130 research outputs found
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Osteoarthritis (OA) Finger Sinistra Di RST. Dr Soedjono Magelang
Latar Belakang : Osteoarthritis (OA) adalah suatu kelainan sendi kronis dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai
dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi. Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih sendi. Serta pasien mengalami penurunan kemampuan untuk mengengam menggunakan tangan kiri. Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan kekuatan otot pada kasus Osteoarthritis Finger Sinistra dengan menggunakan modalitas Infra Red (IR) dan Terapi Latihan (TL). Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 9 kali didapat hasil penilaian nyeri pada nyeri gerak T1 : 7, menjadi T9 : 2, nyeri tekan T1 : 5, menjadi T9 : 1, nyeri diam T1 : 2, menjadi T9 : 6, peningkatan kekuatan otot flexor finger T1 : 3, menjadi T9
: 4, ekstensot finger T1 : 3, menjadi T9 : 4, peningkatan lingkup gerak sendi S : T1 : 20°-0°-25°, menjadi T9 : 30°-0°-70°. Kesimpulan : Infra Red (IR) dapat mengurangi nyeri pada jari-jari kiri dalam kondisi Osteoarthritis Finger Sinistra, Terapi Latihan (TL) dapat meningkatkan
kekuatan otot dan lingkup gerak sendi pada kasus osteoarthritis Finger Sinistra
Penatalaksanaan Latihan Dosis Submaksimal Otot Triceps Brachii Terhadap Kekuatan Pukulan Oi Zuki Atlet Karate
Latar Belakang: Kekuatan pukulan merupakan salah satu komponen penting
dalam cabang olah raga karate. Kekuatan pukulan atlet dapat dilatih secara
intensif untuk mendapaktan hasil yang maksimal pada rentan usia 18-30 tahun.
Pada usia tersebut merupakan puncak masa pertumbuhan yang maksimal. Latihan
untuk meningkatkan kekuatan pukulan dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti latihan dengan menahbah beban, jumlah repetisi, serta lamanya latihan.
Salah satu latihan yang dapat diterapkan adalah latihan dosis submaksimal.
Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh latihan dosis submaksimal otot triceps
brachii terhadap kekuatan pukulan oi zuki atlet karate univertas muhammadiyah
surakarta.
Hasil Penelitian: setelah dilakukan terapi selama 4 minggu, didapatkan hasil
adanya peningkatan kekuatan otot triceps brachii dari 37 kg menjadi 42 kg.
Kesimpulan: Latihan dosis submaksimal otot triceps brachii dapat meningkatkan
kekuatan pukulan oi zuki atlet karate
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Fraktur Caput Radius Sinistra Dengan Pemasangan Screw Di RSo Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
Latar Belakang : Salah satu bagian tubuh yang bisa terkena fraktur adalah tulang radius. Fraktur caput radii yang sudah mendapatkan tindakan operasi akan mempunyai problematik. Gangguan ini apabila tidak mendapatkan penanganan akan berakibat munculnya keterbatasan gerak, kelemahan otot,bahkan akan terjadi atrofi otot.
Tujuan : Untuk mengetahui manfaat Infra Red, passive exercise dan active exercise untuk mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi siku kiri, meningkatkan kekuatan otot-otot biseps dan triseps serta menjaga aktifitas fungsional pada pasien dengan kasus post operasi fraktur caput radii sinistra.
Hasil : Setelah dilakukan terapi sebanyak enam kali didapatkan hasil adanya pengurangan nyeri diam dari T1 : 0 menjadi T6 : 0, nyeri tekan dari T1 : 2.5 menjadi T6 : 0, nyeri gerak dari T1 : 6.3 menjadi T6 : 4.1, peningkatan lingkup gerak sendi T1: S 0-25-80, R 5-0-10 menjadi T6 : S 0-20-90, R 10-0-15, kekuatan otot fleksor siku kiri T1: 3- menjadi T6: 4, otot ekstensor siku kiri T1: 3- menjadi
T6: 4, otot pronator siku kiri T1: 3- menjadi T6 : 4, kekuatan otot supinator siku kiri T1: 3- menjadi T6: 4.
