235 research outputs found

    Pemanfaatan Abu Sekam Padi pada Ozonisasi Minyak Goreng Bekas untuk Menghasilkan Biodiesel

    Get PDF
    Penggunaan abu sekam padi sebagai katalis pendukung pada ozonasi minyak goreng bekas untuk mengbasilkan biodiesel dipelajari pada penelitian ini Ozonasi minyak goreng bekas termasuk proses yang hemat energi dan ramah lingkungan karena menggunakan minyak goreng bekas sebagai bahan baku biodiesel serta suhu reaksi yang relatif rendah yaitu pada suhu kamar. Proses pembuatan biodiesel dilakukan dengan mereaksikan minyak goreng bekas dan metanol dengan bantuan katalis KOH pada sebuah reaktor. Gas ozon dialirkan secara kontinu dalam reaktor berpengaduk pada suhu 30°C dan tekanan atmosfer. Pengaruh penggunaan abu sekam padi sebagai supporting catalyst terhadap konsentrasi metil ester yang dihasilkan dikaji dalam percobaan ini. Abu yang digunakan adalah abu hitam (pemanasan pada 350°C) dan putih (pemanasan pada 750°C) dengan konsentrasi masing-masing sebesar 0,5; 1;1,5% (bib). Produk metil ester dikarakterisasi menggunakan Gas Chromatography untuk mengetahui jumlah metil ester rantai pendek (SCME) maupun metil ester rantai panjang (LCME). Di samping itu, dilakukan juga uji densitas dan viskositas, abu yang digunakan diuji dengan analisa XRD dan BET. Konsentrasi SCME paling tinggi dihasilkan pada variasi abu putih dengan konsentrasi 1,5%. Namun, penambahan abu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan LCME. Dengan demikian, abu putih lebih berperan sebagai supporting catalyst dibandingkan abu hitam

    Synthesis of Oligoesters Plastic Film from Polylactic Acid with Mono Ester Plasticizer of Wood Flour and Rice Bran and its Hydro Degradation

    Get PDF
    Composites of polylactic acid (PLA) with mono ester plasticizer (MEP) from wood flour and rice bran were prepared to evaluate the effect of MEP filler content on the mechanical, functional, thermal, and morphological properties of the composites and its degradation. The SEM study provided evidence that there was sufficient interfacial adhesion between the PLA matrix and the MEP from wood flour and rice bran filler. This was likely a result of mechanical interlocking among them. An addition of 10 and 30% MEP from wood flour or rice bran resulted in an improvement of strain and tensile properties of the composite. The composites of PLA and MEP from wood flour and rice bran experienced degradation through hydrolysis of regions that have crystalline structure. Keywords: polylactic acid, fiber, cellulose, wood flour, rice bran Komposit dari polylactic acid (PLA) dan mono ester plasticizer (MEP) dari tepung kayu dan bekatul disiapkan untuk mengevaluasi pengaruh jenis bahan isian MEP terhadap sifat mekanis, fungsi, sifat termal, dan morfologis komposit tersebut beserta reaksi degradasinya. Hasil analisis dengan SEM menunjukkan bahwa terdapat interfacial adhesion yang cukup besar antara matriks PLA dan MEP dari tepung kayu dan bekatul, yang dapat disebabkan oleh mechanical interlocking antara keduanya. Penambahan 10 dan 30% MEP tepung kayu dan bekatul menyebabkan perbaikan regangan (strain) dan tegangan tarik (tensile). Komposit PLA dan MEP dari tepung kayu dan bekatul mengalami degradasi dengan hidrolisis pada bagian yang berstruktur kristal. Kata kunci: polylactic acid, serat, selulosa, tepung kayu, bekatu

    Pemanfaatan Jerami Padi (Oryza Sativa L.) Sebagai Bahan Baku Dalam Pembuatan CMC (Carboximetil Cellulose)

    Get PDF
    Rice straw is a waste from rice plants that contains 37.71% cellulose, 21.99% hemicellulose, and 16.62% lignin. High cellulose content in rice straw can be used as raw material for the manufacture of Carboxymethyl Cellulose (CMC). CMC is a cellulose derivative widely used in food, pharmaceutical, detergent, textile and cosmetic products industries as a thickener, stabilizer of emulsions, or suspensions and bonding. This study aims to process rice straw waste into CMC with variations in sodium monochloroacetate of 5,6,7,8 and 9 grams. The method used in this research is by synthesis using 15% NaOH solvent, with a reaction time of 3.5 hours and 5 grams of rice straw. The results showed that the best CMC was obtained at a concentration of 9 grams of sodium monochloroacete with a yield characterization of 94%, pH 6, water content of 13.39%, degree of substitution (Ds) of 0.80, and viscosity of 1.265 cP

