10 research outputs found

    RISK FACTORS ASSOCIATED WITH CHRONIC ENERGY DEFICIENCY (CED) IN PREGNANT WOMEN IN THE WORK AREA OF SUDIANG RAYA PUBLIC HEALTH CENTER MAKASSAR CITY

    Get PDF
    Introduction: The risk of chronic energy deficiency (CED) during pregnancy has side effects for both mother and fetus. This can lead to anemia and other complications in the mother, as well as risks and complications to the fetus, including bleeding and infection. Aim: This study aims to determine the risk factors associated with the incidence of chronic energy deficiency (CED) in pregnant women in the working area of the Sudiang Raya Public Health Center Makassar City. Methods: This type of research uses quantitative methods with a Cross Sectional Study approach. The sam ple in this study was 67 pregnant women who came to visit the Sudiang Raya Health Center Makassar City in August 2021 using the Simple Random Sampling technique. The research instrument used a questionnaire, LiLA tape measuring instrument, smartphone, and stationery. Data analysis used Chi-Square test. Results: Respondents in the group of pregnant women who were the highest aged from 30-34 years old were 44.8%, and the lowest was >34 years old by 1.5% of the 67 samples who experienced SEZ (58.2%). The results of statistical tests showed that occupation (p-value 0.016) and income (p-value 0.044) had a significant relationship with the incidence of chronic energy deficiency, while parity (p-value 0.757) did not have a significant relationship with the incidence of chronic energy deficiency. chronic energy. Conclusion: The conclusion in this study is that there is a relationship between work and income with the incidence of chronic energy deficiency.Keywords : Chronic Energy Deficiency, Parity, Employment, Incom

    Hubungan Pola Pemberian MPASI dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan di Kabupaten Pangkep

    Get PDF
    Status gizi yang optimal pada anak 6-24 bulan dapat dicapai dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan benar dan tepat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola pemberian MPASI dengan status gizi anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Taraweang Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan sebanyak 60 orang. Data yang dikumpulkan diantaranya status gizi (berat badan, panjang/tinggi badan dan umur anak), dan Pola pemberian MPASI (usia pemberian dan bentuk/tekstur). Data dianalisis dengan menggunakan uji fisher exact. Hasil penelitian menujukan bahwa terdapat 25,6% yang mengalami gizi kurang  (<-2SD), pemberian MPASI tepat waktu yaitu 71,7% dan pemberian MPASI sesuai tekstur yaitu 28,3%. Berdasarkan uji statistik menujukan tekstur pemberian MPASI berhubungan dengan status gizi anak (p=0,012). Adapun usia pemberian MPASI tidak terdapat hubungan dengan status gizi, dengan nilai p-value 0,384. Disarankan adanya peningkatan penyuluhan oleh tenaga Kesehatan pada Ibu tentang praktik pemberian MPASI yang tepat dan benar sesuai dengan usia anak sehingga dapat memenuhi asupan yang adekuat dan status gizi yang optimal. 

    HE DEVELOPMENT OF INTEGRAGTED HEALTHCARE CENTRE OF PRECONCEPTION AS A CORE OF THE FIRST 1000 DAYS OF LIFE IN BANGGAI REGENCY

