19 research outputs found

    PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI (ESSENTIAL OIL) DARI KULIT JERUK BERASTAGI (Citrus sinensis, L.) SEBAGAI SUMBER FEED ADDITIVE ALAMI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP EFISIENSI FERMENTASI DI RUMEN, PROFIL DARAH DAN PERFORMANS SAPI BALI

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi OEO yang berasal dari limbah kulit jeruk Berastagi dan pemanfaatannya sebagai sumber feed additive alami serta mengkaji efeknya terhadap fermentasi di rumen, performans ternak serta profil produk metabolik dalam darah ternak sapi Bali. Empat rangkaian penelitian yang dilakukan meliputi eksplorasi EO dari kulit jeruk Berastagi (analisis komponen kimia, uji aktivitas antioksidan dan uji aktivitas antibakteri), pemanfaatan produk OEO terhadap fermentabilitas pakan di rumen, pemanfaatan OEO dalam menekan produksi gas metan di rumen dan pemanfaatan OEO untuk penggemukan ternak sapi Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa OEO yang diektraksi dari kulit jeruk Berastagi memiliki komponen kimia yang teridentifikasi sebanyak 41 komponen dan terdapat 5 spektrum komponen yang dominan yang terdiri dari dl-limonene,(63.87%) β-pinene,(11.60%,) trans-trans 2.4 decadienal (4.34%), L-linalool (3.20%), dan 2.4 undecenal (2.44%). OEO memiliki kemampuan menginhibisi radikal bebas dari DPPH mencapai 87.55% pada konsentrasi 100% serta tergolong memiliki kemampuan sebagai antibakteri pada tingkat sedang sampai kuat pada taraf 400 dan 800 ppm. OEO berpotensi digunakan sebagai antioksidan alami yang dapat mencegah oksidasi, radikal bebas, memiliki kemampuan menghambat bakteri patogen serta lebih efektif pada bakteri gram-positif. Peningkatan taraf dosis OEO menurunkan produksi gas kumulatif dari pakan pada semua waktu inkubasi, menurun nilai KcBK dan KcBO, menurunkan konsentrasi N-NH3, produksi VFA total, dan produksi asam asetat. Sementara itu produksi asam propionat meningkat sampai dengan perlakuan 400 ppm OEO. Sebaliknya nilai KcBK dan KcBO cenderung menurun pada perlakuan taraf dosis OEO diatas 400 ppm. Perlakuan taraf dosis OEO yang semakin meningkat, menyebabkan penurunan produksi metan dan % gas metan dari produksi gas total serta menyebabkan peningkatan % potensi mereduksi gas metan (PRM). % gas metan dari total produksi gas yang dihasilkan antara taraf dosis OEO 1200 (29.88%), 800 (34.01%) dan 400 (34.55%) ppm tidak berbeda. Pengukuran gas metan yang dilakukan melalui absorbsi NaOH (metode tidak langsung) terlihat memberikan nilai sekitar 6.61% lebih tinggi dibandingkan dengan nilai gas metan yang diukur menggunakan gas kromatografi (metode langsung), namun kecenderungan hasil pengukurannya sama. Perlakuan taraf dosis OEO tidak menyebabkan perubahan konsumsi BK, % konsumsi BK dari bobot badan, konsumsi BK/BB0.75, bobot badan akhir, PBB harian dan konversi pakan, sementara itu kadar kolesterol, LDL, urea dan BUN cenderung menurun dan sebaliknya kadar HDL meningkat. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa OEO yang diektraksi dari kulit jeruk Berastagi berpotensi untuk digunakan sebagai feed aditif alami untuk tujuan menekan produksi gas metan, ammonia dan memperbaiki profil metabolit darah serta tidak menyebabkan efek negatif terhadap konsumsi pakan dan performans sapi Bali penggemukan. Taraf dosis OEO 400 ppm dapat dipertimbangkan digunakan untuk tujuan manipulasi fermentasi mikroba rumen dan untuk memperbaiki profil metabolit darah. Kata Kunci : Kulit jeruk Berastagi, minyak atsiri, feed additive, fermentasi rumen, profil metabolit darah dan sapi Bal

