7 research outputs found

    Hubungan Antara Ukuran Lingkar Pinggang Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar

    Get PDF
    Latar belakang: Obesitas merupakan keadaan patologis yang menimbulkan perubahan – perubahan metabolik sehingga timbul kumpulan gejala yang disebut sindrom metabolik. Individu dengan sindrom metabolik mengalami resistensi insulin yang merupakan predisposisi menjadi prediabetes atau diabetes tipe 2 kemudian didiagnosis dengan tes toleransi glukosa oral. Obesitas dapat diukur melalui metode antropometri lingkar pinggang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ukuran lingkar pinggang dengan kadar gula darah postprandial di Polres Karanganyar. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Polres Karanganyar pada tanggal 14 – 15 November 2013. Besar sampel yang digunakan adalah sebesar 75 sampel yang dikumpulkan dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan berdasarkan pengukuran lingkar pinggang dilanjutkan dengan pengukuran kadar gula darah postprandial. Data kemudian dianalisis dengan program SPSS. Hasil: Dari 75 didapatkan 29 sampel dengan obesitas dan kadar gula darah postprandial tinggi. Dengan menggunakan uji analisis Chi – Square didapatkan nilai p = 0,029 (<0,05), sehingga hipotesis kerja diterima. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara ukuran lingkar pinggang dengan kadar gula darah postprandial

    Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar

    Get PDF
    LatarBelakang: Obesitas merupakan timbunan abnormal dari jaringan lemak berlebih di bawah kulit. Obesitas disebabkan karena intake makanan dengan jumlah yang lebih besar daripada penggunanya sebagai energi bagi tubuh (Guyton,2008). Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya DM. Obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Insulin berperan meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan dengan cara ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi insulin oleh sel, maka akan mengakibatkan kadar gula darah postprandial mengalami peningkatan. TujuanPenelitian: Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah postprandial pada anggota di Kepolisian Resor Karanganyar. MetodePenelitan: Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek dalam penelitian berjumlah 70 sampel. Instrumen yang digunakan adalah microtoise dan timbangan berat badan untuk mengukur indeks massa tubuh, serta larutan gula 75gram sebagai pembebanan gula darah 2 jam. Hasil: Karakteristik pasien sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 62 sampel (88,6%). Terbanyak pada kelompok umur 51 tahun (27,1%). Sebagian besar sampel menunjukkan IMT normal (40%). Sampel dengan kadar gula darah post prandial meningkat sebanyak (48,6%) dan sampel pada kadar gula darah postprandial pada kategori normal (51,4%). Analisis stastistik menunjukkan ada hubungan antara IMT dengan kadar gula darah postprandial dengan nilai p 0,016 (p< 0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah post prandial pada anggota Kepolisian Resor Karanganyar

    Hubungan Lamanya Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Penurunan Fungsi Kognitif

    Get PDF
    Latar belakang : Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang prevalensinya tinggi di Indonesia. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi keempat dunia. Secara patofisiologis, DM dapat memperparah gangguan pembuluh darah, terutama di otak sehingga dalam jangka waktu tertentu dapat meningkatkan risiko tejadinya penurunan fungsi kognitif. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lamanya menderita DM tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif. Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang berusia ≥ 45 tahun di GRHA Diabetika Surakarta. Sampel ditentukan secara purposive sampling sebanyak 58 orang. Mini Mental State Examination (MMSE) digunakan sebagai instrumen mengumpulkan data. Data diuji dengan uji statistik chi square dengan program SPSS 17. 0 for Windows. Hasil : Hasil uji korelasi chi square pada skor MMSE menunjukan nilai signifikansi 0,001 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara lamanya menderita DM tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif. Nilai OR sebesar 6,891 dapat diinterpretasikan bahwa probabilitas pasien DM tipe 2 yang mengalami penurunan fungsi kognitif adalah sebesar 87 %. Simpulan : Terdapat hubungan antara lamanya menderita DM tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif, artinya bahwa semakin lama seseorang menderita DM tipe 2, maka akan semakin besar risiko terjadinya penurunan fungsi kognitif

    Perbedaan Antara Terapi Fibrinolitik Dan Heparinisasi Terhadap Perubahan St-Elevasi Pada Penderita Infark Miokard Akut Di RSUD Moewardi

