161 research outputs found

    Pemanfaatan energi pada domba Garut yang mendapat pakan ampas tahu sebagai pengganti konsentrat

    Get PDF
    ABSTRAK Dua belas ekor domba Garut umur satu tahun, dengan bobot badan 33,5±1,6 kg (CV= 4,78%) digunakan untuk mengetahui pemanfaatan energi pakan yang disubstitusi dengan ampas tahu. Domba tersebut dibagi menjadi tiga keiompok, masing masing terdiri dari empat domba. Domha kelompok pertama mendapat pakan mengandung 50% konsentrat jadi tanpa ampas tahu (TCO), kelompok kedua mengandung 40% konsentrat dan 10% ampas tahu (TCI 0) dan keiompok ketiga mengandung 30% konsentrat dan 20% ampas tahu (TC20). Semua perlakuan diberikan rumput gajah ad libitum. Pakan perlakuan diperhitungkan memenuhi kebutuhan bahan kering sebesar 4% bobot badan. Kesetimbangan energi diukur dengan melakukan total ko!eksi selama 7 hari setelah men)elesaikan masa adaptasi pakan selama 2 minggu. P~rtambahan bobot badan harian (PBBH) juga diukur setelah domba dipelihara selama J2 minggu. Data yang dipl:roleh kemudian diuji dengan F-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi energi total (gross energy intake; GEl) dari TCO, TC I 0 dan TC20 cenderung meningkat dengan peningkatan ampas tahu dalam pakan, yakni masing masing 19,4; 20,8 dan 22,9 MJlhari. Akan tetapi, keluaran energy melalui feses (fecal energy; FE), urin (urinary energy; UE) dan gas methan (CH4 energy; CH4E) cenderung menurun dengan peningkatan ampas tahu. Nilai FE pada TCO, TC 1°dan TC20 masing masing adalah 35,9, 30,2, dan 26,6%GEI, nilai UE dari pakan perlakuan tersebut adalah 1,85, 1,16, 1,45%GEI, sedangkan nilai CH4E masing masing adalah 11,4, 10,2, dan 8,3%GEL Energi termetabolis (Metabolisablt~ energy; ME) cenderung meningkat dengan peningkatan ampas tahu, yakni 10,0, 12,2, dan 14,6 MJ/hari yang setara dengan 50,9, 58,5, dan 63,6%GEI untuk masing masing TCO, TC 1° dan TC20. Tren nilai ME tersebut selaras dengan PBBH yang diperoleh, yakni sebesar 57, 76, dan 110 glhari, masing masing untuk TCO, TCIO dan TC20. Hasil tersebut diatas, secara statistik tidak berbeda nyata (P>O.05). Dan hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa ampas tahu berpotensi dapat maningkatkan pemanfaatan energi dengan menurunka energi yang hilang, baik melalui feses, urin maupun methan, dan oleh karenanya meningkatkan energi termetabolis dan produktivitas (PBBH). Kata.kunci: domba garut, pemanfaatan energi, ampas tahu, kesetimbangan energi ABSTRACT Twelve Garut rams aged one year and weighed 33.5±1.6 kg (CV= 4,78%) were used to study er,ergy utilisation of tofu cake as substitution of concentrate. The sheep were divided into three groups of four sheep. The first group was given a diet consisting of 50% commercial concentrate without tofu cake (TCO group), the second group was given a diet consisting 40% commercial concentrate and 10% tofu cake (TC I 0 group), and the third group was 30% commer:;ial concentrate and 20% tofu cake (TC20). All these treatments were allowed Napier grass ad libitum. The diets were arranged to allow the sheep to have dry matter intake at 4.0% LW. The balance trial was conducted by total collections of feces and urine that was carried out in 7 days following a 2-week feed adaptation period. Daily Iiveweight gain (L WG) was also measured after the sheep being raised for 12 weeks. The data were analysed with F-test. The results showed that gross energy intake (GEl) tended to increase with increasing tofu cake in the diet, being 19.4; 20.8 and 22.9 MJ/d in TCO, TC1 0 and TC20, respectively. On the other hand, the energy loss through feces (FE), urine (UE) and methane (CH4E) tended to decrease with increasing tofu cake in the ration. The FE in TCO, TC 1 0 and TC20 were 35.9, 30.3, 26.6%GE1, DE of these treatments were 1.85, 1.16, 1.45%GE1, while CH4E were 11.4, 10.2, 8.3%GE1, respectively. Metabolisable energy (ME) tended to increase with tofu cake substitution, being 10.0, 12.2, 14.6 MJ/d that equal to 50.9, 58.5, 63.6%GEl for TeO, TC I 0 and TC20, respectively. The trend of those ME were positively linear with daily LWG, being 57, 76, and 1~O gld, for TeO, TelO and TC20, respectively; although these data were statistically not significantly different (p>0.05). From lhis study, it can be concluded that tofu cake could increase energy utilisation and reduce the loss of energy from feces, urine and methane, and therefore increased metabolisable energy and productivity (L WG). Key words: Garut sheep. energy utilisation, tofu cake, balanc