    INTRODUKSI INDIGOFERA ZOLLINGERIANA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERNAK DI KELOMPOK TANI TERNAK RUKUN MAKMUR TANGKIT PROVINSI JAMBI

    Get PDF
    ABSTRAKProduktivitas ternak ruminansia, khususnya ternak sapi yang rendah sehubungan dengan ketersediaan dan akses terhadap pakan berkualitas yang kurang, dan minimnya pengetahuan tentang cara pembudidayaan hijauan khususnya legum pohon merupakan permasalahan yang dihadapi oleh peternak di kelompok Tani Rukun Makmur, Tangkit, Jambi. Disamping beternak, para peternak juga melakukan kegiatan pertanian yang didominasi oleh tanaman sayuran. Tujuan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) ini untuk mengenalkan potensi Indigofera zollingeriana sebagai hijauan pakan ternak berkualitas dan pemberian bibit / benih I. zollingeriana ke peternak di kelompok Tani Rukun Makmur, Tangkit, Jambi. Metode yang dipakai dalam pencapaian tujuan adalah pendidikan masyarakat melalui penyuluhan. Solusi yang ditawarkan meliputi: 1) peningkatan pengetahuan peternak tentang pakan hijauan berkualitas dan cara budidayanya dalam lahan usaha tani sayuran melalui penyuluhan, dan 2) introduksi dan pemberian benih dan bibit. Kegiatan PPM yang meliputi penyuluhan dan penanaman bibit Indigofera berjalan lancar. Pelaksanaan penyuluhan terjadi di lapangan bersamaan dengan penanaman seluruh bibit yang diberikan. Hasil kegiatan pendampingan, peternak juga melakukan pembibitan dari benih yang diberikan. Kegiatan PPM ini diliput oleh media televisi lokal untuk disiarkan sekaligus sebagai ajang promosi bagi kelompok Tani Rukun Makmur yang menggeluti usaha penggemukan sapi. Kata kunci: Introduksi; Indigofera zollingeriana; pakan berkualitas; pendidikan masyarakat ABSTRACTThe low productivity of ruminants, especially cattle, is related to the availability and access to poor quality feed, and the lack of knowledge about how to cultivate forages, especially tree legumes, is a problem faced by farmers in the Rukun Makmur Farmer Group, Tangkit, Jambi. Besides raising livestock, the farmers also carry out agricultural activities which are dominated by vegetable crops.The purpose of this community service (PPM) activity was to introduce the potential of Indigofera zollingeriana as high-quality forage for livestock and provide I. zollingeriana seeds and seedlings to farmers in the Rukun Makmur Farmer group, Tangkit, Jambi. The method used in achieving the goals was community education through outreach activity. The solutions offered include: 1) improving farmers’ knowledge about quality forage and how to cultivate it in vegetable farming fields through outreach activity, and 2) introduction and provision of seeds and seedlings. The activities which included outreach activity and planting of Indigofera seedlings went right. The outreach activity took place in the field at the same time aplanting all the seedlingsas given. As a result of mentoring activities, farmers also carried out nurseries from the seeds provided. This outreach activity was broadcasted by local television media and a promotional event for the Rukun Makmur Farmer group, which has cattle fattening business. Keywords: high quality forage; Indigofera zollingeriana; introduction; community educatio

