8 research outputs found

    Deteksi Persebaran Air Lindi Menggunakan Inversi VLF-EM Studi Kasus TPA Ngipik

    Get PDF
    Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngipik menggunakan sistem Openg Dumping, sehingga dengan sistem ini akan menyebabkan pencemaran lingkungan salah satunya melalui air lindi yang dihasilkan dari sampah. Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi air lindi menggunakan metode Inversi VLF-EM. Dari hasil pengolahan data VLF menggunakan inversi diperoleh nilai resistivitas daerah yang teridentifikasi adanya air lindi berkisar 1.6-2.5 yang sudah tersebar hingga kedalaman 15 m. Hal ini mengidentifikasikan bahwa air lindi sudah tersebar di Area TPA Ngipi

    Self-Potential Method to Assess Embankment Stability: A Study related to the Sidoarjo Mud Flow

    Get PDF
    The stability of an embankment is generally influenced by a number of factors, such as deformation, fractures, overtopping, seepage, etc. Fractures and seepage are commonly found in the LUSI (Sidoarjo mud flow) embankment. In this study, analysis of self-potential (SP) data was applied to identify fractures and seepage in the LUSI embankment. Noise-Assisted Multivariate Empirical Mode Decomposition (NA-MEMD) and Continuous Wavelet Transform (CWT) were applied to determine the location of seepage and fractures in the subsurface based on SP data. The results were correlated with the 2D direct current resistivity (DCR) method, which showed that both methods worked well and were compatible in detecting and localizing fracture and seepage in the LUSI embankment

    Penilaian Potensi Tanah Longsor Menggunakan Metode VLF-EM Di Daerah Jalan Raya Trenggalek−Ponorogo Km 23

    Get PDF
    Longsor di Jalan Raya Ponorogo-Trenggalek KM 23 kemungkinan disebabkan oleh adanya retakan yang telah terisi fluida. Hal ini dibuktikan bahwa rumah-rumah disekitar lokasi longsor, ditemukan retakan-retakan kecil. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan persebaran aliran fluida dibawah permukaan menggunakan metode Very Low Frequency Electromagnetic (VLF-EM). Hasil dari pengolahan metode VLF-EM, dapat diinterpretasikan secara kualitatif menggunakan filter Fraser dan Karous-Hjelt. Dan analisa kuntitatif (inversi). Analisa Kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi lokasi anomali, sedangkan proses inversi untuk mengetahui nilai resistivitas 2D. Hasil inversi tersebut dimodelkan untuk menghasilkan model Resistivitas 3 Dimensi. Hasilnya ialah terdapat beberapa anomali dengan nilai resistivitas rendah ± 8 ohm meter, yang berkolerasi dengan dengan adanya retakan. Nilai resistivitas rendah disebabkan adanya batuan yang telah tersaturasi dengan fluida. Oleh karena itu, posisi resistivitas rendah ini mengindikasikan bahwa posisi yang berpotensi terjadinya longsor. ========================================================= A landslide on the Ponorogo-Trenggalek KM 23 highway is likely caused by the presence of the cracks that filled by the fluid. It is proven by the presence of some small cracks on the houses around the landslide area. Therefore, it is necessary to map the fluid distribution in the subsurface using the Very Low Frequency Electromagnetic (VLF-EM) method. The result of the VLF-EM data can be interpreted using Fraser and Karous-Hjelt filters (qualitaitve) and also inversion method (quantitative). Qualitative analysis is used to identify the anomaly location. Otherwise, the inversion process is used to determine 2D resistivity. The inversion result is to produce 3D Resistivity model. Based on the result, there are a few anomalies with low resistivity value ± 8 ohm-metres, which is correlated with the cracks in the area. This low resistivity value caused by the rocks which contained by fluid. thus the low resistivity indicates that the potential occurrence of landslides

    Analisa Kerawanan Longsor Menggunakan Metode Vlf-Em Di Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo

    Get PDF
    Geologi di Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo tersusun atas batuan sisipan batupasir. Karakteristik tanah tersebut memiliki porositas besar, sehingga air di permukaan lebih mudah masuk ke dalam tanah. Untuk mengetahui tingkat kerawanan longsor, diperlukan pemetaan persebaran aliran fluida bawah permukaan tanah. Pada penelitian ini, pemetaan dilakukan menggunakan metode Very Low Frequency (VLF-EM). Hasil dari analisa data VLF-EM, digunakan filter Fraser & Karous-Hjelt serta proses inversi untuk mengetahui nilai resistivitas 2D. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa anomali konduktif dan resistif. Anomali konduktif berkorelasi dengan retakan-retakan yang terdapat di lokasi penelitian dengan nilai resistivitas ± 6 ohm meter. Nilai resistivitas ini diduga disebabkan oleh adanya batuan yang telah tersaturasi dengan fluida, sehingga memiliki nilai resistivitas rendah. Tanah yang telah tersaturasi fluida ini yang dapat menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor. ==================================================================================================================== Geology in Tugurejo Village, Slahung District, Ponorogo Regency is contain of sandstone. The soil Characteristics has a large porosity, so that water on the surface more easily get into the soil. To determine the level of landslide vulnerability, it is necessary to mapping the spread of fluid flow below the soil surface. In this research, the mapping is done using Very Low Frequency (VLF-EM) method. Results of VLF-EM data analysis, used Fraser & Karous-Hjelt filter and inversion process to find out the value of 2D resistivity. The results obtained from this research are conductive and resistive anomalies. Conductive anomalies correlate with the cracks located at the study site with a resistivity value of ± 6 ohm meters. This resistivity value is thought to be caused by the presence of rocks that have been saturated with fluid, thus having a low resistivity value. Land that has been saturated this fluid that can cause a landslide disaster

    Integrasi Metode Self Potential dan Metode Very Low Frequency-Electromagnetic untuk Identifikasi Nilai Potensi Tanah Longsor di Sekitar Jalan Raya Trenggalek-Ponorogo KM-23

    Get PDF
    Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sering mengalami longsor, khususnya di sekitar daerah Jalan Raya Ponorogo-Trenggalek KM-23. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi nilai potensi longsor untuk meminimalisir kerugian akibat longsor. Yang dapat dilakukan melalui identifikasi bawah permukaan menggunakan metode Very Low Frequency-Electromagnetic (VLF-EM) dan penentuan aliran fluida bawah permukaan menggunakan metode Self-Potential (SP). Hasil dari pengukuran data VLF EM dan SP di sekitar daerah Jalan Raya Ponorogo-Trenggalek KM-23 ialah dengan metode SP mendapatkan anomali yang berupa anomali dipole dan monopole yang mengindikasikan adanya rekahan dan aliran fluida. Yang berkorelasi dengan metode VLF-EM yang ditunjukkan dengan persebaran fluida berdasarkan nilai resistivitas rendah (± 2-10 Ωm). Selain itu, peneltan ini mengindikasikan bahwa aliran fluida berasal dari arah barat menuju timur dengan kedalaman berkisar 1-6 m. Keberadaan rekahan dan aliran fluida bawah tanah ini menjadi penyebab daerah penelitian merupakan daerah rawan longsor. ================================================================================================================== Ponorogo is one of the region in Indonesia prone to landslide, especially especially around the area of Jalan Raya Ponorogo-Trenggalek KM-23. Thus, important to identifying landslide potential for minimized losses due landslide by identifying the subsurface in landslide prone areas using integrated Very Low Frequency of Electrommagnet (VLF-EM) and can be performed soil subsurface analysis and flow direction of fluid in the ground Self Potential (SP) method. The result measurement of VLF-EM and SP data around Ponorogo-Trenggalek KM-23 Highway is SP method to get anomaly in the form of anomalies dipole and monopole which indicate the existence of fracture and fluid flow. Which correlates with the VLF-EM method shown by the fluid spread based on the low resistivity value (± 2-10 Ωm). In addition, this designation indicates that the fluid flow is from west to east with depths ranging from 1 to 6 m. The existence of fractures and the flow of underground fluid is the cause of the research area is prone to landslides

    Integrasi Metode Self Potential Dan Resistivitas Untuk Identifikasi Rembesan Air Pada Tanggul Lumpur Sidoarjo (LUSI)

