407 research outputs found
PENGARUH LEVEL ENERGI DALAM RANSUM TERHADAP STATUS FAALI DOMBA LOKAL YANG DIPELIHARA PADA KETINGGIAN TEMPAT BERBEDA
Suatu penelitian telah dilakukan den2:n tuj uan untuk rnempelajari pengaruh interaksi level energi dalarn ransum dengan ketinggian tempat yang berbeda terhadap performan produksi kambing lokal jantan. Penelitian ini clilaksanakan di Desa Nupabomba Dusun V Kebun Kopi. Kecamatan Tavaili Kabupaten Donggala. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 18 Mei sampai dengan tariggal 27 Juli 2003. Raneangan pereobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Pola Split Plot 2 x 5 x 3, dimana ketinggian tempat sebagai petak utarna (main plot) dan energi ransum sebagai anak petak (sub plot). Ketinggian tempat dibagi atas dua karakter elevasi ekstrim, yaitu TE = Ketinggian di bawah 250 meter di atas permukaan laut (dp1) dan T2 Ketinggian di atas 700 meter di atas pernnikaan laut (dp1). Energi ransum yang dicobakan didasarkan pada kebutuhan hidup pokok (maintananee) dengan lima level energi, yaitu Eo = 1,0 kali kebutuhan hidup pokok; E1= 1,25 kali kebutuhan hidup pokok. E2 = 1,5 kali kebutuhan hidup pokok, E3 = 1,75 kali kebutuhan hidup pokok; E4 = 2,0 kali kebutulian hidup pokok: (1 kali kebutuhan hidup pokok setara dengan 121 ME x W°'"). Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa interaksi antara ketinggian tempat dengan level energi dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap suhu tubuh, frekucnsi respirasi dan frekuensi pulsus kambing jantan lokal. Pengaruh mandiri untuk ketinggian tempat yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata lerhadap konsumsi bahan kering ransum dan berpengaruh sangat nyata terhadap suhu tubuh, frektiensi respirasi dan frekuensi pulsus kambing jantan lokal. Pengaruh mandiri level energi dalarn ransum memberikan pengaruh yang nyata terhadap suhu tubuh, namun berpengaruh sangat nyata frekuensi respirasi dan frekuensi pulsus kambing jantan lokal
PROPORTION OF CONDENSED TANNIN IN DIGESTIVE PART OF SHEEP GIVEN PROTEIN MEALS AND POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) ON LEUCAENA PALLIDA LEAVES BASE DIET
Sebuah kajian telah dilakukan untuk melihat potensi sumber protein untuk mengurangi pengaruh negative tannin dibandingkan dengan PEG, melalui evaluasi konsentrasi tannin bebas dan tannin terikat dalam saluran pencernaan ternak. Sebanyak 24 anak domba dilibatkan dan ditempatkan secara acak dalam faktorial 2X2 sebanyak 6 ulangan. Ternak diberikan makanan campuran daun pallida selama empat minggu melalui automatic feeders. Hasil penilitian menunjukkan bahwa tepung ikan kelihatannya mengikat tannin bebas dalam saluran pencernaan melalui pembentukan ikatan protein- atau serat-tannin yang lebih tinggi dibandingkan dengan tepung bulu. PEG secara konsisten mengikat tannin bebas melalui peningkatan proporsi tannin yang terikat dalam bentuk ikatan serat-tannin. Olehnya itu, tepung ikan dan PEG berpotensu untuk menekan pengaruh negatif tannin
TEMPERATURE AFFECTING THE FLOWERING OF STURT’S DESERT PEA (Swainsona Formosa)
Sturt;s Desert Pea (SDP) adalah suatu tanaman legum. Tanaman ini berpotensi sebagai tanaman bunga dalam pot, juga cocok pada pot-pot gantung dan bunga potong. Keberhasilan secara komersial sangat tergantung pada produksi yang konsisten dari tanaman yang berkualitas. Tujuan penelitian ini adalah menemukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk produksi tanaman. Faktor lingkungan yang diteliti adalah temperatur. Untuk mengetahui pengaruh temperatur pada pembungaan, maka penelitian dilakukan dengan mengatur temperatur pada 25°C konstan, temperatur 10°C malam dan 22°C siang, dan perlakuan ketiga tanaman ditumbuhkan pada temperatur 18°C malam dan 30°C siang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang ditumbuhkan pada temperatur 18°C malam dan 30°C siang menghasilkan bunga lebih banyak dari perlakuan temperatur lainnya
Daftar Isi