    The Effects of Different Energy and Protein Ratio to Goat’s Nutrient Intake and Digestibility

    No full text
    The objective of this research was to study the effects of different energy and protein ratio towards goat’s nutrient intake and digestibility. Twenty four male goats, 6 – 7 months old with initial average live weight 13+1.56 kg, coefficient variant11.78%) were used in this research. The complete feed ration which consisted of King Grass (Pennisetum purpureum), soybean powder, rice bran, dried cassava and molasses was used in this research. Protein content on each component was 10, 12 and 14% and total digestible nutrients (TDN) 60 and 65%, respectively. Dry matter (DM) and organic matter (OM) intake, DM and OM digestibility were studied in this research. Analysis of variance (ANOVA) was employed to analyze the data. Test of Small Difference (P0.05) among crude protein and TDN treatments. Different energy and protein ration treatments caused different DM and OM intake but were not cause different in DM and OM digestibility. Based on the research results, a study on the effects of different ration’s energy and protein ratio towards N efficiency should be conducted in order to increase cattle productivity

    Study on single calibration of near infrared reflectance spectroscopy for lignin

    Get PDF
    The study of single calibration of near infrared reflectance srectroscory for lignin was done using 50 feed samples and its paired 50 fecal samrles from dairy cows. These samrles were collected from digestion trials. in which the in vivo digestibility values were deternlined, The dlgC-ostibillty of these feed samples were separated into two grours, namely Italian ryegruss only (n= 19) and combinution of Italian ryegrass and concentmte (n=31), The NIRS srectm or these samrles were recorded using I'aciflc Scientific (Neotec) model 6500 (Perstorp Analytical, Silver Srring, MD) instrument equirrl'Cl with lSI software (InfraSoft International, Port Matilda, PAl for analysIs, Three arproach methods for devcloring the single calibmtion were, (I) Lignin in feed and feces was detcn;1ined usmg lignin calibratIOn developed from Italian ryegrass (L1RG): (2) Lignin of ft.'Cd and feces was detennined lIsing lignin calibmtion developed ITom feces (LFEC): and (3) Lignin oC feed and feces were detemlined using the caiibmtion equation for lignin develorcd from Si.U11rles of fecdstufl's wld feces (LMIX). The resulb showed that lignin of feed and feces in il~ function for digestibility marker could be detennincd by single calibration developed from samrles consisting of Italian ryegm~s, concentrates and feces

    Monitoring blood urea nitrogen through near infrared spectra of urine in dairy cows

    Get PDF

    Total VFA, Konsentrasi NH3 dan Produksi Protein Mikroba Rumen pada Sapi Jawa yang Dipelihara dengan Proporsi Konsentrat yang Berbeda (Total of VFA, Concentration of Ruminal NH3 and Microbial Protein Production in Java Cattle Raised under Different Level of Concentrate)

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang, mulai bulan Juli 2010 sampai bulan November 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsentrasi VFA, NH3 dan produksi protein mikroba di dalam rumen akibat proporsi pemberian konsentrat yang berbeda. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor sapi Jawa jantan dengan bobot badan awal 271,72 ± 33,02 kg. Pakan yang diberikan dalam penelitian ini adalah jerami padi secara ad libitum dan konsentrat dengan proporsi 30%, 50% dan 70% yang terdiri dari ampas bir, dedak padi, bungkil kopra dan mineral. Jumlah bahan kering (BK) pakan yang diberikan sebanyak 2,6% dari bobot badan, sesuai dengan hasil uji kemampuan makan ternak pada tahap pendahuluan. Pengambilan data berupa sampel urin dilakukan dengan menggunakan harness dan cairan rumen dengan menggunakan pompa vacuum. Parameter yang diamati meliputi konsentrasi NH3 dan VFA rumen serta produksi protein mikroba rumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi pemberian konsentrat yang berbeda tidak menyebabkan perbedaan yang nyata (P>0,05) pada total VFA (rata-rata 39,02 mmol/dl; setara dengan 7.804 mg/dl), konsentrasi NH3 cairan rumen (rata-rata 14,44 mg/dl) dan produksi nitrogen mikroba (rata-rata 21,81 g/hari). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian pakan dengan proporsi pemberian konsentrat yang berbeda tidak mampu meningkatkan total VFA, konsentrasi NH3 dan produksi protein mikroba secara nyata pada sapi Jawa. Kata kunci : NH3, protein mikroba, protein pakan, Sapi Jawa, VFA

