173 research outputs found
MENJELASKAN RELASI ANTARA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN KORUPSI DAN KETERLIBATAN MASYARAKAT SIPIL DI KOTA MALANG
Artikel ini menjelaskan relasi antara kualitas pelayanan publik dengan korupsi dan keterlibatan masyarakat sipil di Kota Malang. Tulisan ini tersusun melalui studi pustaka, dokumentasi dan wawancara terbatas karena ada penyebaran Covid-19. Jelas, bahwa kualitas pelayanan publik yang baik di Pemerintahan Kota Malang dipengaruhi oleh sistem administrasi atau Standart Operating Procedure (SOP), tingkat pengetahuan dan sikap profesional dari Aparatur Sipil Negara (ASN), keberadaan masyarakat sipil dalam penyelenggaraan pemerintahan. Korupsi yang terjadi di Kota Malang bermula dengan terjadinya mal-administrasi dalam urusan pelayanan publik dan tidak berfungsinya peran ideal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kota Malang.Ā Ā Ā This article explains the relationship between the quality of public services and corruption and the involvement of civil society in Malang City. This paper was structured through literature study, documentation and limited interviews due to the spread of Covid-19. It is clear, that the quality of good public services in Malang City Government is influenced by the administration system or Standard Operating Procedure (SOP), the level of knowledge and professional attitudes of the State Civil Apparatus (ASN), the existence of civil society in government administration. Corruption that occurs in Malang City begins with the occurrence of mal-administration in matters of public services and the dysfunction of the ideal role of Non-Governmental Organizations (NGOs) in Malang City.Ā
MALANG CORRUPTION WATCH SEBAGAI GERAKAN MASYARAKAT SIPIL DALAM MEMBANGUN BUDAYA ANTI-KORUPSI DI DAERAH
Corruption is a problem that threatens various sectors, such as politics, education, economy, culture, and health. At the area level, corruption cases are a threat that is difficult to detect because of the absence of ad-hoc institutions in conducting surveillance. Therefore, it takes an independent civil society at the area level to enable monitoring and voiced the idea of anti-corruption. This study aims to determine the role of non-governmental organizations namely Malang Corruption Watch in building an anti-corruption culture in Malang Raya. The method used in writing this article is a literature study. The results of this study indicate that Malang Corruption Watch is a non-governmental organization that has an independent nature. In overcoming the problem of communal corruption, Malang Corruption Watch provides citizenship education to the peopleās in the form of people political education, public schools, citizen forums, community groups guarding public services, campaigning for anti-corruption movements, and anti-corruption schools to increase the critical power of citizens in addressing the middle public problems happen. Furthermore, there are several posts complaints that are provided so that citizens can easily express their aspirations to realize an anti-corruption cultur
KIPRAH NON GOVERNMENT ORGANIZATION DALAM BINGKAI CIVIL SOCIETY DI INDONESIA (Studi di Malang Corruption Watch /MCW Sebagai Sosial Kontrol Hukum di Malang Raya)
ABSTRAKKasus korupsi yang belum mereda, di Indonesia berdiri Organisasi non Government atau NGO yang berfokus pada monitoring kegiatan pemrintahan terutama terkait proses anggaran belanja dan pembangunan yang didalamnya rentan akan tindak korupsi. ICW adalah salah satu NGO yang berdiri yang berfokus pada pengawasan terhadap tindak korupsi yang terus terjadi didalam badan pemerintah. Karena kasus korupsi sudah merebak luas di Indonesia, tidak hanya pada sector pusat sector daerah pun terdapat kasus korupsi. MCW pun berdiri sebagai wujud ICW dalam sector daerah Malang raya. MCW sendiri merupakan organisasi non profit dan non government yang dibentuk untuk menyuarakan dan mewakili kepentingan public. Keterbukaan pemerintah yang kurang serta pengawasan public yang minim membuat tindak korupsi tidak akan mudah berakhir. Dari situlah MCW hadir sebagai penjembatan anatara kepentingan public dengan pemerintah. Ā Kata Kunci : Korupsi, NGO, Publi
GERAKAN ANTI KORUPSI MALANG CORRUPTION WATCH
Journey of the indonesia cannot be separated from the whose name corruption, various problems corruption then make a nation it tries to with very hard to do the eradication of corruption, then now kpk, the commission would grow up and incarnate as a power terlembaga, however kpk but many that blocks, so that his movement often in politician, in addition problems arise related the area of that causes limited kpk in running tasks and functions. Then institutions here needed in regions have motion based in society to be opposition from government in the fight against corruption the , one of which is unfortunate corruptions watch that is unfortunate highway , to attract football to scrutinize about lunge mcw as of a motion social , this research use the model descriptive qualitative , with data source of interviews and documentation. MCW is non-governmental organizations which has grown and developed social as of a motion that which appears or present of former activist in the era of reformasi, mcw use 3 strategies in efforts to eradicate corruption namely, prevention, law enforcement, anti-corruption education