    Optimasi Kondisi Operasi Pembuatan Adsorben Ampas Singkong untuk Pemurnian Minyak Jelantah dan Aplikasinya sebagai Sabun Cair Cuci Tangan

    Get PDF
    Ampas singkong merupakan limbah dari hasil industri pembuatan tepung tapioka yang belum dimanfaatkan dengan baik. Di dalam ampas singkong masih banyak komposisi kimia yang dapat dimanfaatkan, salah satunya yaitu serat lignoselulosa yang mengandung selulosa (36,6%), hemiselulosa (21,3%) dan lignin (17,3%). Pada penelitian ini ampas singkong akan dibuat menjadi adsorben karena kandungan selulosa yang tinggi pada ampas singkong berpotensi untuk menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah. Dalam hal ini, adsorben akan digunakan untuk memurnikan minyak jelantah dan hasil dari pemurnian miyak jelantah akan dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sabun cair cuci tangan.  Pada penelitian ini akan dikaji mengenai pengaruh waktu oven, suhu oven dan ukuran partikel terhadap hasil kadar asam lemak bebas dan kapasitas adsorpsi adsorben. Hasil percobaan menunjukan bahwa variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap kapasitas adsorpsi adsorben dan asam lemak bebas adalah ukuran partikel, Hal ini dibuktikan dari hasil nilai efek variabel bebas yang paling besar yaitu 96 terhadap kapasitas adsorpsi adsorben dan 0,144 terhadap kadar asam lemak bebas. Kondisi optimum untuk mendapatkan kapasitas adsorpsi adsorben dan kadar asam lemak bebas dengan nilai terbaik didapat pada percobaan ke 8 dengan suhu oven 120oC, waktu oven 5 jam dan ukuran partikel 120 mesh dimana nilai kapasitas adsorpsi  adsorben sebesar 238,93 mg/g dan kadar asam lemak bebas sebesar 0,1024 %. Kualitas sabun cair cuci tangan yang dihasilkan dari hasil optimal pemurnian minyak jelantah sesuai dengan standar SNI yaitu diperoleh nilai pH 9,07, tinggi busa 35,5 mm dan hasil uji organoleptik yaitu bentuk cairan homogen, bau yang khas seperti campuran minyak dan KOH serta warna kuning bening.

    Aplikasi Mordan Tanin pada Pewarnaan Kain Batik Katun Menggunakan Warna Alam Tingi (Ceriops tagal)

    Get PDF
    The aim of the study was to evaluate the performance of tannin mordant from Psidium guajava leaves, Peltophorum pterocarpum bark, and Coffea arabica leaves in cotton batik dyeing using tingi bark (Ceriops tagal). This research was conducted by initial quantitative analysis of each extract to measure the quantity of tannin using UV-Vis spectrophotometry with tannic acid as a standard solution. The next process was a fabric pre-mordanting using each mordant extract, batik process, coloring with tingi bark extract, and post-mordanting using each alum solution and guava leaves extract. The dyed batik fabric was tested toward its color intensity and durability/fastness properties. From the quantitative analysis, guava leaves extract contains the biggest tannin content compared with jambal bark and coffee leaves extract, which is 1151.5 μg/mL. The dyed sample from combination of Guava leaves extract pre-mordanting with alum post-mordanting provided the best color intensity of 15.52. While all variables had an equal good value for washing fastness. It can be concluded that all material had potential as natural mordant for cotton batik dyeing with natural dye, but with consideration of using metal mordant for combination to get better results in terms of both color intensity and fastness properties.Keywords: batik; biomordant; natural dye; tannin mordant A B S T R A KTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja mordan tanin dari daun jambu biji (Psidium guajava), kulit kayu jambal (Peltophorum pterocarpum) dan daun kopi (Coffea arabica) dalam pewarnaan kain batik katun dengan pewarna alami tingi (Ceriops tagal). Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur kadar tanin total dari masing-masing ekstrak secara kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan larutan standar asam tanat. Proses selanjutnya adalah mordan awal kain menggunakan masing-masing ekstrak mordan, pembatikan, pewarnaan menggunakan ekstrak kulit kayu tingi, dan mordan akhir menggunakan masing-masing larutan tawas dan ekstrak daun jambu biji. Kain batik berwarna diuji ketuaan warna dan ketahanan luntur warnanya. Dari hasil analisis kuantitatif, didapatkan kandungan tanin terbesar dari ekstrak daun jambu biji yaitu 1.151,5 μg/mL. Hasil uji ketuaan warna paling besar didapatkan dari perlakuan mordan awal daun jambu biji dan mordan akhir tawas dengan nilai 15,52, sedangkan ketahanan luntur warna terhadap pencucian secara rata-rata memberikan nilai 4 (baik) untuk semua variabel. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu ekstrak daun jambu biji, kulit kayu jambal, dan daun kopi memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan mordan pada pewarnaan batik. Penggunaan ketiga bahan mordan alami memerlukan kehadiran mordan logam untuk memperkuat intensitas warna dan ketahanan luntur warna kain.Kata kunci: batik; biomordan; mordan tannin; pewarna ala

