20 research outputs found

    Surat Tugas Pengabdian Semester Ganjil 2017/2018 (Piladang)

    Get PDF

    Pengering Kerupuk Ubi Tipe Efek Rumah Kaca Pada Industri Rumah Tangga di Piladang Kec. Akabiluru Kab. 50 Kota Sumatera Barat

    Get PDF
    Usaha peningkatan nilai tambah ubi kayu dapat dilakukan dengan cara penganekaragaman produk olahan ubi kayu menjadi bahan setengah jadi (produk antara) yang selanjutnya dapat langsung dipasarkan atau menjadi produk makanan siap saji. Saat ini, di Kecamatan Akabiluru Kabupaten 50 Kota usaha penganekaragaman produk olahan ubi kayu banyak dilakukan oleh industri skala rumah tangga (IRT). Namun, dalam proses pengolahannya beberapa IRT masih menggunakan teknologi sederhana sehingga produktivitas dan pendapatan usaha terbatas pada kemampuan teknologi yang digunakan. IRT Gusman (mitra pengabdian) masih menggunakan metode pengeringan konvensional berupa pengeringan melalui panas matahari. Hal ini akan menyebabkan ketergantungan produksi kerupuk ubi terhadap perubahan cuaca. Ketersediaan teknologi pengering dengan menggunakan panas buatan sebagai pengganti panas matahari belum mampu menjadi solusi pengering kerupuk ubi bagi IRT pengolah kerupuk ubi di Sumatera Barat. Kerupuk ubi yang dikeringkan secara paksa akan menyebabkan ketidakmerataan suhu pengeringan pada produk kerupuk ubi. Untuk itu, dilakukanlah introduksi teknologi pengering tenaga surya yang dirancang berdasarkan kebutuhan mitra. Dari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa teknologi yang diintroduksikan mampu meningkatkan produktivitas produksi kerupuk ubi hingga 2 kali lipat dari proses produksi dengan menggunakan teknologi konvensional sebelumnya

    Laporan Akhir Pengabdian Masyarakat Ganjil 2017/2018 (Piladang)

    Get PDF

    Laporan Kegiatan Pengabdian Masyarakat Pengering Kerupuk

    Get PDF

    Implementasi Metode Pembelajaran Project Based Learning Pada Matakuliah Perancangan Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas

    Get PDF
    Sebagai salah satu matakuliah inti pendukung kompetensi utama lulusan program studi Teknik Mesin Universitas Andalas, Perancangan Teknik harus dipahami secara baik dan benar oleh mahasiswa. Pembelajaran matakuliah perancangan teknik akan memberikan pemahaman mengenai teori-teori maupun ilmu terapan yang terkait dengan ilmu disain/kerekayasaan. Untuk bidang ilmu terapan perancangan teknik, pokok bahasan yang menjadi fokus pembelajaran adalah perancangan konsep disain, proses realisasi produk, metode-metode perancangan, klarifikasi tujuan perancangan, membangun fungsi, memilih alternatif-alternatif disain dan pemilihan proses dan material. Banyaknya pokok bahasan yang diajarkan menyebabkan sebagian mahasiswa kurang mampu mempelajari dan memahami matakuliah ini dengan baik. Disisi lain, kemampuan berpikir dan karakteristik mahasiswa yang berbeda menjadikan proses belajar mengajar sukar mencapai kompetensi akhir yang dirumuskan oleh program studi. Untuk menindaklajuti permasalahan ini, maka diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasan yang terdapat dalam matakuliah perancangan teknik. Mengacu kepada karakteristik dari materi/pokok bahasan yang terdapat pada matakuliah perancangan teknik ini, pendekatan metode Project Based Learning (PjBL) dinilai sesuai untuk diterapkembangkan dalam proses belajar mengajar di PSTM Universitas Andalas. Metode PjBL akan mendorong mahasiswa untuk lebih berperan aktif dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan keteknikan dalam menyelesaikan permasalahan teknis dari sebuah proyek yang berhubungan dengan materi matakuliah yang diajarkan. Pada makalah ini, akan disajikan metodologi penerapan strategi pembelajaran dengan metode PjBL dan indikator penilaian yang menjadi acuan dalam melakukan evaluasi terhadap kompetensi akhir yang didapatkan oleh mahasiswa. Dari hasil implementasi dapat disimpulkan bahwa penerapan metode PjBL pada matakuliah perancangan teknik dapat meningkatkan dan memeratakan pemahaman pengetahuan dasar perancangan teknik. Dengan demikian metoda PjBL sangat efektif untuk diterapkembangkan dalam matakuliah perancangan teknik

    KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN TITIK LELEH CAMPURAN PARAFFIN WAX – SOY WAX

    Get PDF
    Industri pengecoran logam terdapat banyak di Indonesia, beserta produk yang dihasilkan beragam seperti kembang loyang, komponen berbentuk rumit serta dimensi yang kecil. Salah satu industri pengecoran yang berada di Sungai Puar, Sumatera Barat dengan jenis Investment Casting. Pada industri cor Sungai Puar ini melakukan pengecoran kuningan dengan hasil produk cetakan kembang loyang dan masih banyak lainnya dengan menggunakan pola lilin berbahan lilin lebah, akan tetapi jika lilin lebah ini terkadang terhenti produksinya sehingga terganggu produksi pengecoran di Sungai Puar ini maka dari itu diperlukan penelitian penggunaan lilin kedelai sebagai pengganti alternatif saat lilin lebah terhenti produksinya. Pada penelitian ini mendapatkan sifat mekanik dan titik leleh  campuran lilin paraffin dan lilin kedelai yang akan di uji adalah lilin kedelai dengan presentase 0% , 15% , 25% , 35% dalam campuran lilin paraffin dan lilin kedelai, sifat mekanik yang didapatkan dengan pengujian tarik menggunakan uji tarik mini serta mendapatkan titik leleh dengan pengujian titik leleh menggunakan termokopel tipe K. Pengujian dilakukan dengan 3 spesimen tiap variasi sampel. Hasil pengolahan data didapatkan bahwa pada setiap penambahan lilin kedelai pada campuran lilin maka nilai kekuatan tarik , modulus eleastisitas serta titik leleh akan mengalami penurunan, nilai kekuatan tarik, modulus eleastisitas serta titik leleh yang tertinggi pada variasi sampel paraffin wax 100% dengan nilai kekuatan tarik 0,85 MPa, modulus elastisitas 71,16 MPa dan titik leleh sebesar 54,9 oC dan nilai kekuatan tarik , modulus elastisitas serta titik leleh yang terendah pada variasi sampel paraffin wax 65% dan soy wax 35% dengan nilai kekuatan tarik 0,334 MPa, modulus elastisitas 45,33 MPa dan titik leleh sebesar 51,7 oC

    PENGARUH DEGASSER DAN SERBUK SLAGER TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MAKRO – MIKRO PADUAN ALUMINIUM SILIKON – TEMBAGA (Al7Si–Cu) MENGGUNAKAN SAND CASTING

    Get PDF
    Penggunaan aluminium pada industri otomotif menjadi pilihan terbaik dalam memproduksi suku cadang seperti piston, blok silinder, karburator, crankcase, dan cylinder head. AlSi merupakan paduan aluminium silikon digunakan untuk pembuatan piston dikarenakan meningkatkan nilai kekuatan, thermal stress yang baik, serta tahan terhadap korosi. Penambahan unsur tembaga dapat meningkatkan sifat mekanik, dengan dilakukan proses pengecoran logam. Logam hasil coran yang baik dilihat dari kualitas produk yang dihasilkan, ditinjau dari penyebaran cacat dan sifat mekanisnya. Namun, beberapa kali dijumpai adanya cacat pada hasil coran, seperti porositas, penyusutan, dan inklusi. Dilakukan rekayasa untuk mengurangi cacat pengecoran paduan Al7Si-Cu dengan memberikan variasi degasser dan serbuk fluks. Unsur tembaga 4% dan 6% akan dilakukan penambahan 5 variasi, yaitu tanpa variasi, 4% degasser dan 2% serbuk slager, 6% degasser 1% slager, 8% degasser, dan 3% serbuk slager. Logam dileburkan menggunakan tungku Nabertherm dengan temperatur 11000. Hasil penelitian menunjukkan degasser dan serbuk slager dapat menurunkan penyebaran cacat pengecoran. Penyebaran cacat terbanyak pada komposisi tembaga 6% tanpa variasi yaitu 5064 dalam 1600 mm2 dengan area 6,928% dan penyebaran cacat sedikit pada tembaga 4% dengan variasi 4% degasser dan 2% serbuk slager yaitu 1728 dalam 1600 mm2 dengan area 1,651%. Berbanding terbalik dengan nilai kekerasan, dimana kekerasan tertinggi pada penambahan 6% tembaga variasi 4% degasser 2% serbuk slager sebesar 151 HV dan kekerasan terendah pada tembaga 4% tanpa variasi 103,74 HV. Pada logam Al7Si-Cu, terbentuk 2 fasa dominan  α–al (ferrite) dan fasa eutectic. Penambahan unsur tembaga membentuk presipitat Al2Cu