Bunga Rampai Opini Guru Besar Antikorupsi: Memperkuat & Mempertahankan KPK
Rencana Parlemen untuk melakukan Revisi terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (Revisi UU KPK) yang dinilai melemahkan KPK akhirnya tertunda pada akhir Februari 2016 lalu. Penundaan ini setidaknya merupakan respon dari Presiden dan DPR RI terhadap banyaknya penolakan atas rencana Revisi UU KPK. Salah satu kelompok yang menolak Revisi UU KPK adalah para Guru Besar dari Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia yang tergabung dalam Forum Guru Besar Tolak Revisi UU KPK
PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DALAM MELAKUKAN KONTROL PUBLIK TERHADAP KEBIJAKAN TATA RUANG DI KOTA (Studi Kasus Pada Malang Corruption Watch)
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mempunyai peran strategis sebagai pembangunan nasional. LSM berkontribusi penting terhadap pembangunan yang berkaitan dengan politik, ekonomi dan social. Selain itu, LSM merupakan salah satu factor penting dalam aktifitas bernegara, karena dengan adanya LSM dapat diperoleh informasi yang penting sebagai dasar pengembangan terhadap kondisi kehidupan bernegara. Berangkat dari hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui beberapa hal terkait dengan bagaimana peran LSM, faktor pendukung dan kendala di Malang Corruption Watch terhadap kebijakan tata ruang di Kota Batu. Yang hasilnya akan berdampak terhadap kehidupan berpolitik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan terkait dengan peran yang dilakukan oleh Malang Corruption Watch terhadap kebijakan tata ruang Kota Batu, serta untuk mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses kontrol kebijakan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, dimana dalam analisisnya peneliti menggunakan teori lembaga swadaya masyarakat oleh Mansour Fakih 2004, yang membahas mengenai pendidikan politik bagi masyarakat dan toeri Hagul mengenai kontroling terhadap kebijakan publik. Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) MCW telah melakukan pendidikan politik tata ruang kepada masyarakat. 2) MCW telah melakukan fungsi kontroling diantaranya pengawasan, audiensi serta demontrasi berkaitan tata ruang. 3) Sedangkan beberapa factor pendukung yaitu masyarakat luas dan dukungan media. Disisi lain, yang menjadi faktor penghambat dalam pencapaian adalah konsistensi dalam mengembangkan masyarakat sipil, ancaman oknum aparat dan ketidakemauan pemerintah dalam membuat kebijakan public pro masyarakat.Ā Kata Kunci: Lembaga Swadaya Masyarakat, Kontrol Publik, partisipasi masyarakat, Tata Ruan
STRATEGI ADVOKASI GERAKAN SOSIAL FITRA DALAM PENCEGAHAN KORUPSI (Studi Kasus: Forum Indonesia Transparansi Anggaran/FITRA)
Penelitian ini secara garis besar memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk
menganalisis gerakan sosial FITRA dalam pencegahan korupsi. Kedua, pada
penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis strategi advokasi oleh Forum
Indonesia Transparansi Anggaran (FITRA) dalam terciptanya tata kelola yang baik
(good governance) sehingga praktek tindakan korupsi dapat dicegah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Informan dalam penelitian ini adalah 5 orang anggota FITRA. Teknik pengumpulan
data dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dan observasi langsung sejak
Januari - akhir Maret 2017, serta studi literatur dalam pengumpulan data primer dan
sekunder. Penelitian strategi gerakan sosial FITRA dalam pencegahan korupsi
peneliti menggunakan teori gerakan sosial dari Sidney Tarrow dan konsep strategi
advokasi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa FITRA dengan advokasi gerakannya
dalam pencegahan korupsi termasuk kedalam gerakan sosial. Analisis gerakan sosial
menggunakan teori Sidney Tarrow dengan premis yang sesuai dengan penelitian ini
yaitu didalamnya terdapat tantangan kolektif, tujuan bersama, solidaritas dan
memelihara politik perlawanan dengan cara melakukan pengawasan dan kontrol
publik kepada pemerintah. Gerakan sosial FITRA dalam melakukan strateginya
menggunakan pola-pola yang terdiri dari pola kegiatan riset, pola keterbukaan
informasi dan pola strategi pendidikan dan pelatihan. Serta advokasi sebagai bagian
gerakan sosial, FITRA terdiri dari kerjasama baik dengan simpul jaringan dan
kemitraan, persuasi melalui media massa, dan edukasi melalui pendidikan dan
pelatihan. Secara menyeluruh gerakan sosial FITRA belum maksimal dalam
melakukan perubahan sosial hal ini dikarenakan Seknas FITRA hanya melibatkan
stakeholder sehingga masyarakat belum terlibat aktif dan kurang memiliki kesadaran
untuk bersama-sama melakukan kontrol publik dan pengawasan sebagai pencegahan
korupsi.