    The Effect of NaOH Concentration on Silica Leaching Process from Rice Husk Ash in South Sulawesi Province, Indonesia

    Get PDF
    The issue of waste and raw material sources has become common in the processing industry. The ideal solution is to use waste as a substitute for primary material. The processing of rice husk waste for silica extraction can aid in resolving the issue of solid waste accumulation in the agricultural industry. The extraction process begins with burning and ashing the husk waste to increase the silica content. At 750 oC, the silica content increased to 88.06%. The leaching process was carried out to dissolve Si, and observe the behavior of other major elements, such as K, Ca, and P, from rice husk ash. Leaching was carried out in a 3-neck flask with external heating. The effect of the concentration of NaOH solution on elements recovery was studied in this experiment. The highest recovery of Si, K, Ca, and P reached 89.94%, 89.04%, 61.37%, and 78.61%, respectively, at 3 N NaOH concentration, 120 minutes, 300 rpm, and 10% S/L ratio. There was also a precipitate of Na3PO4 formed in the product solution after being left for 24 hours. This provides insight into the decantation process before precipitation using Al(OH)3 in zeolite production

    The Effects of Quartic Term Mathematical Model on The Concentration Profile of Fixed Bed Gas Adsorber

    Get PDF
    The need for a reliable mathematical model depicting the process inside a column adsorber has become a requisite in designing an effective gas adsorber. Even though this task can be done by using commercial software, it is still important to get an understanding of how the entire process happens.  In this paper, we discuss a new way to approximate the concentration profile inside the porous solids. It is an extension of the work of Liaw et al., who adopted a parabolic (i.e., quadratic) profile, which is a function of pellet radius while retaining the spherical symmetry. We extend their work by adding the quartic term. The inclusion of this new term still preserves the form of linear driving force approximation with some correction to Glueckauf’s parameter (i.e., the effective diffusivity coefficient). The addition of the correction will affect the breakthrough curve so that it affects the saturation time. In the binary system of hydrogen/methane discussed in this study, we found that a negative correction to the diffusivity coefficient will make the saturation happen earlier compared to that of the parabolic case, and vice versa. This study may help us design an efficient gas purifier, in particular when we set out for the regeneration of the adsorbent.Keywords: activated carbon; effective diffusivity coefficient; hydrogen; linear driving force; methane; parabolic profile A B S T R A KKebutuhan model matematis yang dapat menggambarkan proses penyerapan dalam kolom adsorpsi telah menjadi kebutuhan yang tak terelakkan dewasa ini. Walaupun kini telah tersedia berbagai perangkat lunak komersial, namun tidak dapat dipungkiri bahwa memahami bagaimana proses tersebut terjadi tetap menjadi suatu hal yang berguna. Paper ini bertujuan untuk menampilkan cara baru dalam pemodelan konsentrasi adsorbat di dalam adsorben padat berpori. Kami memperluas metode yang dikembangkan Liaw et al. dengan menambahkan suku pangkat empat (kuartik). Penambahan ini akan mengoreksi koefisien difusivitas efektif dari persamaan linear driving force (LDF). Koreksi yang bernilai negatif, misalnya, akan mengurangi nilai koefisien difusivitas tersebut sehingga akan menghambat kemampuan adsorpsi. Hasil perhitungan kami pada sistem biner hidrogen/ metana menunjukkan bahwa suatu koreksi bernilai negatif dapat menyebabkan saturasi berlangsung lebih cepat dari kasus profil parabolik. Begitu pula sebaliknya, koreksi positif akan menambah daya adsorpsi sehingga saturasi dapat diperlambat. Studi ini kami harapkan dapat diterapkan untuk mendesain suatu kolom adsorpsi yang efisien, terutama dalam perencanaan proses regenerasi adsorben.Kata kunci: hidrogen; karbon aktif; koefisien difusivitas efektif; linear driving force; metana; profil paraboli