    Get PDF
    Background. Acute myocardial infarction with ST-elevation (STEMI) was a necrotic area resulted from total occlusion on the blood vessel wall, which lead to accumulation of extracellular K +. Fibrinolytic therapy had a big role solving the thrombus formed, meanwhile heparinization only prevents thrombus extension. Improved occlusion in the blood vessels characterized by decreasing of STelevation. Aim. This study aimed to analyze the difference beetwen fibrinolytic therapy and heprinization to ST-elevation changes in patients with acute myocardial infarction. Method. This study was observational analytic with cross sectional approach. This study was held at the medical record division of RSUD Moewardi in November 2014-January 2015. 50 samples divided into fibrinolytic and heparinization groups. Samples were taken using purposive sampling method. Results. Result from 50 patients had decreased >70% of ST-elevation in 18 patients with fibrinolytic threapy anda 9 patients with heparinization. From Chi-Square test, the p value = 0,011 (<0,05), so there was significant difference of heparinization and fibrinolytic groups. Conclusion. There significant difference between fibrinolytic and heparinization treatment in ST-elevatin changes of acute myocardial infarction in Moewardi General Hospital 2013-2014

    Perbedaan Kadarkolesterol Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Yang Disertai Hipertensi Dengan Tanpa Hipertensi Di RSUD Sukoharjo

    Get PDF
    Background: Indonesia that number 4 ranking as the country with the highest number of people with diabetes mellitus in the world according to the WHO. Diabetes mellitus patient with hypertension is higher risk factor of cardiovasculer diseases than without hypertension. Diabetes mellitus and hypertension associated with dyslipidemia who have the characteristic of elevated triglyceride, reduce level of of HDL cholesterol LDL cholesterol levels. Purpose: Knows the difference of cholesterol levels in patients with type II diabetes mellitus with hypertension and without hypertension. Method: This research use cross sectional design in RSUD Sukoharjo at December 2014. Subject of the research are 50 patients who were divided into 25 people of type II diabetes mellitus patients with hypertension and 25 people type II diabetes mellitus patients without hypertension at interna disease poly in RSUD Sukoharjo. Source of data obtained from medical record by purposive sampling method. Data analyze in this research use t test. Result: the result obtained means of cholesterol level in type II diabetes mellitus patients with hypertension are 184,16±30,644 and type II diabetes mellitus patients without hypertension are 223,56±51,403 with p value = 0.002 (p < 0,05 ). Conclusion: From the result can conclusion there is difference significance cholesterol level between type II diabetes mellitus patients with hypertension and without hypertension

    Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Hipertensi Dan Tanpa Hipertensi Di RSUD Moewardi

    Get PDF
    Background: Hypertension is common in patients with diabetes mellitus. Hypertension also increases the risk of cardiovascular disease in diabetes mellitus. High triglyserides level was a sign of dislipidemia. Diabetes mellitus and hypertension accompined with dislipidemia increased the risk of cardiovascular disease. Objective: This study aimed to know the difference of triglycerides level in diabetes mellitus type 2 with hypertension and non hpertension patients. Methods: This study was an observational analiytic with cross-sectional method using patiens medical record in Moewardi General Hospital in December 2014. Total sample was 100, divided into 2 groups of 50 diabetes mellitus type 2 with hypertension and 50 diabetes mellitus type 2 non hypertension groups. The sample were taken using purposive sampling method, then analyzed using Mann-Whitney test by SPSS 17.0 for windows. Result: The characteristics of diabetes mellitus type 2 in woman (51%) and men (49%) were not much different. The largest proportion of the age range is 56-65 years. Mann-Whitney test result was p=0.001 which means there is significant difference of triglycerides levels between two variables. Conclusion: Triglycerides levels in diabetes mellitus type 2 with hypertension is higher compared with diabetes mellitus type 2 non hypertension respondent

    Hubungan Antara Angka Leukosit Dengan AngkaKematian Penderita Infark Miokard Akut Di Rsud Dr. Moewardi Pada Tahun 2012

    Get PDF
    Latar Belakang. Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis irrevesible pada otot jantung akibat iskemia yang berkepanjangan. Terdapat 2 macam IMA yaitu IMA dengan ST elevasi maupun IMA tanpa ST elevasi. Dalam proses patofisiologi IMA, angka leukosit yaitu sel darah putih yang berfungsi sebagai suatu sistem pertahanan tubuh yang mobile sangat berperan dalam menentukan angka kematian IMA. Angka leukosit tinggi dapat menjadi prediktor dan indikator prognostik setelah kejadian iskemik dan infark miokard. Dan dengan angka leukosit yang tinggi dapat menyebabkan gagal jantung kongesti yang berakhir kematian 5 kali lipat dibandingan angka leukosit normal. Metode. Jenis penelitian ini adalah obervasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 30 Oktober-28 November 2013. Besar sampel yang digunakan ialah sebanyak 100 sampel dengan teknik non-probability sampling dengan pendekatan Purposive sampling. Hasil. Didapatkan 4 dari 50 pasien IMA mati dengan angka leukosit tinggi sedangkan 3 dari 50 pasien IMA mati dengan angka leukosit normal. Dengan menggunakan uji hipotesis fisher’s exact didapatkan nilai p=1,00 (p>0,05) sehingga H1 ditolak H0 diterima. Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan signifikan antara angka leukosit dengan angka kematian penderita Infark Miokard Akut di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2012
    corecore