This research has two main objectives. First, to analyze FITRA's social
movement in preventing corruption. Secondly, this study also aims to analyze the
advocacy strategy by Forum Indonesia Transparency Budget (FITRA) in the creation
of good governance so that corrupt practices can be prevented.
This research uses qualitative approach with descriptive method. Informant in
this research is 5 member of FITRA. Data collection techniques were conducted
through in-depth interview techniques and direct observation from January to end of
March 2017, as well as literature studies in primary and secondary data collection.
The research of FITRA's social movement strategy in preventing corruption of the
researcher uses social movement theory from Sidney Tarrow and the concept of
advocacy strategy.
The results show that FITRA with its movement advocacy in the prevention of
corruption belongs to social movement. The analysis of social movements using
Sidney Tarrow theory with the premise in accordance with this research is in it there
are collective challenges, common goals, solidarity and maintaining resistance
politics by way of monitoring and public control to the government. FITRA's social
movements in its strategy use patterns consisting of patterns of research activities,
patterns of information disclosure and patterns of educational and training strategies.
As well as advocacy as part of the social movement, FITRA consists of good
cooperation with network nodes and partnerships, persuasion through mass media,
and education through education and training. Overall FITRA social movement is not
maximal in doing social change this is because Seknas FITRA only involving
stakeholder so that society have not actively involved and lack of awareness to jointly
conduct public control and supervision as prevention of corruption
GERAKAN KOMUNITAS YOUTH PROACTIVE (Studi: Tentang Perjuangan Perempuan-perempuan Melawan Korupsi)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran perempuan dalam
komunitas antikorupsi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui identitas
perempuan di komunitas antikorupsi yang identik dengan gerakan maskulin. Konsep
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan konsep perempuan,
komunitas, gerakan sosial baru dan masyarakat jaringan.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus melalui pendekatan kualitatif.
Waktu penelitian dari bulan Desember 2016 hingga Maret 2017. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi atau pengamatan, dan
studi dokumentasi. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dan observasi,
sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literature, internet dan studi pustaka.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari 4 orang informan
kunci, yaitu 1 yang menginisiasi komunitas Youth Proactive dan 3 anggota komunitas
Youth Proactive. Selain para informan kunci tersebut, terdapat 1 informan pendukung
dan 1 informan untuk Triangulasi data dilakukan dengan cara mewawancarai staff
Komnas Perempuan, guna mengkonfirmasi kebenaran kinerja perempuan dalam
komunitas antikorupsi Youth Proactive.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pentingnya perempuan
untuk terlibat dalam komunitas antikorupsi. Melalui komunitas anti korupsi tersebut
perempuan dapat menyuarakan suaranya dan mendapatkan edukasi mengenai anti
korupsi. Perempuan-perempuan tersebut juga terlibat aktif dalam memberikan ideļæ½ide dalam setiap kegiatan komunitas. Perempuan sebagai aktor dalam gerakan
merupakan identitas kolektif yang terbentuk menjadi aksi kolektif dalam anti korupsi
di Komunitas Youth Proactive. Melalui media sosial, Komunitas Youth Proactive
menyebarkan isu dan menampung suara-suara masyarakat mengenai kasus tindak
korupsi.
This research to describe the role of women in anti-corruption communities.
This research also to determine the identity of women in the anticorruption
community that is identical to the masculine movement. The concept used in this
research is using the concept of women, community, new social movement and network
society.
This research used case study method through qualitative approach. Study
time from December 2016 to March 2017. Data collection techniques used indepth
interview techniques, observation, and documentation studies. Primary data
obtained by interview and observation, while secondary data obtained from literature
study, internet and literature study. Subjects in this study were 5 people consisting of 4
key informants, 1 who initiated the Youth Proactive community
and 3 members of the Youth Proactive community. In addition to the key informants,
there was 3 supporting informants and 1 informant for Triangulation of data was
done by interviewing Komnas Perempuan staff to confirm the truth of women
performance in Youth Proactive anticorruption community.
The results of this research indicate that there is a significant need for women
to engage in anti-corruption communities. Through this anti-corruption community
women can voice their voice and get education about anti corruption. The women are
also actively involved in providing ideas in every community activity. Women as
actors in the movement are collective identities formed into collective action in antiļæ½corruption in the Youth Proactive Community. Through social media, the Youth
Proactive Community spreads the issue and accommodates people's voices about
corruption
- ā¦