    Efek Suplementasi Ampas Tahu dan Mineral Zn-Cu Organik terhadap Pertambahan Bobot Badan pada Penggemukan Sapi Bali yang Diberi (Pakan Rumput Rawa (Hyampeacne amplexicaules Rudge Ness)): (Effect of Supplementation of Tofu Waste and organic mineral of Zn-Cu on Weight Gain in Bali Cattle fed with Hyampeacne amplexicaules Rudge Ness)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki performa pertumbuhan ternak sapi Bali yang dipeliharaan oleh peternak melalui suplementasi limbah tahu dan mineral Zn-Cu organik.  Ternak yang digunakan sebanyak 12 ekor sapi Bali jantan muda umur 1.5  tahun dengan kisaran berat badan 120 - 130 kg.  Pakan yang diberikan yaitu berupa hijauan rumput rawa yang diberikan secara tidak terbatas sesuai dengan kebiasaan peternak. Sedangkan ampas tahu diberikan sebanyak 1% dari berat badan. Mineral organik berupa Zn dan Cu diberikan sebanyak 1% atau 2% dari  BK ampas tahu yang diberikan.  Percobaan in vivo dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan empat ulangan.  Perlakuan terdiri dari : R0 = Rumput rawa + 0% Ampas Tahu (AT) + 0% Zn-Cu Organik; R1 = Rumpu Rawa + 1% AT/kg BB Sapi + 0% Zn-Cu Organik R2 = Rumput rawa + 1% AT/kg BB sapi + 1% Zn-Cu Organik/kg BK AT; R2 = Rumput rawa + 1% AT/kg BB sapi + 2% Zn-Cu Organik/kg BK AT.  Peubah yang diamati yaitu konsumsi bahan kering rnasum, pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan ransum.  Analisis ragam dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati,  dilanjtkan denganuji jarak berganda Duncan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi AT dan Zn-Cu organik pada taraf 2%  (R3) cenderung menghasilkan pertambahan bobot badan harian tertinggi (0,51 kg), konsumsi bahan kering  (6,99 kg) dan efisiensi penggunaan pakan (7.92%). Kata kunci : Ampas tahu, mineral organik, sapi Bali dan rumput rawa &nbsp

    Preferensi Pakan, Tingkah Laku Makan dan Kebutuhan Nutrien Rusa Sambar (Cervus unicolor) dalam Usaha Penangkaran di Provinsi Jambi

    Get PDF
    This experiment was conducted to study feed preference, eating behaviour, feed intake, feed digestibility as well as determination of protein and energy requirement for maintenance. This experiment was conducted at Wisata Angsana Garden and Animal Nutrition Laboratory of Animal Husbandry Faculty, Jambi University. One male and two female of Sambar deers with body weight ± 140 kg were used in this experiment. The animals were kept in free stall of 30x15 m. The experiment was divided into three steps: feed preference, eating behaviour and determination of maintenance requirement. The results indicated that Sambar deers preferred Asystasia spp leaf, Hyampeacne amplexicaulis, Axonopus compresus and Cynodon dactylon grasses. Over 12 hours, Sambar deers had eating activity of 319.45±19.35 minutes, rumination activity of 266.85±13.67 minutes, with a total rumination period of 8.16±0.43 and rumination cycles of 30.63±0.79 times per periode. Sambar deers had intake and digestibility of dry matter, crude protein, organic matter, crude fiber, and energy 2.43 kg, 0.66 kg, 2.15 kg, 0.37 kg, 9703.08 kkal GE per day and 74.38±5.22; 77.35±4.61; 87.87±2.47; 51.36±9.91; 67.89±6.54%, respectively. Sambar deers required protein and energy for maintenance as much as 0.44 kg per day or 3.17 g per kg BW and energy 5062.85 kkal DE per day or 36.16 kkal DE per kg BW. Key words: feed preference, eating behaviour, nutrient requirement, Sambar dee

    CHEMICAL QUALITY OF CONCENTRATE BISCUIT CONTAINED FORAGE WITH DIFFERENT STORAGE PERIOD

    Get PDF
    Storage period is one of the factors which affect the physical and chemical quality of the stored material. This study aimed to determine the effect of storage period on the chemical quality of livestock concentrate biscuits con- taining Indigofera and sengon. Four periods of storage period were arranged in a completely randomized design which was repeated 5 times. The storage period consisted of 0, 7, 14 and 21 days. The chemical qualities observed in- cluded moisture and ash content, crude protein and crude fiber. The results showed that storage period significantly reduced the moisture content of concentrate biscuit, while the ash content, crude protein and crude fiber were not affected by storage period. It was concluded that the concentrate biscuits containing Indigofera and sengon could be stored for up to 21 days with good chemical quality

