana ruang dalam fotografi, sedang dalam tataran komposisi dua buah foto dari masa yang jauh berbeda dihadirkan dalam satu frame membangun interpretasi terkait waktu fotografis. Pada sisi makna, secara sosial kota bukan sekadar ruang interaksi, namun kota menjadi ruang memori sekaligus ruang dimana sisi historis menjadi salah satu faktor bagi keberdayaan sebuah foto
Representasi Visual dan Memori Kolektif dalam Foto Karya Hasan Sakri Ghozali
Materi visual dalam fotografi tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan, namun materi visual dalam foto mampu membangun daya sosial. Selain itu, kuasa visual dalam fotografi tidak sekadar membekukan realitas, namun juga mampu menghidupkan realitas, baik secara sinkronik maupun diakronik. Visualitas dalam fotografi menjadi sangat kompleks, terutama jika dikaitkan dengan fakta peristiwa dan aspek sosial. Karya Foto Jogja Dulu dan Sekarang dalam Satu Frame karya Hasan Sakri Ghozali, yang dipublikasikan melalui tribunjogja.com memuat materi visual ruang kota, Ia menyandingkan foto pada masa lampau dan dikomparasikan dengan kondisi saat ini. Foto-foto tersebut dikomposisikan dalam satu frame. Hal demikian dapat dikatakan sebagai bentuk âkolase komunikasi visualâ. Tiga aspek yang ditawarkan oleh Gillian Rose pada Site of Image itself memberikan gambaran bagaimana modal teknologi membangun efek visual yang mampu membangun daya pukau dan merepresentasikan suasana ruang dalam fotografi, sedang dalam tataran komposisi dua buah foto dari masa yang jauh berbeda dihadirkan dalam satu frame membangun interpretasi terkait waktu fotografis. Pada sisi makna, secara sosial kota bukan sekadar ruang interaksi, namun kota menjadi ruang memori sekaligus ruang dimana sisi historis menjadi salah satu faktor bagi keberdayaan sebuah foto
Representasi Visual dan Memori Kolektif dalam Foto Karya Hasan Sakri Ghozali
Materi visual dalam fotografi tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan, namun materi visual dalam foto mampu membangun daya sosial. Selain itu, kuasa visual dalam fotografi tidak sekadar membekukan realitas, namun juga mampu menghidupkan realitas, baik secara sinkronik maupun diakronik. Visualitas dalam fotografi menjadi sangat kompleks, terutama jika dikaitkan dengan fakta peristiwa dan aspek sosial. Karya Foto Jogja Dulu dan Sekarang dalam Satu Frame karya Hasan Sakri Ghozali, yang dipublikasikan melalui tribunjogja.com memuat materi visual ruang kota, Ia menyandingkan foto pada masa lampau dan dikomparasikan dengan kondisi saat ini. Foto-foto tersebut dikomposisikan dalam satu frame. Hal demikian dapat dikatakan sebagai bentuk âkolase komunikasi visualâ. Tiga aspek yang ditawarkan oleh Gillian Rose pada Site of Image itself memberikan gambaran bagaimana modal teknologi membangun efek visual yang mampu membangun daya pukau dan merepresentasikan suasana ruang dalam fotografi, sedang dalam tataran komposisi dua buah foto dari masa yang jauh berbeda dihadirkan dalam satu frame membangun interpretasi terkait waktu fotografis. Pada sisi makna, secara sosial kota bukan sekadar ruang interaksi, namun kota menjadi ruang memori sekaligus ruang dimana sisi historis menjadi salah satu faktor bagi keberdayaan sebuah foto
Konstruksi Foto Pertandingan Sepak Bola Tim Nasional Indonesia Pada Piala AFF U-22 2019 di Media Sosial Instagram