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 % kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Di Indonesia, saat ini tercatat 4,5% dari 22 juta jiwa balita atau 900 ribu balita. Mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak dan pada rentang tahun 2016 - 2017 sebanyak 35 balita gizi buruk yang ada di Provinsi Jambi. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik dengan Cross Sectional yaitu untuk menghubungkan tingkat pengetahuan ibu, status ekonomi, jarak kelahiran terhadap status gizi pada balita di poli gizi di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita dan yaitu sebanyak 43 orang. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 s/d 19 Agustus 2018 dengan menggunakan kuesioner dan lembar checklist sebagai alat ukur. Analisis dilakukan secara bivariat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan P-Value 0.000(p<0,05), terdapat hubungan antara status ekonomi dengan status gizi balita dengan P-Value 0.000(p>0,05), terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian status gizi balita dengan P-Value 0.000(p<0,05). Dari hasil penelitian ini upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan ibu tentang status gizi balita adalah dengan memberikan penyuluhan tentang pola makan yang benar, pencegahan dan tindakan utama apabila anak dicurigai mengalami gizi kurang atau buruk oleh tenaga kesehatan baik bidan, dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya baik secara langsung maupun media sosial seperti iklan dan pamflet
THE EFFECT OF DIET AND PELLET SIZE ON THE PASSAGE RATE OF FEED IN THE DIGESTIVE TRACT OF BROILER CHICKENS
An experiment was carried out to determine the rate of intestinal passage of a pelleted copra meal based diet compared to that of a pelleted corn-soy based diet both ground to different pellet sizes. A total of 64 male broiler chickens of six weeks of age were used in this trial. The birds were kept in cages equipped with a trough feeder and drinker. On day 1 to 5, the birds were fed the experimental diets. On day 6, after a 12 h feed restriction, all birds were orally administered with 85 mg chromium oxide in a gelatine capsule. Four birds per treatment were killed by cervical dislocation. Gizzard and small intestine were opened and the colour of the digesta observed to visually determine the location of the chromium oxide. The faeces were observed for first appearance of entire coloured faeces and then on an hourly basis up to the disappearance of coloured faeces. The experimental design was a two way factorial with two basal diets and pellet sizes. Data indicated that a copra meal diet moved in the digestive tract slower than a corn-soy diet. The first appearance of the marker in the faeces of birds fed the copra meal diet was 52 minutes later than for those fed the corn-soy diet. The movement in the digestive tract of the fine ground diets was slower than that of the coarse diets. The effect of pellet size on feed passage time was only evident in the copra meal based diet
INFLUENCE OF OVERBURDEN ON SOIL COALESCENCE
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa agregat koalesen terlihat jelas berkembang dilapisan bawah zona penanaman selama musim tanam. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan overburden meningkatkan tingkat kontak antar agregat tanah. Tanah dengan kandungan partikel bahan organik tinggi relatif resisten terhadap berkembangnya agregat koalesen. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi pengaruh bahan organik dan overburden, dengan cara meletakkan silinder logam yang memiliki berat berbeda (setara dengan tekanan static 0; 0,49; 1,47; dan 2,47 kPa) pada bagian atas agregat tanah kering (diameter 0,5-2 mm) dengan kandungan bahan organic yang berbeda. Agregat tanah kemudian dibasahi pada kondisi hamper jenuh selama 24 jam kemudian didrainase dengan menggunakan lempeng keramik pada hisapan 100 kPa selama 1 minggu. Kerapatan isi, tahanan penetrometer dan kekuatan tarik diukur ketika sampel tanah dikeluarkan dari lempeng keramik. Semua parameter yang diamati meningkat dengan bertambahnya tekanan overburden pada tanah dengan bahan organik rendah, tetapi tidak pada tanah dengan bahan organik tinggi