    PENGARUH SUBSTITUSI BY-PRODUCT INDUSTRI TAPIOKA PADA FESES SAPI PERAH SEBAGAI SUBSTRAT BIOGAS TERHADAP NILAI pH, PRODUKSI METAN DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi co-digesti onggok dengan feses sapi perah sebagai substrat pada digeter biogas terhadap nilai pH, produksi metan dan kecernaan bahan organik. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan yang nyata (p>0,05) antara perlakuan penggunaan onggok dan feses sapi perah sebagai substrat biogas (T1) dengan feses sapi perah tanpa substitusi dengan onggok (T0) terhadap nilai pH, produksi methan dan kecernaan bahan organik. Nilai pH pada perlakuan T1 sebesar 6,68 dan T0 sebesar 6,86. Produksi metan pada T1 sebesar 204,84 ml/g volatile solid (VS) dan pada T0 sebesar 184,88 ml/g VS. Kecernaan bahan organik pada T1 (29,44%) dan T0 (23,06%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah substitusi onggok sebesar 5% pada feses sapi perah sebagai substrat biogas dengan bahan baku feses sapi perah tidak memberikan perbedaan terhadap nilai pH, hasil produksi metan dan kecernaan bahan organik. Kata kunci : Biogas, Kecernaan bahan organik, Nilai pH, Onggok, Produksi meta

    Pengaruh Penggunaan Whey dan Feses Sapi Madura sebagai Substrat Biogas terhadap Produksi Metan, Kecernaan Bahan Organik dan pH Slurry

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penggunaan whey dalam substrat biogas terhadap rata-rata produksi metan, kecernaan bahan organik (KcBO) dan pH slurry. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan yaitu T dengan bahan isian feses sapi Madura dicairkan dengan air (FA) dan T 2 1 dengan bahan isian feses sapi Madura dicairkan dengan whey (FW) dengan perbandingan 1:1. Ulangan yang dilakukan berupa pengambilan data selama 2 kali hydraulic retention time. Analisis data menggunakan t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0,05) dari perlakuan penggunaan whey terhadap produksi metan. FW menunjukkan produksi metan yang lebih besar dibandingkan dengan FA (1465 vs 613 ml/l volume digester aktif), untuk KcBO antara FA dan FW (31,53% vs 37,45%) dan pH slurry antara FA dan FW (6,86 vs 6,88) menunjukan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05). Whey berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pencair feses sapi Madura pada pembuatan biogas untuk mengoptimalkan produksi metan. Kata kunci : Feses, whey, metan, KcBO, pH

    Pemanfaataan Limbah Padat Industri Tahu sebagai Co-Subtrat untuk Produksi Biogas

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan ampas tahu sebagai co-substrat dalam digesti secara anaerob terhadap kecernaan protein, konsentrasi VFA dan total amonia nitrogen. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua buah digester kontinyu dan data dikoleksi selama tiga kali hydraulic retention time (HRT), dimana satu kali HRT setara dengan 25 hari. Data yang diperoleh dibahas dengan metode independent sampel comparison dengan membandingkan variabel hasil pengamatan dari digester satu (tanpa ampas tahu) dan digester dua (penambahan 5% ampas tahu) yang keduanya diencerkan menggunakan air dengan perbandingan 1:1. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) dari perlakuan yang diterapkan terhadap kecernaan protein, konsentrasi VFA, dan konsentrasi total amonia nitrogen (TAN). Nilai kecernaan protein, konsentrasi VFA dan konsentrasi TAN dari digester 1 dan digester 2 secara berturut turut adalah 36,13% dan 25,71%; 25,39 ml/mol/l dan 11,21 ml/mol/l serta 1959 dan 1675 mg/l. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi VFA dan TAN yang stabil pada konsentrasi yang relatif rendah pada slurry dari digester 2 dipertengahan dan akhir penelitian mengindikasikan bahwa ampas tahu bisa digunakan sebagai co-subtrat pada feses sapi, namun demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi level ampas tahu yang terbaik untuk meningkatkan produksi biogas dari digester biogas berbasis feses sapi.Utilization of Waste from Tofu as Co-Substrate in Biogas ProductionAbstractThe aim of this research was to evaluate the effect of co-substrate of waste of tofu in anaerobic digestion on protein digestibility, VFA concentration, and total ammonia nitrogen. The experiment was performed in two continuously feeding digesters for three hydraulic retention times (HRT) which was a HRT equal to 25 d. The observed data was analysed using independent sample comparison. The treatments were digester 1 as no co-substrat and digester 2 as 5% solid waste from tofu addition which both of them then diluted with tap water at 1:1 ratio. The results of this study showed that there were significant effect (P<0.05) of treatments on protein digestibility, VFA concentration and total ammonia nitrogen. The protein digestibility, VFA concentration and TAN concentration of digester 1 and digester 2 were 36.13 and 25.71%; 25.39 and 11.21 ml/mol/L; 1959 and 1675 mg/L, respectively. As conclusion, a stabil at low concentration of VFA and TAN in the middle and in the end experiment might be used to indicate that waste from tofu is suitable substrate for co-digestion with cow feses, however a further experiment is needed to obtain optimum level of tofu cake to enhance biogas production of digester biogas base on cow feses.••