    Get PDF
    Pendahuluan: Peningkatan Kesehatan ibu sebelum hamil seperti pelayanan prakonsepsimemegang peranan penting dalam menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan kelak sertadapat berperan dalam penurunkan angka kematian ibu. Di kabupaten Banggai, pada tahun2015 Angka kematian ibu (AKI) 267/100.000), angka kematian bayi 7/1000 kelahiran hidup,dan ini tergolong tinggi. Begitu juga dengan prevalensi stunting juga menunjukkan angka35,4%. Untuk itu diperlukan upaya inovatif yang dapat menurunkan AKI serta stunting.Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan pelaksanaan posyandu prakonsepsi diKabupaten Banggai dan dampaknya terhadap penurunan AKI, BBLR, dan anemia.Bahan danMetode: Proses pembentukan posyandu prakonsepsi dimulai dengan mengadakan SeminarNasional Penyelamatan 1000 Hari Pertama Kehidupan, penandatanganan MOU denganberbagai stakeholders, Sosialisasi Tingkat Kecamatan, penunjukan Desa Percontohan,Pencanangan Pelaksanaan Seluruh Puskesmas dan penerbitkan buku Pegangan PelayananKesehatan Wanita Prakonsepsi.Hasil: Keterlibatan dan komitmen para stakeholders cukuptinggi,peningkatan capaian yang positif terhadap beberapa indikator kesehatan yang berkaitandengan hasil dari posyandu prakonsepsi, serta penyebarluasan informasi tentang posyanduprakonsepsi lewat publikasi ilmiah, congress international maupun seminar nasional, sertarencana replikasi posyandu prakonsepsi ini ke kabupaten lain di Indonesia. Kesimpulan:Implementasi posyandu prakonsepsi terbukti memberikan kontribusi positif dalampeningkatan derajat kesehatan. Kata Kunci: Posyandu, Prakonsepsi, 1000 HP

    DOUBLE-BLIND RANDOMIZED CLINICAL TRIAL OF KAEMPFERIA GALANGA L EXTRACT AS AN ANTI-INFLAMMATION (PROSTAGLANDIN E2 AND TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA) ON OSTEOARTHRITIS

    Get PDF
    Objective: The purpose of this study was to compare the effectiveness of the rhizome extract against inflammatory markers such as tumor necrosis factor (TNF)-alpha and prostaglandin E2 (PGE2) with meloxicam in patients with osteoarthritis at knee. Materials and Methods: This study designed two phases as follows: The preparation of rhizome extract in a capsule dosage form which was then followed by double-blind clinical trials, randomized controlled, pre- and post-test design (18 cases) using the WOMAC scores for pain, to markers of inflammation using an enzyme-linked immunosorbent assay method. Results: The results did not reveal any significant differences in pain scores, stiffnesses, and physical function impairment between the intervention (the rhizome extract) and control groups (meloxicam), it either did not reveal any significant differences in the parameters of inflammatory marker TNF alpha and PGE2 among the groups. Conclusion: The rhizome extract had the same effect on pain, stiffness, physical interference as meloxicam, and on PGE2 as well as on the inflammatory marker TNF-alpha. Therefore, this extract can be used as an alternative herbal medicine for osteoarthritis

    PENANAMAN OBAT KELUARGA DALAM MENGATASI PENYAKIT DEGENERATIF KHUSUSNYA PENYAKIT HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS DI LAHAN PERCONTOHAN DESA TAROWANG, TAKALAR

    Get PDF
    Penanaman Toga (Tanaman Obat Keluarga) yang dilakukan di Desa Tarowang merupakan bentuk budidaya tanaman jahe, kumis kucing, pegagan, temulawak, serta kunyit sebagai salah satu upaya dalam pencegahan penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus melalui pemanfaatan tanaman Toga. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta kesadaran masyarakat memanfaatkan tanaman Toga dengan konsep Ambe A'lamun TOGA Ri Pekarangan Ballatta'. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sosialisasi, kordinasi, dan penanaman Toga. Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa perangkat desa dan masyarakat setempat untuk bersama- sama membersihkan dan melakukan penanaman tanaman TOGA di lahan percontohan yang telah disiapkan oleh Kepala Desa Tarowang sebagai alternatif lahan yang ada di Dusun Tarowang. Terdapat tujuh jenis tanaman toga yang ditanam. Hasil dari kegiatan ini berimplikasi kepada pemanfaatan dan budidaya Toga. Kegiatan ini sangat diharapkan masyarakat dapat memiliki kesadaran untuk merawat dan melestarikan TOGA sebagai alternatif pencegahan penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus dihalaman rumah masing-masing

    Water Sanitation and Hygiene (WASH) and feeding patterns: Linkages with stunting among children aged 6-23 months