    Simulasi Proses Metanasi pada Power to Gas (PtG) dengan Model TREMP

    Get PDF
    Peningkatan emisi gas rumah kaca telah menyebabkan pemanasan global dengan laju yang semakin cepat setiap tahunnya. Sementara itu, pemanfaatan pembangkit listrik terbarukan seperti dari tenaga angin dan tenaga surya mempunyai masalah akibat fluktuasi energi yang dihasilkan dan penyimpanan energi yang terbatas. Proses power to gas (PtG) dapat menjadi solusi alternatif untuk menyimpan energi listrik melalui proses elektrolisis air yang menghasilkan gas hidrogen dan mereaksikannya dengan emisi gas rumah kaca, yaitu gas karbon dioksida untuk menghasilkan gas metana. Gas metana selanjutnya dapat disimpan dalam infrastruktur gas alam. Fleksibilitas penerapan proses (PtG) ini memiliki tantangan tersendiri karena fluktuasi gas hidrogen hasil proses elektrolisis. Makalah ini mendiskusikan pengaruh variasi kondisi operasi dan modifikasi proses pada tahap metanasi proses PtG terhadap temperatur maksimum reaktor dan perolehan komposisi metana pada gas synthetic natural gas (SNG). Tahap metanasi dimodelkan dengan Topsoe’s Recycle Energy efficient Methanation Process (TREMP). Reaksi eksotermis dapat menyebabkan thermal runaway dengan peningkatan konsentrasi umpan akibat fluktuasi gas hidrogen. Berdasarkan simulasi menggunakan ASPEN Plus, umpan karbon dioksida berlebih dipilih karena rentang perubahan rasio umpan lebih lebar (0.25 – 0,5). Untuk meningkatkan fleksibilitas umpan, TREMP dengan karbon dioksida berlebih ini dapat menggunakan konfigurasi 3 (tiga) reaktor yang disusun secara seri. Kolom absorpsi dapa digunakan untuk pemisahan karbon dioksida berlebih dari aliran produknya dan menghasilkan gas SNG standar (94%)

    Kajian dampak pajanan radiasi panas saat terjadi tumpahan minyak dan kebakaran tangki di pusat pengumpul produksi minyak PT. X