    Get PDF
    Tanggul LUSI telah berulang kali mengalami kegagalan yang mengakibatkan tanggul tersebut runtuh (collapse). Salah satu penyebab runtuhnya tanggul ialah adanya saturasi air pada tanggul melalui retakan atau pori-pori pada tanggul. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi zona rembesan akibat retakan pada tanggul. Identifikasi penyebab kegagalan tanggul LUSI ini menggunakan metode Self Potential dan resistivitas yang tidak merusak lingkungan sekitar tanggul. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan tujuan untuk mengidentifikasi rembesan air pada tanggul LUSI. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat beberapa kemungkinan adanya retakan yang mengakibatkan rembesan pada tanggul yang diukur pada kedalaman sekitar 5-50m. ======================================================================================== There has been several failures in the LUSI embankment that causing the embankment to be collapse. The cause of this incidence might be because of the presence of water saturation through fractures and pores in the embankment. Therefore, seepage identification is a very important thing to do in order to estimate the seepage zones due to fractures and pores in the embankment. Geophysical method has an important role in mapping seepage paths and monitoring the embankment. Self Potential and resistivity method are non-destructive technique that can be used in embankment monitoring. The data are obtained then processed in order to identify the seepage in the LUSI emabankment. The result of this research shows that there are several possible fractures as the cause of seepage in the LUSI emabakment at estimated depth of 5m-50m

    Pemisahan Anomali Lokal - Regional Pada Data Magnetik Lapangan Panas Bumi Z Menggunakan Metode Bidimensional Ensemble Empirical Mode Decomposition

    Get PDF
    Pada penelitian ini digunakan data non-linier dan non-stasioner sehingga digunakan metode yang baik untuk mengolah data non-linier dan non-stasioner, metode yang biasanya digunakan untuk memisahkan anomali lokal regional pada data magnetik adalah metode Upward Continuation. Metode Upward Continuation merupakan proses transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang lebih tinggi. Pada engolahan data geomagnetik, proses ini dapat berfungsi untuk menghilangkan atau mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Akan tetapi, anomali egional yang didapatkan melalui metode ini sangat tergantung pada parameter preset. Sehingga itu juga merupakan kelemahan metode tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan anomali lokal dari anomali regional dengan menggunakan metode bidimensional ensemble empirical mode decomposition (BEEMD). Pada awalnya, EMD yang diperkenalkan oleh Huang dkk, (2009) diperbaiki dengan melakukan penggabungan noise-assited dari data dan dengan metode EMD sendiri, menunjukkan perbaikan dari hasil EMD saja. Dari revisi tersebut EMD menjadi filter yang robust dalam menganalisis data yang nonliner dan non stasioner. Selanjutnya metode EMD dikembangkan lagi menjadi EEMD karena adanya problem utama yang sering terjadi dalam proses EMD yaitu terjadinya mode mixing yang memungkinkan terjadinya satu IMF yang terdiri dari beberapa sinyal dari skala berbeda atau beberapa sinyal atau satu sinyal yang skalanya sama tetapi berbeda letak komponen IMF-nya. Penelitian ini menggunakan data magnetik berupa image sehingga metode yang paling tepat ialah dengan menggunakan metode BEEMD (Bidimensional Ensemble mpirical Mode Decomposition) karena metode BEEMD merupakan metode EEMD untuk data lebih dari 1 dimensi. Penelitian ini dilakukan agar setelah pengolahan data magnetik, interpretasi data yang dihasilkan menjadi lebih baik. Hasil analisa menunjukkan bahwa metode Upward Continuation merupakan metode untuk memisahkan anomali lokal-regional yang bergantung pada preset yang mengharuskan penginterpretasi harus memiliki pengalaman yang cukup untuk memisahkan anomali lokal-regional data geomagnet sedangkan metode Bidimensional Ensemble Empirical Mode Decomposition (BEEMD) terbukti lebih mudah untuk memisahkan anomali lokal regional dengan baik tanpa menggunakan asumsi-asumsi sehingga metode Bidimensional Ensemble Empirical Mode Decomposition bisa menjadi acuan sebagai pengganti filter data magnetik untuk memisahkan anomaly lokal-regional =================================================================================== Geomagnetic Data from the measurement results are expected to show the actual geological conditions. In most case studies, magnetic anomaly data are always mixed with other magnetic anomalies derived from other sources are deeper and broader below the earth's surface. This magnetic anomaly is referred as a regional magnetic anomaly. The used data in this research is non-linear and non-stationary data. Upward Continuation method often used to separate the regional local anomalies in the magnetic data. Upward continuation is a method used in oil exploration and geophysics to estimate the values of a gravitational or magnetic field by using measurements at a lower elevation and extrapolating upward, assuming continuity. This process can serve to eliminate or reduce the effects of local magnetic coming from various sources magnetic objects scattered on the surface topography that is not associated with the survey on geomagnetic data processing. However, regional anomaly obtained through this method is highly dependent on preset parameters or assumption. So it is also a weakness of the method. This study aims to separate a local anomaly of regional anomalies using ensemble bidimensional empirical mode decomposition (BEEMD). EMD introduced by Huang et al and developing of the EMD become robust filter in analyzing nonlinear and non-stationary data. Furthermore, the method EMD developed into EEMD for their major problem called 'mixing mode' that often occurs in the process of EMD namely the mode of mixing which allow the IMF that consist of multiple signals of different scale or some signal. This research uses magnetic data in the form of an image so that the most appropriate method is BEEMD (Bidimensional Ensemble Empirical Mode Decomposition). This research is conducted in order that the interpretation of data generated for the better and easier after the processing of magnetic data