    KAJI EKPERIMENTAL PERFORMA TUNGKU PEREBUSAN DENGAN MEDIA PEMIJAR DARI BATU KALI

    Get PDF
    Penggunaan media pemijar didalam tungku dapat menaikkan efisiensi pembakaran, namun belum diidentifikasi variabel-variabel dan pengaruhnya terhadap efisiensi pembakaran.Pada analisa ini setelah mengidentifikasikan variabel-variabel dan pengaruhnya maka dapat diketahui potensi penghematan pemakaian bahan bakar dan kenaikan efesiensi tungku. Pada eksperimen ini juga dilakukan perbandingan penggunakan media pemijar batu-kali yang akan dibandingkan dengan pembakaran non-media. Eksperimen ini dilakukan dengan dua tahapan pembakaran.yaitu tahapan percobaan pertama dilakukan pembakaran awal selama 20 menit tanpa beban dengan kondisi pompa dihidupkan dan burner dinyalakan.Tahapan berikutnya dimulai setelah jeda selama 10 menit dalam kondisi pompa dan burner dimatikan dan dilanjutkan dengan pembakaran tahap akhir dengan beban dipasang, pompa dihidupkan dan burner dinyalakan sampai temperatur air mencapai 900C.kondisi ini dipakai untuk memanaskan air sebanyak 4000 ml.          Hasil eksperimen menunjukan temperatur awal pada pembakaran akhir dengan memakai media berpori (batu kali) sebesar 275 0C dan pembakaran non-media sebesar 1550C. Total pemakaian bahan bakar dari eksperimenl awal dan akhir untuk pembakaran menggunakan media pemijar batu-kali dapat menghemat kerosin sebesar 60 ml (28,6%). Efisiensi pembakaran pada media berpori (batu-kali 1,5”) senilai 14,7%, sedangkan pada non-media sebesar 10%. Dari data ini diperoleh peningkatan efisiensi pada media berpori 4,7% dibanding dengan non-media

    Shell Mould Strength of Rice Husk Ash (RHA) and Bentonite Clays in Investment Casting

    Get PDF
    Investment casting process (IC) plays a major role in the modern manufacturing process in providing an economical means of mass production components with intricate shape and complex geometry as demand in various crucial applications including aerospace, automotive, military, biomedical and others. This casting technique, develop shell mould fabrication by coating the required pattern with a refractory mixture which offers the complex geometrical shape and sizes parts to be cast. However, the modern IC approach in shell mould production suffers from zircon’s cost and supply instability as it is the main material to be used. Zircon uses as refractory filler for slurry production, and also in the form of sand used as stucco particles, is favoured by the investment casting facilities and industries as it exhibits the most versatile properties such as low thermal expansion and low reactivity to the metal to be cast. During the period of zircon supply shortage, many facilities introduce several alternatives. Currently, the step taken to reduce the cost of primary slurry material is by using some alternate refractory material like, alumina, silica, to be used with zircon for shell mould production. In relation to that, several researches continue to search for alternatives approach for shell mould materials. This research introduces the alternative method in fabricating investment casting shell mould as recognized from investment casting industry located in Sungai Puar of Bukittingi Padang Indonesia. This industry employs several local resources to fabricate the shell mould. These materials consist of rice husk ash (RHA), and two types of bentonite clays. The bentonite clays were obtained nearly from Kota Payakumbuh in the western provinces. However, this industry suffers from weak shell mould strength and need to be investigated and consulted. In this paper, the investigation on shell mould strength made from rice husk ash (RHA), and bentonite clays were conducted. The strength was measured by its modulus of rupture (MOR) performed in 3 points flexural bending test. The green and fired shell mould strength was determined from five type of slurry composition. The results revealed that the highest green and fired strength obtained were 0.157 MPa and 0.361 MPa from shell mould sample C of RHA (46%) and bentonite (54%) of its composition

    Biogas production from household solid waste-an alternative solid waste treatment for a communal scale

    Get PDF
    Current practice in Indonesia shows that Household Solid Waste (HSW) is handled by transferring to landfill site. Meanwhile, around 68% of HSW is composed of biodegradable components, which has potential for biogas production. The current study compares some commercial activators including Green Phosko (GP7) and Effective microorganisms 4 (EM4) with homemade activator in 200 L anaerobic digester equipped with manual mixing for processing kitchen waste (KW). pH and ratio of solid waste to water were set at 8 and 1:2, respectively. Batch experiments show that digester #3 with homemade activator shows superior performance compared to commercial activators. Meanwhile, the digesters with commercial activators show better performance compared to digester control (without activator). Digester #3 produces 1.35 L CH4/kg total solid (TS) and 1.14 L CH4/kg volatile solid (VS). Current work suggests that the homemade activator has the most suitable methanogen bacterium compared to the commercial activators
    corecore