    Get PDF
    Industri minyak memiliki risiko tinggi, kasus kejadian darurat seperti tumpahan minyak dan kebakaran di tangki pengumpul minyak sering terjadi dan digolongkan sebagai bahaya besar. Kejadian darurat ini dapat terjadi karena kegagalan safety protection layers (SPL) yang terpasang di tangki pengumpul minyak. Tangki yang terbakar akan mengakibatkan pajanan panas radiasi ke area sekitarnya termasuk area yang dihuni manusia. Tangki T-04 adalah salah satu tangki pengumpul minyak PT. X yang berpotensi mengalami kejadian darurat tersebut, untuk itu dilakukan kajian dampak pajanan panas radiasi kebakaran tangki T-04 terhadap fasilitas dan manusia di sekitarnya. Metode kajian yang dilakukan merupakan penelitian potong lintang dengan pendekatan kuantitatif untuk melakukan analisis dampak pajanan panas radiasi yang ditimbulkan kebakaran tangki T-04 terhadap fasilitas dan manusia sekitar. Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data sekunder baik yang ada di PT. X dan studi literatur dengan tanpa melakukan intervensi pada objek penelitian. Data yang didapatkan tersebut dipergunakan untuk mengetahui dampak pajanan panas radiasi secara kuantitatif dengan menggunakan software ALOHA (Areal Location of Hazardous Atmosphere). Hasil penelitian menunjukkan kegagalan SPL terpasang di tangki T-04 berupa intervensi operator dan breather valve dapat mengakibatkan tumpahan minyak karena overfilled yang apabila ada sumber panas dapat menyebabkan tangki terbakar (tank fire engulfment). Hasil dari Layer of Protection Analysis (LOPA) diperoleh bahwa realisasi tank fire engulfment pada tangki T-04 dikategorikan sebagai kejadian dengan tingkat risiko yang tidak dapat diterima berdasarkan matriks risiko yang diacu PT. X. Simulasi kajian dampak pajanan panas radiasi kebakaran tangki T-04 terhadap fasilitas terdekat dan manusia sekitar dilakukan dengan menggunakan software ALOHA v.5.4.7. Diperoleh hasil pajanan panas radiasi di ruang operator pada jarak 45 m dari tangki T-04 sekitar 12,50 kW/ m2 yang berpotensi mengakibatkan kematian, ruang perkantoran yang berjarak 70 m dari tangki T-04 sekitar 6,44 kW/m2 yang berpotensi mengakibatkan luka bakar derajat dua, fasilitas umum jalan raya sekitar 2.5 kW/m2 berpotensi mengakibatkan sakit sementara, fasilitas tangki terdekat yaitu tangki T-03 berjarak 30 m sekitar 19.9 kW/ m2 akan mengalami domino effect ikut terbakar. Kajian ini memberikan rekomendasi untuk menambahkan Safety Protection Layers pada tangki penampung minyak PT. X untuk mengurangi risiko kebakaran menjadi risiko yang dapat diterima dengan memasang SPL yang sesuai yaitu PAH (Pressure Alarm High), LAH (Level Alarm High), SIS (Safety Instrumented System) seperti PAHH (Pressure Alarm High-High), dan LAHH (Level Alarm High-High)

    Peningkatan kualitas air buangan ke laut dengan metode FLOCOM untuk lapangan offshore produksi minyak dan gas bumi

    Get PDF
    A B S T R A C TWastewater disposal to the sea in oil and gas production is an important and critical part to ensure the continuity of production process and environment. Quality enhancement to reduce oil content in wastewater disposal to the sea could be achieved by injecting chemical in oil and water separation process. Chemical reverse demulsifier base flocculant is generally used for chemical treatment of wastewater disposal; however excessive injection of flocculant forms flock particle that causes deadlock on operation tools. The purpose of this research was to study the effect of innovative FLOCOM method application in wastewater to the sea quality. The experiment was conducted in offshore Attaka field that had flock problem. FLOCOM method application results showed reduction of oil content in wastewater to sea from 20 mg/L to 10 mg/L and reduction of chemical consumption in offshore Attaka field from 4.6 gallons per thousand barrel oil equivalent to 3.2 gallons per thousand barrel oil equivalent.Keywords: flocculant; FLOCOM method; offshore oil and gas field; reverse demulsifier; wastewater to seaA B S T R A KAir buangan ke laut dalam proses produksi minyak dan gas bumi merupakan hal yang penting dan krusial untuk menjamin kesinambungan proses produksi dan lingkungan. Peningkatan kualitas air buangan ke laut dalam rangka menurunkan jumlah minyak terkandung dalam air buangan dapat dilakukan dengan cara injeksi bahan kimia dalam proses pemisahan minyak dan air. Bahan kimia yang umumnya digunakan adalah reverse demulsifier berbasis flokulan. Namun penggunaan flokulan dalam jumlah banyak dapat menimbulkan permasalahan operasi dengan timbulnya partikel flock yang dapat menyebabkan kebuntuan pada alat operasi. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh aplikasi metode inovasi FLOCOM dalam kualitas air buangan ke laut. Penelitian dilakukan di lapangan offshore Attaka yang terdapat permasalahan flock. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode FLOCOM dapat menurunkan kandungan minyak dalam air buangan ke laut dari 20 mg/L menjadi 10 mg/L serta dapat menurunkan konsumsi injeksi bahan kimia pada lapangan offshore Attaka dari 4.6 gallons per thousand barrel oil equivalent menjadi 3.2 gallons per thousand barrel oil equivalent.Kata kunci: air buangan ke laut; flokulan; lapangan offshore minyak dan gas bumi; metode FLOCOM; reverse demulsifie
    • …
    corecore