    Aplikasi Metode Very Low Frequency Electromagnetic (VLF-EM) Untuk Karakterisasi Bawah Permukaan Di Daerah Kapur Desa Melirang Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik

    Get PDF
    Metode Very Low Frequency Electromagnetic (VLF-EM) merupakan metode geofisika yang cepat dan ramah lingkungan. Metode ini termasuk dalam kategori metode pasif, dimana sumber gangguan gelombang elektromagnetik tidak dibangkitkan sendiri melainkan berasal dari sumber yang sangat jauh. Metode ini menggunakan gelombang radio dengan frekuensi yang sangat rendah (15-30 kHz), yang biasanya dipergunakan dalam sistem navigasi kapal selam. Rentang frekuensi metode VLF-EM ini, memungkinkan daya penetrasi kedalaman yang cukup dalam eksplorasi batuan dolomit di daerah kapur. Dengan alasan tersebut, metode VLF-EM akan digunakan pada penelitian ini dengan tujuan untuk mengkarakterisasi bawah permukaan dan menentukan sebaran batuan dolomit daerah kapur di Desa Melirang, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Pengambilan data lapangan dilakukan pada enam lintasan dengan panjang masing- masing 550 meter, dengan jarak spasi pengukuran 5 meter, dan jarak antar lintasan pengukuran 100, 200, dan 300 meter. Data lapangan yang diukur metode VLF-EM ini terdiri dari data: inphase, quadrature, tilt-angle, dan total field. Pemrosesan data menggunakan bahasa komputasi MATLAB R2010a, dan Inv2DVLF (Bahri, 2008) digunakan untuk mengkarakterisasi sebaran batuan dolomit di daerah penelitian. Interpretasi data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan filter Fraser, Karous-Hjelt, dan Inv2DVLF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa filter Fraser dan Karous-Hjelt bernilai positif untuk data; inphase, total field, dan tilt-angle, dan bernilai negatif untuk data quadrature. Interpretasi data kualitatif dan kuantitatif menunjukkan batuan dolomit tersebar pada kedalaman antara 0 – 30 meter dan 50 – 70 meter dengan nilai rapat arus ekivalen antara 120 – 300 ohm meter. Sebaran batuan dolomit di lintasan 1 pada jarak 0 - 70 meter, 250 - 400 meter, dan 540 - 550 meter, lintasan 2 pada jarak 0 - 100 meter, lintasan 3 pada jarak 0 - 50 meter dan 420 - 480 meter, lintasan 4 pada jarak 0 - 90 meter, 110 - 350 meter, 360 - 440 meter, dan 540
    corecore