Kesimpulan : Terapi pada kasus post operasi fraktur caput radius sinistra dengan menggunakan infra red dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri, meningkatkan LGS sendi siku dan meningkatkan kekuatan otot pada sendi siku
Pengaruh Friction Terhadap Penurunan Spasme Otot Upper Trapezius Pada Pemain Game Online
Background: Many of the activities are usually carried out in a sitting position relatively long one of which is a gamers who play online games on the Internet. Therefore, long sitting position and ergonomic, can increase the risk of upper trapezius muscle spasm. Factors that could cause muscular upper trapezius become spasm is muscle work that is too excessive and its use is wrong (overuse), the injury both macro / micro trauma that can be caused with daily activities often use muscle work upper trapezius thus becoming tighness , Therapeutic methods used to reduce spasm one using Friction. Objective: To determine the effect of friction on the upper trapezius muscle
spasm decrease in online game players. Benefits Research: Adding the science and knowledge of the upper trapezius
muscle spasm with given friction. Methods: The research in this study is quasi-experimental with pre and post
approach without control group design. The sampling technique is purposive sampling with criteria insklusi, exclusion and drop out. Measurement of the upper
trapezius muscle spasms use Description Verbal Scale (VDS). Hypothesis test used is the Wilcoxon test significance level used is p = 0.000 <0.05. Results : Based on the Wilcoxon signed rank test p value of 0.000 with a
significance level of p <0.05, then Ho is rejected, which means there Friction influence the decrease Upper trapezius muscle spasm. Conclusion: The modalities of physiotherapy types of friction effect to the decrease upper trapezius muscle spasm on game players online at internet cafes
FAST.NET Sragen (p = 0.000)
Pengaruh Taping Pada Abdominal Terhadap Penurunan Dysmenorrhea Primer
AFIAHADIYAH ZEN / J 120 140 036
“AN EFFECT TAPINGOF ABDOMINAL WITH (Dibimbing Oleh
Wahyuni, S.Fis., M.Kes)
BACKGROUND: Women will experience menstrual pain after the first
menarche (menarche) 6-12 months. Dysmenorrhea is divided into primary
dysmenorrhea and secondary dysmenorrhea. Dysmenorrhea is menstrual pain
without any pathology process characterized by pain in the lower abdomen
spreading the lower back to the thigh. Caused by an imbalance of prostaglandin
secretion in the endometrium during menstruation. This, a person can not normal
activities so that interfere with school and work activities.
PURPOSES:. To determine the effect of taping on the abdominal to primary
dysmenorhea to reduce pain in the lower abdomen
METHOD: This research type is Quasi Experimental, with pre and post test
design with control gruop design. Sampling technique using Accidental sampling.
Total sample of 20 people consisting of 10 treatment groups and 10 control
groups. Taping is given 2 weeks before menstruation until the first day of
menstruation. Measurement of pain using Visual Analog Scale (VAS). Data
analysis using shapiro wilk test, test of influence of simple test T test, difference
test of influence using test of mann-whitney.
RESULT OF RESEARCH: based on statistical test got significant result with
value P is 0,000 where p <0,05 which mean ha accepted. This means that there is
a taping effect on the abdominal to decrease primary dysmenorrhea.
Conclusion: Taping proved to have an effect on primary dysmenorrhea
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Piriformis Syndrome Sinistra Di Rsud Saras Husada Purworejo
Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan di RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO dengan maksud memberikan informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Piriformis Syndrome di kalangan fisioterapi dan paramedis pada kasusnya serta masyarakat pada umumnya.
Piriformis syndrome adalah nyeri pada area gluteal menjalar sampai ke tungkai. Permasalahan yang ditemukan dalam kasus ini meliputi kapasitas fisik: (1) Adanya nyeri tekan, diam dan nyeri gerak, (2) Adanya spasme otot pada m.piriformis, m.hamstring, m.gastrocnumius (3) Adanya penurunan LGS (4) Adanya penurunan kekuatan otot.
Metode penelitian yang digunakan dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengadakan penelitian berupa studi kasus dengan analisa data deskriptif.