DIET EVALUATION AND ESSENTIAL FATTY ACIDS INCORPORATION IN KURUMA PRAWN, Penaeus japonicus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi asam lemak (fatty acid) dalam makanan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup post larva (PL) udang kuruma, Penaeus japonicus. Disamping itu, komposisi dan mekanisme transfer asam lemak diuji sesuai urutan rantai makanan: algae, Artemia dan udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan (Body Weight=BW) tertinggi dicapai oleh udang yang mengkonsumsi Artemia pemakan algae, Isochrysis galbana (T.Iso) (P<0,05). Sedangkan untuk panjang total (Total Lenght=TL) tertinggi ditunjukkan oleh udang-udang yang mengkonsumsi Artemia pemakan algae, T.Iso dan yang mengkonsumsi Artemia pemakan algae, Tetraselmis suecica. Makanan alami Artemia lebih baik untuk pertumbuhan larva udang dibanding makanan buatan. Artemia dapat mentransfer zat-zat gizi khususnya asam lemak yang terdapat dalam algae ke udang. Dalam keadaan lapar, katabolisme asam lemak terjadi dalam tubuh udang, dan asam lemak ganda tak jenuh omega 3 lebih efektif untuk mendukung pertumbuhan udang dibanding omega 6. Keseimbangan komposisi antar berbagai asam lemak ganda tak jenuh kemungkinan sangat penting untuk pertumbuhan udang
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI DALAM KONSENTRAT TERHADAP BOBOT KARKAS,PERSENTASE KARKAS DAN BOBOT KOMPONEN KARKAS DOMBA LOKAL
Tepung kulit buah cacao yang difermentasi dicampur dengan konsentrat dan hijauan jagung dalam berbagai komposisi diberikan pada domba lokal yang berumur 8-10 bulan.Perlakuan meningkatkan secara nyata bobot karkas, persentase karkas dan bobot komponen karkas. Didapatkan bahwa semakin tingginya komposisi tepung kulit buah kakao fermentasi dalam campuran diikuti oleh semakin tingginya dari basil bobot karkas, persentase karkas dan bobot komponen karkas
EFFECTIVENESS OF Bacillus subtilis (EHRENBERG) COHN AGAINST Rhizoctonia solani KUHN IN VITRO
Penelitian ini dilakukan di Department of Plant Pathology, College of Agriculture, University of the Philippines Los Baños (UPLB-CA), College, Laguna. Tujuan penelitian adalah untuk memilih strain Bacillus subtilis sebagai agen pengendali hayati Rhizoctonia solani pada tanaman jagung. Sebanyak 41 strain isolat Bacillus diisolasi dari akar tanaman jagung yang dikumpulkan dari berbagai tempat di Filipina diskrin secara in vitro terhadap isolat R. solani, penyebab penyakit busuk batang pada tanaman jagung. Dari ke 41 isolat Bacillus tersebut, dua strain B. subtiolis yakni BR23 dan BS100 ditemukan sangat efektif baik di laboratorium maupun di rumah kaca dalam menekan tujuh isolat R. solani virulen yang juga dikoleksi dari berbagai tempat di Filipina
KOALESEN AGREGAT TANAH DALAM HUBUNGANNYA DENGAN LAJU PEMBASAHAN DAN POLIVINIL ALKOHOL
Laju pembasahan dan tingkat pembasahan disamping bahan organik dipercaya mempengaruhi proses awal terjadinya koalesen agregat tanah yang dapat meningkatkan kekuatan tanah. Penelitian ini dirancang untuk memisahkan kedua pengaruh itu sehingga dapat dilakukan perbaikan pengelolaan yang dapat dievaluasi dalam rangka meningkatkan efisiensinya yaitu apakah pengelolaan harus berfokus pada perbaikan teknik irigasi atau meningkatkan bahan organik, atau keduanya. Polivinil alkohol (PVA) yang merupakan salah satu senyawa kimia yang dapat meningkatkan stabilitas agregat diberikan secara terkontrol dengan menggunakan sprayer terhadap agregat tanah berdiameter 0,5-2 mm. Sampel tanah bertekstur kasar dan halus ditempatkan dalam ring dan laju pembasahan air (1, 10 dan 100 mm/jam) menggunakan sistem tetesan yang dikontrol oleh pompa peristaltik. Sampel tanah kemudian dibasahi hingga mendekati jenuh atau hisapan 10 kPa selama 24 jam, kemudian didrainase dengan menggunakan plat tekanan pada hisapan 100 kPa. Pengukuran tahanan penetrometer diukur dengan menggunakan penetrometer kerucut berdiameter 2 mm, sedangkan kekuatan tarik diukur dengan alat uji tidak langsung Brazilian. Tahanan penetrometer lebih rendah pada sampel tanah yang mendapat perlakuan PVA sebelum pembasahan dan pada sampel tanah yang yang mendapat hisapan lebih tinggi (10 kPa) setelah pembasahan awal. Pengaruh tersebut semakin menonjol pada tanah bertekstur kasar. Pada kedua jenis tekstur tanah, kekuatan tarik meningkat dengan semakin tingginya laju pembasahan dan tingkat pembasahan (lebih besar pada kondisi hampir jenuh). Laju pembasahan cenderung lebih penting dalam mendorong proses terjadinya koalesen agregat dari pada tingkat pembasaha
- …