    KOMPOSISI TUBUH DOMBA EKOR TIPIS LEPAS SAPIH YANG DIBERI PAKAN DENGAN IMBANGAN PROTEIN DAN ENERGI BERBEDA

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui perubahan dan persentase komponen tubuh meliputi air, protein dan lemak tubuh domba akibat imbangan protein dan energi berbeda, serta mengetahui berapa imbangan protein energi yang lebih efisien untuk diberikan pada domba muda agar daging yang dihasilkan memiliki protein tinggi dan lemak yang rendah tanpa melakukan pemotongan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2016 di Kandang Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. Materi penelitian menggunakan domba ekor tipis sebanyak 24 ekor dengan umur sekitar 3 bulan dan kisaran bobot badan 14,19 kg (CV=16,44%). Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola Faktorial 3 x 2, yaitu 3 level pada faktor PK dan 2 level pada faktor TDN. Kombinasi perlakuan yang diberikan adalah T1 = Level TDN 60% ; PK 14%, T2 = Level TDN 60% ; PK 16%, T3 = Level TDN 60% ; PK 18%, T4 = Level TDN 70% ; PK 14%, T1 = Level TDN 70% ; PK 16%, T1 = Level TDN 70% ; PK 18%, dengan masing-masing perlakuan memiliki 4 ulangan. Parameter yang diamati adalah komposisi tubuh meliputi air, protein dan lemak tubuh yang menggunakan metode Urea Space. Data kemudian diolah menggunakan ANOVA pada taraf 5%. Imbangan PK dan TDN yang diberikan menghasilkan rata-rata komposisi tubuh pada minggu terakhir penelitian sebesar 11,37 kg (58,17%) air tubuh, 2,54 12,96%) protein tubuh dan lemak tubuh 4,15 kg (21,24%) (P>0,05) dengan perubahan yang tidak berbeda nyata pula tiap minggunya (P>0,05). Pemberian level TDN 60% memberikan komposisi tubuh yang signifikan (P<0,05) dibanding TDN 70%, air tubuh 12,19 kg (58,11), protein tubuh 2,76 kg (13,15%) dan lemak tubuh 4,47 kg (21,30%) namun tidak mempengaruhi perubahannya (P>0,05). Level PK yang diberikan baik 14, 16 maupun 18% tidak memberikan pengaruh terhadap air tubuh yaitu air tubuh 10,86-11,60 kg (58,15-58,22%), protein tubuh 2,41-2,62 kg (12,87-13,02%) dan lemak tubuh 3,95-4,26 kg (21,12-21,24%) serta perubahan komposisi tiap minggu yang tidak berbeda nayata pula (P>0,05) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa perubahan komposisi tubuh meliputi air, protein dan lemak tubuh tidak dipengaruhi oleh interaksi TDN dan PK. Akan tetapi, komposisi tubuh setiap minggunya menunjukkan perbedaan yang signifikan akibat perbedaan level TDN. Perlu memperhatikan kandungan serat kasar pada pakan yang diberikan untuk menghindari adanya acidosis. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk mengetahui berapa imbangan PK dan TDN yang efisien untuk diberikan pada penggemukan domba muda untuk memperoleh lemak yang rendah
    • …
    corecore