Pembahasan ini bertujuan untuk mengungkapkan seberapa jauh hasil yang didapat atau efektivitas pemberian IR, TENS serta Terapi latihan terhadap kondisi Piriformis syndrome pada penderita Ny. S yang berumur 47 tahun. Hasil menunjukkan bahwa selama enam kali tarapi didapatkan: penurunan intensitas nyeri T1 : nyeri diam = 2, nyeri tekan = 6,6, nyeri gerak = 6, T6 : nyeri diam = 1, nyeri tekan = 3, nyeri gerak =2. Peningkatan kekuatan otot fleksi hip T1 : 3 menjadi T6 : 5, ekstensi hip T1 : 3 menjadi T6 : 5, abduksi hip T1 : 3 menjadi T6 : 4, adduksi hip T1 : 3 menjadi T6 : 5, eksorotasi hip T1 : 3 menjadi T6 : 4, endorotasi hip T1 : 3 menjadi T6 : 4. Peningkatan lingkup gerak sendi bagian hip sagital T1 : 10-0-40 menjadi T6 : 37-0-80, frontal T1 : 30-0-20 menjadi T6 : 40-0-40, rotasi T1 : 10-0-20 menjadi T6 : 30-0-30. Penurunan spasme m.piriformis T1 : ada menjadi T6 : tidak ada, m.hamstring T1 : ada menjadi T6 : tidak ada, m.gastrocnumius T1 : ada menjadi T6 :tidak ada
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cervical Root Syndrome Dengan Modalitas Infra Red, Tens Dan Terapi Latihan Di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta
Latar Belakang: Cervical root syndrome adalah sindroma atau keadaan yang ditimbulkan oleh adanya iritasi atau kompresi yang ditandai dengan adanya rasa nyeri pada leher yang menjalar ke bahu dan lengan sesuai dengan radiks yang
terkena sehingga mengalami nyeri pada leher menjalar sampai jari-jari tangan disertai rasa panas, kesemutan dan terasa tebal pada jari-jari tangan. Peran fisioterapi pada kasus cervical root syndrome bisa menggunakan modalitas terapi
dengan infra red, TENS dan terapi latihan. Tujuan: Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri pada kasus cervical root syndrome dengan menggunakan infra red, TENS dan terapi latihan. Hasil: Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil penilaian pada
nyeri dan spasme berkurang
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Lansia Dengan Frozen Shoulder Sinistra (Kiri) Di Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta
Latar Belakang : Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau
riwayat trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif. Frozen shoulder secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh terapi dengan Micro Wave Diathermy dapat menurunkan nyeri sendi bahu dalam kasus frozen shoulder sinistra, pengaruh terapi latihan (LGS) dan latihan metode shoulder wheel dapat meningkatan kekuatan otot bahu pada kasus frozen shoulder sinistra dan pengaruh terapi terhadap kenaikan kemampuan fungsional pada kasus frozen shoulder sinistra.
Hasil: Pemberian Micro Wave Diathermy dapat mengurangi nyeri pada kasus frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva atau tidak dan setelah dilakukan evaluasi dengan skala VDS maka dapat dilihat bahwa adanya penurunan derajat nyeri. adanya peningkatan lingkup gerak sendi baik saat gerak aktif maupun pasif. Pemberian MWD, terapi ini suatu paket modalitas berfungsi untuk meningkatkan lingkup gerak sendi, pada kasus yang diungkap penulis ini peningkatan lingkup
gerak sendi dipengaruhi juga oleh penurunan nyeri pada bahu kiri sehingga pasien akan lebih aktif menggerakkan lengannya. Pemberian terapi pertama sampai keenam menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot penggerak sendi bahu. Dengan pemberian modalitas terapi latihan khususnya pemberian pembebanan menggunakan shoulder wheel selain dapat mempertahankan kekuatan otot yang
sudah ada juga dapat meningkatkan kekuatan otot. Hasil evaluasi diatas didapatkan hasil semakin menurun yang berarti semakin meningkatnya kemampuan aktivitas sehari-hari. Dari rata-rata dari jumlah hasil total semua
pertanyaan dari setiap evaluasi menggunakan SPADI terutama disability scale menunjukakan adanya kenaikan kemampuan fungsional yang mampu dilakukan pasien. Pada T0-1 dengan rata-rata 6,9 sedangkan pada T3 hasil rata-rata 5,5 dan
pada T6 dengan rata-rata 4,9.
Kesimpulan: Micro Wave Diathermy terapi manipulasi, dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot bahu pada pasien frozen shoulder sinistra
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder e/cCa Mamae Di RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta
Latar belakang :Frozen Shoulder e/cCa Mamae bisa disebut kekakuan pada shoulder yang diakibatkan karena imobilisasi yang lama dari post Ca Mamae sinistra.Pada kasus ini modalitas yang diberikan adalahTranscutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), terapimanipulasidanterapilatihan.
