134,429 research outputs found

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN ASMA DENGAN DERAJAT ASMA DAN TINGKAT KONTROL ASMA DI POLIKLINIK PARU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

    Get PDF
    Tingkat pengetahuan asma pada pasien asma sangat berpengaruh terhadap derajat asma dan tingkat kontrol asma, dimana pengetahuan asma yang baik dapat memberikan kontrol asma yang baik, dan kontrol yang baik akan cenderung membawa ke derajat yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien asma dengan derajat asma dan tingkat pengetahuan pasien asma dengan tingkat kontrol asma di poliklinik RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan secara analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional survey dari bulan Januari-Maret 2014 dengan jumlah sampel 41 sampel. Pada penelitian ini menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan umum asma (Asthma General Knowledge Quisionaire) untuk menilai tingkat pengetahuan asma pada pasien asma, menggunakan Asthma Control Test untuk menilai tingkat kontrol asma dan spirometri untuk menilai derajat asma. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan pasien asma dengan tingkat kontrol asma dengan (P< 0,05) dan terdapat hubungan tingkat pengetahuan pasien asma dengan derajat asma (P < 0,05). Kata Kunci : Pengetahuan Asma, Derajat Asma, Tingkat Kontrol Asm

    M2M meets D2D: Harnessing D2D Interfaces for the Aggregation of M2M Data

    Get PDF
    Direct device-to-device (D2D) communication presents as an effective technique to reduce the load at the base station (BS) while ensuring reliable localized communication. In this paper, we propose a large-scale M2M data Aggregation and Trunking (MAT) scheme, whereby the user equipments (UEs) aggregate M2M data from the nearby MTDs and trunk this data along with their own data to the BS in the cellular uplink. We develop a comprehensive stochastic geometry framework by considering a Poisson hard sphere model for UE coverage. The main motivation of this model is to capture the fact that a UE can gather data from short range, low-power MTDs located only in its close proximity while ensuring that an MTD is associated to at most one UE. We explore the inherent trade-off between the time reserved for aggregation and successful trunking of data to the BS and compare our results with the baseline case where no aggregation mechanism is used. We show that while the baseline case of connecting a bulk of MTDs directly with the BS is prohibitive, MAT scheme can efficiently gather data from selected MTDs in a distributed manner

    HUBUNGAN GEJALA GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD) DENGAN TINGKAT KONTROL ASMA DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT UMUM ZAINOEL ABIDING BANDA ACEH PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2014

    Get PDF
    ABSTRAKLatarBelakang: Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) tahun 2014 bahwa asma merupakan penyakit kronik saluran pernapasan yang mempengaruhi 1-18% penduduk, bervariasi diberbagai negara. Serangan asma bronkial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah gastroesophageal reflux disease (GERD). Hubungan antara GERD dan asma pertama kali dikemukakan oleh Sir William Osler pada tahun 1892. GERD berhubungan dengan asma bronkial terutama pada asma yang tidak terkontrol. Tingkat kontrol asma lebih mengarah kepada upaya pengendalian gejala klinik penyakit termasuk perbaikan fungsi paru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gejala GERD dengan tingkat kontrol asma pada penderita asma bronkial di Poli Paru RSUDZA Banda Aceh periode September sampai Oktober 2014.Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2014. Pengambilan data menggunakan teknik non probability sampling dengan menggunakan consecutive sampling pada 59 responden penderita asma bronkial. Data dikumpulkan melalui kuesioner GERDQ untuk menilai gejala GERD dan kuesioner ACT untuk menilai tingkat kontrol asma kemudian hasil penelitian dianalisis menggunakan uji Chi-Square.Hasil: Gejala GERD pada penderita asma yang tidak terkontrol yaitu sebanyak 32 responden (54,2%), sedangkan gejala GERD pada penderita asma terkontrol sebagian adalah sebanyak 4 responden (6,8%). Penderita asma yang tidak mengalami gejala GERD dan mempunyai asma tidak terkontrol adalah sebanyak 11 responden (18,6%), sedangkan penderita asma yang tidak mengalami GERD dan memiliki kontrol asma sebagian adalah sebanyak 12 responden (20,3%).Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara gejala GERD dengan tingkat kontrol asma pada penderita asma bronkial di Poli Paru RSUDZA Banda Aceh periode September sampai Oktober 2014 (P=0,001). Gejala klinis GERD yang paling sering dialami penderita asma adalah regurgitasi yaitu sebanyak 31 responden (86,1%).Kata Kunci: Gejala GERD, tingkat kontrol asma, asma bronkia

    HUBUNGAN DERAJAT BERAT ASMA DAN TINGKAT KONTROL ASMA TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN ASMA BRONKIAL DI RSUDZA BANDA ACEH

    Get PDF
    Asma merupakan penyakit kronik pada saluran pernapasan yang mengganggu dan banyak terjadi di seluruh dunia. Pada penderita asma bronkial, banyak gejala dari asma bronkial yang mengganggu aktifitas sehari-hari.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara derajat berat asma dan tingkat kontrol asma terhadap kualitas hidup. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan cross-sectional dan metode accidental sampling. Penelitian dilakukan di Poli Paru RSUDZA Banda Aceh pada 1 September sampai dengan 16 November 2014. Enam puluh dua sampel dilakukan pemeriksaan spirometri dan pengisian kuesioner asthma control test dan asthma quality of life questionare yang terdiri dari 42 orang perempuan dan 20 orang laki-laki. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 33,3% derajat asma persisten berat memiliki kualitas hidup baik dan tingkat kontrol asma lebih banyak pada asma yang tidak terkontrol sebanyak 43,2% memiliki kulitas hidup yang buruk. Analisa data menggunakan uji Chi-square (p < 0,005) terhadap derajat asma dengan kualitas hidup diperoleh nilai p sebesar o,021 dan tingkat kontrol asma dengan kualitas hidup p sebesar 0,048. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara derajat berat asma dan tingkat kontrol asma terhadap kualitas hidup pasien asma.Kata kunci : Asma, Derajat berat asma, Kualitas hidup, Tingkat kontrol asma

    Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Asma Dengan Tingkat Kontrol Asma Pada Penderita Asma Umur Lebih Dari Atau Sama Dengan 18 Tahun Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta

    Get PDF
    Latar Belakang: Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Tujuan penatalaksanaan asma adalah agar penderita mendapatkan asmanya dalam kondisi terkontrol. Kontrol asma dipengaruhi tiga faktor, yaitu tenaga medis, penderita dan obat-obatan. Salah satu faktor penderita adalah pengetahuan tentang penyakit yang diderita. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang asma dengan tingkat kontrol asma pada penderita asma umur lebih dari atau sama dengan 18 tahun di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. Metode Penelitian: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Diambil 41 penderita asma di BBKPM Surakarta dengan teknik purposive sampling. Menggunakan uji alternatif chi square tabel 2xK yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil: Penderita asma dengan tingkat pengetahuan rendah sebagian besar termasuk dalam tingkat kontrol asma yang tidak terkontrol (26,8%). Penderita asma dengan tingkat pengetahuan tinggi sebagian besar mempunyai kontrol asma terkontrol sebagian (31,7%). Hasil uji statistik dengan Kolmogorov- Smirnov diperoleh nilai p= 0,446. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang asma dengan tingkat kontrol asma pada penderita asma umur lebih dari atau sama dengan 18 tahun di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (p= 0,446)

    An algorithm for automating the registration of USDA segment ground data to LANDSAT MSS data

    Get PDF
    The algorithm is referred to as the Automatic Segment Matching Algorithm (ASMA). The ASMA uses control points or the annotation record of a P-format LANDSAT compter compatible tape as the initial registration to relate latitude and longitude to LANDSAT rows and columns. It searches a given area of LANDSAT data with a 2x2 sliding window and computes gradient values for bands 5 and 7 to match the segment boundaries. The gradient values are held in memory during the shifting (or matching) process. The reconstructed segment array, containing ones (1's) for boundaries and zeros elsewhere are computer compared to the LANDSAT array and the best match computed. Initial testing of the ASMA indicates that it has good potential for replacing the manual technique

    Hubungan Kecemasan Terhadap Tingkat Kontrol Asma Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (Bbkpm) Surakarta

    Get PDF
    Latar Belakang: Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran pernapasan. Tingkat kontrol asma dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kecemasan. Pasien asma dengan kecemasan dapat mempengaruhi kontrol asma dan kualitas hidup. Kecemasan dapat memperburuk penyakit asma. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecemasan terhadap tingkat kontrol asma di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, dengan sampel pasien asma di BBKPM Surakarta sebanyak 37 responden. Responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diwawancarai menggunakan kuesioner Asthma Control Test (ACT) dan Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSRAS). Uji yang digunakan yaitu uji Chi-Square atau uji Fisher dengan nilai p < 0,05. Hasil: Pasien asma perempuan sebanyak 30 orang (81,08%) dan laki-laki sebanyak 7 orang (18,92%). Distribusi pasien asma terbanyak pada kelompok umur 48-53 tahun (18,92%). Pasien asma yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 31 orang. Pasien asma yang tidak terkontrol sebanyak 17 orang. Analisis uji statistik menunjukkan adanya hubungan kecemasan terhadap tingkat kontrol asma, didapatkan nilai p sebesar 0,022 (p < 0,05). Simpulan: Terdapat hubungan kecemasan terhadap tingkat kontrol asma di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.

    HUBUNGAN KEPATUHAN PENGOBATAN ASMA BERDASARKAN MMAS-8 DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN ASMA PERSISTEN DI POLIKLINIK PARU RSUDZA BANDA ACEH

    Get PDF
    Tingkat kepatuhan pasien asma persisten terhadap pengobatan rutin asma masih rendah sehingga mengakibatkan asma yang tidak terkontrol yang menyebabkan konsekuensi klinis seperti eksaserbasi asma dan penurunan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan pengobatan asma berdasarkan MMAS-8 dengan kualitas hidup pada pasien asma persisten di Poliklinik Paru RSUDZA Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian terdiri dari 59 pasien asma persisten yang diperoleh dengan teknik purposive sampling terhitung dari 18 September sampai dengan 4 November 2015. Penilaian kepatuhan pengobatan asma dengan menggunakan Morisky Medication Adherence Scales 8 (MMAS-8) dan kualitas hidup dinilai dengan Asthma Quality of Life Questionnaire Standard (AQLQ(S)). Hasil analisis data menggunakan uji statistik Spearman (Confident Interval 95%; ? = 0,05) didapatkan p = 0,000 (p < ?) dan r = 0,580, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan pengobatan asma dengan kualitas hidup, dengan kekuatan korelasi sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan pengobatan asma berdasarkan MMAS-8 dengan kualitas hidup pada pasien asma persisten di Poliklinik Paru RSUDZA Banda Aceh. Semakin tinggi tingkat kepatuhan pengobatan asma maka semakin baik kualitas hidup pasien.Kata Kunci: Asma persisten, Kepatuhan Pengobatan, Kualitas Hidup, MMAS-8, AQLQ(S
    corecore