Penelitian ini membahas bagaimana fotografi bukan saja digunakan sebagai penyampai pesan dan gagasan, namun aspek visual dalam fotografi banyak diberdayakan dalam ragam kepentingan, dari isu-isu sosial, politik, budaya, hingga kebutuhan reklame. Pada tanggal 26 Februari 2019, tim nasional Indonesia U22 berlaga di partai final kejuaran AFF melawan Thailand U22. Banyak foto-foto yang bermunculan di media sosial Instagram. Melalui tanda pagar piala AFF U22 (#pialaaffu22) peneliti mencoba menelusuri dan melakukan kategorisasi terhadap kemunculan foto-foto pada tanggal tersebut. Dalam pengumpulan data, didapatkan sebanyak 504 unggahan dengan material foto, dan 134 unggahan berupa video. Setelah melalui proses reduksi data, materi visual mengarah pada tiga hal, yakni Modifikasi Foto Marinus Manewar, Foto yang diberdayakan menjadi material iklan, dan menyoal tubuh dalam pertandingan. Melalui metode analisis wacana kritis model Norman Faiclough, penelitian ini berusaha membedah fenomena fotografis dan bagaimana masyarakat virtual memproduksi, mengonsumsi dan bahkan melakukan konstruksi realitas fotografi
Eksplorasi Jukstaposisi Visual dalam Novel Grafis âThe Photographerâ
The Exploration of Visual Juxtaposition in a Graphic Novel titled âThe Photographerâ. Comic as a story book full of drawings is now popular under the name of graphic novel, which in its development begins to vary. A graphic novel titled âThe Photographer: Into War-Torn Afghanistan with Doctors without Bordersâ presents two types of pictorial texts, which are drawings in comic styles and photographic works. The study of this graphic novel aims to explore the visual juxtaposition of the comics and photographs by establishing the graphic novel as the narrative medium in delivering the message and context as well as how they intertwine with each other since there are two types of pictorial texts. The development of technology in photography has made it possible to actuate photography juxtaposed with other visual media which have come to popularity in advance, to blend, and to combine a unique and specific narrative combination. The method employed in this research is a qualitative method that believes in a holistic reality as a result of a construction of comprehension of case by case since the characteristic of each case is different one to another. Besides that, the multimodal discourse is also employed as an approach proportionally to evaluate the effectiveness of the message and the contextual meaning of its visual juxtaposition. Therefore, the result is expected to bridge over the understanding of various visual texts given sequentially by using the approach of multimodal discourse as the instrument for an effective communication in enhancing the visual literacy.  ABSTRAKKomik sebagai sebuah buku cerita bergambar yang kini lebih dikenal dengan istilah  novel grafis, makin hari makin berkembang keragamannya. Dalam sebuah novel grafis yang berjudul The Photographer: Into War-Torn Afghanistan with Doctors without Borders disajikan dua jenis teks piktorial, yaitu dalam gambar komik dan karya foto. Pengkajian novel grafis ini akan mencoba mengeksplorasi jukstaposisi visual yang berupa gambar komik dan hasil karya fotografi dengan menempatkan novel grafis sebagai media naratif dalam menyampaikan pesan dan makna serta menilik saling keterkaitannya satu sama lain dengan munculnya dua ragam jenis teks piktorial. Perkembangan teknologi dalam dunia fotografi membuat fotografi mampu menyandingkan diri dengan media visual lain yang lebih dahulu populer, melebur dengan saksama, dan menciptakan kombinasi naratif yang unik dan spesifik. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan prinsip bahwa suatu realitas yang bersifat menyeluruh adalah sebagai hasil konstruksi dari pemahaman terhadap kasus per kasus karena sifat suatu masalah yang satu berbeda dari yang lain. Selain itu, pendekatan kajian dengan multimodal discourse juga akan diaplikasikan untuk meninjau efektivitas pesan dan pemaknaan jukstaposisi visualnya. Dengan demikian, hasil analisis diharapkan akan membantu menjembatani pemahaman teks visual yang hadir secara beragam secara sekuensial dengan pendekatan wacana multimodal sebagai upaya komunikasi yang efektif dalam meningkatkan literasi visual.Â