Tujuan :Untukmengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nye ri, meningkatkan kekuatan ototdanlingkup gerak sendi dengan menggunakan modalitas Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TENS), terapi manipulasi dan terapi latihan. Hasil :Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil Penurunan nyeri dari nyeri gerak dengan awal T1 : 5 menjadi T6 : 3, nyeri tekan yang sebelumnyaT1 : 4 menurun menjadi T6 : 2, peningkatan LGS pada shoulder dengan awal T1 : hasil (S) : 35º-0- 90º, (F) : 80º-0-30 º dan (R)(F90) : 30º-0-20º dan pada T6 didapat (S) : 45º-0-105º, (F) : 90º- 0-45º dan (R)(F90) : 40º-0-30º sedangkan pada gerak pasif didapatkan (S) : 40º-0-95º, (F) :
85º-0-35º dan (R)(F90) : 35º-0-25º pada T0-1 dan pada T6 didapat (S) : 45º-0-105º, (F) : 95º- 0-50º dan (R)(F90) : 45º-0-35º. Secara tidak langsung dengan mulai berkurangnya nyeri yang dirasakan dan LGS yang mulai bertambah. Sedangkan untuk kekuatan otot dengan MMT didapat hasil dari dari T1 sampai dengan T6 yang sebelumnya MMT otot fleksor nilai 4 menjadi 4+, ekstensor 4 menjadi 4+, abduktor 4- menjadi 4, adduktor 4 menjadi 4+, eksorotator 4- menjadi 4 dan endorotator 4- menjadi 4.evaluasi menggunakan SPADI
terutama disability scale yang ditemukan pada T1 dengan rata-rata 6,25 dan pada T6 dengan rata-rata 4,5, terlihat adanya penurunan ketidakmampuan pasien dalam melakukan suatu
aktivitas yang melibatkan sendi bahu kiri. Kesimpulan: Aplikasi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS),
terapimanipulasidanterapilatihan. dapat membantu proses penyembuhan permasalahan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi
pada pasien Stiffnes Frozen Shoulder E/C Ca Mamae
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Close Frakture 1/3 Distal Humerus Sinistra Di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Latar belakang : fraktur humeris 1/3 distal merupakan fraktur yang terjadi di antara 1/3 tengah dan suprakondiler, yang mengenai nervus radialis. Kodisi
fraktur dapat menimbulkan kondisi nyeri, keterbatasan LGS serta gangguan fungsional. Tujuan : Untuk mengetahui manfaat Infrared, Electrical stimulation dan Terapi latiahn untuk mengurangi nyeri, menurunkan oedem dan spasme, meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS) serta meningkatkan fungsional gerak extensi wrist pada kondisi fraktur 1/3 distal humeri sinistra. Hasil : Dari hasil terapi dapat di simpulkan bahwa adanya penurunan nyeri dengan VAS dari terapi T0 sampai T6 dapat dilihat, nyeri diam T0 sampai T6
nilai( 0 ), sedangkan nyeri tekan pada T0 sampai T4 nilai ( 2 ) belum ada penurunan pada T5 samapi T6 ada penurunan nilai ( 1 ), Nyeri Gerak dari T0 sampai T4 niali ( 4 ) sedangkan pada T5 sampai dengan T6 nilai ( 3 ). sedang
nyeri gerak pada th0 sampai Th2 nilai (3). Oedem diukur dengan mideline dari epicodylus 5 cm ke proximal T0 samapi T3 nilai 27, T4 sampai T6 nilai 26 adanya penurunan Oedem. LGS dengan Goneometer dari T0 sampai T3 selisish gerak fleksi 1350, T4 sampai T6 hasil 1400 ada peningkata LGS. Kekuatan Otot pada pada gerak extensi T0 sampai T4 nialai 3-, T5 sampai T6 nilai 3. Fleksi T0 sampai T4 nilai 3-,T4 sampai T6 nilai 3. Gerak pronasi dari T0 sampai T4 nilai 2,
T5 sampai T6 nilai 2+, Gerak supinasi dari T0 sampai T4 nilai 2, T5 sampai T6 nilaimenjadi 2+. Kesimpulan : Infrared dapat mengurangi nyeri, oedem, spasme, Terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot. Hold relaxed dapat menambah lingkup gerak sendi (LGS), Electrical stimulation ( Arus faradic ) dapat mengotraksikan otot
- …