    Penggunaan probiotik dari kulit nenas sebagai sumber pakan tambahan untuk Ternak Ruminansia: The Used of Probiotics From Pineapple Peels (Ananas Comosus) As A Source of Feed Supplements For Ruminants

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi probiotik asal dari  kulit nanas yang ditambahkan ke dalam  mineral blok sebagai suplementasi dalam ransum. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap: Tahap pertama isolasi bakteri asal kulit nanas.Tahap kedua adalah pembuatan mineral blok yang berisikan probiotik disusunlah 4 macam komposisi minerail blok plus probiotik lalu di analisa secara invitro dan uji daya tahan penyimpanan mineral blok-plus. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Analisis data dikerjakan menurut program SAS. Peubah yang diamati adalah total produksi gas, KCBK, KCBO sampel secara invitro. Hasil isolasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pada kulit nanas terdapat bakteri positif dengan jumlah koloni bakterinya sebanyak = 2, 92 x 10 10 . Jumlah koloni bakteri dalam I gram mineral blok adalah 1,72 x 10 6  , ketahanan bakteri dalam mineral blok pada penyimpanan seminggu 1,97 x 10 10 (pengenceran sepuluh) dan penyimpanan  1 bulan dengan jumlah koloni sebanyak 1,52 x 1010 pada pengenceran tujuh serta ketahanan bakteri dalam mineral blok hingga 1,5 bulan pada pengenceran lima adalah 1, 45 x 10 9 cfu  sampai 107. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa   perbedaan perlakuan mineral blok-plus  tidak nyata (P>0.05) berpengaruh terhadap nilai KcBK, KcBO dan Total Produksi gas. Total produksi gas yang dihasilkan berkisar(109,00 – 152,83 ml), KcBK mineral blok-plus berkisar 63.58 – 66.33% dan KcBO berkisar 71.02 –72.79%. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Penggunaan probiotik sebesar 0,5% dalam mineral blok sebagai suplemen pakan ternak ruminansia sudah dapat memberikan hasil yang bai

    THE USE OF ALBIZIA FALCATARIA WITH CONDENSED TANNIN CONTENT ON IN VITRO GAS PRODUCTION AND RUMINAL FERMENTATION

    Get PDF
    This study was aimed  to evaluate  Albizia falcataria with condensed tannin content in the diets on gas production and ruminal fermentation parameters. A completely randomized design (CRD) with fours treatment and five replications had applied in this study. The treatment in this study was fours combined of Brachiaria mutica and Albizia falcataria namely; R0: 60% Brachiaria mutica (BM) + 0% Albizia falcataria (AF) + 40% concentrate (CON), R1: 50% BM + 10% AF + 40% CON, R2: 40% BM + 20% AF + 40% CON and R3: 30% BM + 30% AF + 40% CON. The concentrate formulated using feed ingredients consists of 58% rice bran, 15% soybean cake meal, 30% corn, 1% salt, and 1% multi-vitamin minerals. The Diets samples were  incubated at 39oC. The volume of gas and CH4 were recorded manually at 3, 6, 9, 12, 24, and 48 h post-incubation. Dry matter digestibility (DMD), organic matter digestibility (OMD), pH, N-ammonia (N-NH3), protozoa count, and microbial protein production (MP) were measured at 48 h post-incubation. The study showed that increased use of AF decreases (P<0.05) total gas, CH4, percentage of CH4, and increases the potency reduction of CH4. There is a negative correlation (R2= 0.81) between tannin condensed levels and CH4 production. Concentration N-NH3 and protozoa count was significantly (P<0.05) lower with the use of AF in treatment of R1, R2, R3 than R0 (without AF). As well as significantly (P<0.05) increased MP production. The study had concluded that the use of AF in the diet of R3 (30% BM : 30% AF) as a forage source reduced methane gas and N-NH3 by 62.31% and 25.73%, increasing MP, and without retarded the activity of rumen microbes
    corecore