    No full text
    Stunting is still a significant public health problem in Indonesia. The interaction between the inadequacy of feeding practices and Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) are the direct causes of stunting. The study aimed to assess the relationship between WASH and child feeding patterns with stunting among children aged 6-23 months. The study used a cross-sectional design conducted in July-August 2022 in the working area of Simbang Community Health Center, Maros Regency. Samples of 90 children aged 6-23 months were selected by simple random sampling. Data on sociodemographic, WASH and feeding patterns were collected by interview using a questionnaire. Stunting was measured by a height-for-age z-score. Data were analyzed using the Chi-square test and Logistic Regression. The results showed that the prevalence of stunting was 31,1%. Mother's age <20 years, low maternal height, sex of child, non-exclusive breastfeeding, complementary feeding started, the poor sewage management and availability of latrines related to stunting (p<0,05). Multivariate test results showed low maternal height (p=0,005; OR=21,015), sex of child (p=0,001; OR=22,332), poor sewage management (p=0,008; OR=10,992), and non-exclusive breastfeeding (p=0,002; OR=20,509) has a significant effect on stunting. In conclusion, the WASH and inadequacy of feeding practices contribute to stunting

    Hubungan Kejadian Stunting dengan Perkembangan Anak Usia 6-23 Bulan

    No full text
    Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia yang berdampak tidak hanya pada pertumbuhan linear tetapi juga pada perkembangan anak.&nbsp; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kejadian stunting dengan perkembangan anak usia 6-23 bulan di Wilayah Kerja Puskemas Taraweang Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. Penelitian ini merupakan kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Sampel penelitian sebanyak 72 responden berusia 6-23 bulan yang ditentukan dengan metode proportional random sampling. Stunting diukur berdasarkan nilai Z-score Panjang Badan berdasarkan Umur (PB/U) kurang dari -2 SD dan pengukuran perkembangan menggunakan kuesioner pra skining perkembangan (KPSP). Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian stunting sebesar 36,1%. Stunting lebih banyak pada laki-laki (38,5%) dan meningkat sesuai kategori pertambahan umur 6-11, 12-17 dan 18-23 bulan berturut turut&nbsp; 25.0%, 36,4% dan 46.2%.&nbsp; Perkembangan anak dalam kategori meragukan sebesar 40,3%. Berdasarkan analisis menunjukkan hubungan antara kejadian stunting dengan perkembangan anak dengan nilai p-value 0.012 (p&lt;0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah stunting berhubungan dengan hambatan perkembangan anak usia 6-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Taraweang, Kabupaten Pangke

    Pelatihan Pengolahan Makanan Berbahan Baku Kelor Di Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto

    No full text
    ABSTRAK Potensi sumber daya  manusia  (SDM)  dan  sumber  daya  sandang  pangan lokal (sektor pertanian) yang dimiliki Kabupaten Jeneponto sangatlah banyak. Diantaranya adalah tanaman kelor yang belum tersentuh  dengan teknologi (teknologi tepat guna) dalam proses pengolahannya sehingga belum memberikan nilai manfaat kesehatan serta nilai jual bagi masyarakat setempat. Desa Turatea dan Desa Bonto Jai, adalah wilayah yang banyak ditumbuhi tanaman kelor, masyarakatnya belum melakukan budidaya sesuai standar sehingga pohon kelor tumbuh dengan tidak terawat. Bahkan masyarakat disana belum pernah melakukan upaya pengolahan pasca panen. Tujuan pengabdian masyarakat ini meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pemanfaatan kelor di tingkat rumah tangga. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode penyuluhan dan pelatihan yang terdiri demonstrasi dan praktik langsung kepada 21 orang peserta yang terdiri dari ibu-ibu PKK dan kelompok tani. Terdapat 10 resep olahan kelor yang dipraktikkan. Selain itu diukur juga pengetahuan peserta sebelum dan setelah mengikuti penyuluhan serta pemberian angket untuk mengetahui respon peserta setelah mengikuti pelatihan. Hasil dari pengabdian ini menunjukkan para peserta dengan seksama memperhatikan pemaparan materi penyuluhan yang disampaikan. Terlihat para peserta antusias melakukan tanya jawab dan berdiskusi setelah penyuluhan. Pengetahuan dan pemahaman peserta juga meningkat setelah penyuluhan dimana semua responden menunjukkan pengetahuan baik sebanyak 100%. Para peserta terlihat kompak dan bekerjasama dengan baik pada saat pelatihan dan berhasil membuat kue sesuai resep yang diberikan. Berdasarkan angket, para peserta menyatakan sangat tertarik mengukuti pelatihan karena selama ini mereka hanya mengolah kelor menjadi sayur. Mereka berminat untuk mengembangkan hasil pelatihan ini dengan mempraktikkan langsung membuat kue di rumah, menjualnya dan membuat kebun kelor sendiri dirumah. Kata kunci: Penyuluhan, Pelatihan, Kelor, Pengetahuan      ABSTRACT The potential of human resources (HR) and local food and clothing resources owned by Jeneponto Regency is very helpful. Among them are Moringa plants that have not utilized technology (appropriate technology) in the processing process so they have not provided health benefits and selling value for the local community. Turatea Village and Bonto Jai Village were areas that are widely planted with Moringa plants, the people have not cultivated according to standards so that Moringa trees grow unkemptly. Even the people there have never made post-harvest processing efforts. The purpose of this community service is to increase the knowledge and skills of the community in the use of Moringa at the household level. The method used in this activity is an extension and training method consisting of demonstrations and direct practice to 21 participants consisting of PKK women and farmer groups. There were 10 recipes for processed Moringa that are practiced. In addition, the measurement of participants' knowledge before and after attending the counseling and presenting a questionnaire to find out the participants' responses after attending the training. The results of this service showed that the participants carefully paid attention to the delivery of the material presented. It was seen that the participants were enthusiastic in conducting questions and answers and training after the counseling. knowledge and understanding of participants also increased before and after counseling. The participants looked compact and understood well during the training and succeeded in making cakes according to the given recipe. Based on the questionnaire, the participants stated that they were very interested in participating in the training because so far they had only processed Moringa into vegetables. They were interested in developing the results of this training by directly making cakes at home, selling them and making their own Moringa gardens at home. Keywords: Counseling, Training, Moringa, Knowledg

    Peran Ibu pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dalam Pencegahan Gangguan Tumbuh Kembang Anak

    No full text
    ABSTRAK Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) merupakan periode emas seorang anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Gangguan yang terjadi pada periode ini, berdampak pada kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat permanen dan berjangka panjang serta lebih sulit untuk diperbaiki setelah anak berusia 2 tahun. Tujuan dari pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan akan pentingnya peran ibu pada masa 1000 HPK dalam pencegahan terjadinya gangguan tumbuh kembang pada anak. Metode yang digunakan adalah penyuluhan, diskusi dan tanya jawab kepada 21 ibu-ibu yang memiliki anak usia 0-24 bulan. Hasil menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, sebagian besar ibu belum mengetahui tentang 1000HPK serta dampak yang terjadi terhadap tumbuh kembang anak. Namun setelah dilakukan penyuluhan, pengetahuan dan pemahaman peserta tentang 1000HPK meningkat sekitar 94.8%. Saran agar orang tua rutin membawa dan memeriksakan anaknya setiap bulan ke pelayanan kesehatan dan memberikan asupan gizi yang cukup untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal. Kata Kunci: Penyuluhan, 1000 HPK, Tumbuh Kembang  ABSTRACT The first thousand days of life (1000HPK) is a golden period for a child to grow and develop optimally. The obstacles that occur in this period will have an impact on the survival and development of children which are permanent and long term. The purpose was to increase knowledge about the importance of the role of mothers during the 1000HPK period in preventing developmental disorders. The method used is counseling, discussion and question and answer. Participants were 21 mothers with children aged 0-24 months. Based on the results, it showed that before counseling was carried out, most of the mothers did not know about the first 1000 days of life and the impact it had on children's growth and development. However, after the counseling was conducted, the participants' knowledge and understanding of 1000HPK increased by about 94.8%. Suggestions that parents continue to increase their activity in bringing and checking their children every month to health services and providing adequate nutritional intake to support optimal growth and development. Keywords: Counseling, 1000 HPK, Growth and Developmen
    corecore