17,125 research outputs found

    Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam Pemetaan Genangan Skala Mikro untuk Kajian Persebaran Leptospirosis di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah

    Full text link
    Perkembangan Kecamatan Tembalang yang semakin berkembang menyebabkan semakin meningkatnya Perubahan penggunaan lahan yang tidak terkontrol dari non terbangun menjadi terbangun. Hal itu jika tidak didukung dengan sistem drainase dan kondisi fisik lahan yang baik akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan, terutama timbulnya genangan pada saat hujan akibat kurangnya vegetasi sebagai resapan air. Selain itu Kecamatan Tembalang memiliki jumlah kasus leptospirosis yang cenderung tinggi dibandingkan kecamatan lainnya di Kota Semarang sepanjang tahun 2013. Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat dilakukan penelitian mengenai aplikasi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam melakukan pemodelan spasial parameter genangan skala mikro dan menganalisis hubungan antara genangan skala mikro dengan kasus penderita leptospirosis di Kecamatan Tembalang. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengkaji kemampuan data penginderaan jauh dalam menyadap parameter genangan skala mikro (2) Pemodelan spasial untuk analisis genangan skala mikro (3) Menganalisis hubungan genangan skala mikro dengan kasus persebaran leptospirosis di Kecamatan Tembalang.Metode yang digunakan adalah pemodelan spasial berjenjang tertimbang untuk genangan skala mikro dan analisis spasial untuk menganalisis hubungan genangan skala mikro dengan kasus leptospirosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan citra Quickbird dalam menyadap beberapa parameter genangan skala mikro melalui citra penginderaan jauh, dapat dikatakan memiliki akurasi yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan tingkat akurasi penggunaan lahan sebesar 97,94% dan 72% untuk parameter tekstur tanah. Berdasarkan hasil pemodelan spasial dengan metode berjenjang tertimbang diketahui bahwa peta genangan skala mikro memiliki akurasi yang baik sesuai dengan keberadaan genangan di lapangan. Hal ini ditunjukan dengan hasil uji akurasi genangan skala mikro sebesar 87,855% dengan luas 25,2968 km2 untuk potensi genangan tinggi dan 14,6848 km2 potensi genangan sedang. Analisis spasial hubungan genangan skala mikro dengan kasus leptospirosis, menunjukkan bahwa terjadi hubungan positif antara 2 variabel tersebut dengan hasil 85, 29% kasus leptospirosis berada pada daerah potensi genangan tinggi dan 14,71% kasus berada pada daerah potensi genangan sedang

    Respon Karakter Fisiologis Kedelai (Glycine Max L.) Verietas Grobogan Terhadap Cekaman Genangan

    Full text link
    Kedelai (Glycine max L.) mempunyai arti penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam rangka perbaikan gizi masyarakat, karena kandungan nutrisinya yang banyak dan merupakan sumber protein nabati yang ekonomis. Kendala dalam produksi kedelai adalah faktor lingkungan, salah satunya adalah curah hujan. Curah hujan dapat mengakibatkan genangan (waterlogging). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui respon karakter fisiologis kedelai varietas Grobogan dan toleransinya terhadap genangan. Penelitian cekaman genangan dilakukan pada stadia vegetatif dengan taraf genangan 100%, 150%, 200% dan kontrol sebagai pembanding. Berdasarkan data didapatkan hasil bahwa nitrogen daun tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol dengan 2,45% dan menurun seiring dengan peningkatan taraf genangan. Kadar klorofil, berat basah dan berat kering juga mengalami penurunan. Penurunan berat kering mencapai 60,41%. Tanaman kontrol dan perlakuan genangan mengalami perbedaan dalam alokasi fotosintat. Perlakuan genangan lebih tinggi rasio akarnya dibandingkan dengan tajuk, sebaliknya pada perlakuan genangan rasio tajuk lebih tinggi dibandingkan dengan akar. Konsentrasi etilen akar mengalami peningkatan pada konsentrasi genangan 200% yaitu mencapai 14,878 pp

    Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Daerah Rawan Banjir di Kota Malang

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan citra Quickbird untuk menyadap parameter fisik lahan yang mempengaruhi tingkat kerawanan banjir, mengkaji hubungan antara potensi genangan banjir dengan limpasan permukaan, serta memetakan daerah rawan genangan banjir di Kota Malang. Sumber data primer yang digunakan adalah parameter fisik lahan yang diperoleh dari interpretasi Citra Quickbird dan survei lapangan. Metode yang digunakan dalam pemetaan kerawanan genangan banjir merupakan metode gabungan antara teknik interpretasi visual pada citra Quickbird, perhitungan limpasan metode bilangan kurva NRCS, Sistem Informasi Geografis dan survei lapangan. Proses pemetaan genangan banjir dilakukan dengan rangkaian: interpretasi parameter fisik, olah data curah hujan, perhitungan limpasan, analisis tumpang susun parameter fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah berpotensi genangan banjir dengan tingkat limpasan yang tinggi sangat rawan terjadi genangan. Daerah yang rawan terjadi genangan banjir sebagian besar terletak di bagian selatan kota Malang khususnya wilayah kecamatan Kedungkandang

    Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin

    Full text link
    Genangan adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Dikarenakan dampak yang diberikan genangan memerlukan biaya cukup besar untuk rehabilitasi maka perlu adanya sistem pemodelan genangan menggunakan komputer di suatu kota untuk mengetahui sebaran titik – titik yang berpotensi tinggi terjadi genangan. FLO – 2D merupakan model penelusuran genangan yang mensimulasikan aliran saluran dan aliran permukaan bebas yang mampu menggabungkan komponen 1 dimesi (1D) dan 2 dimensi (2D) untuk mendapatkan informasi kedalaman genangan serta memfokuskan pada pemetaan genangan sungai maupun genangan air permukaan. Sungai Guring, sebagai salah satu sungai yang berada pada Banjarmasin Tengah, digunakan sebagai objek studi dalam simulasi Flo-2D ini. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis peta menggunakan data peta topografi untuk menentukan batas DAS Guring. Analisis hidrologi menggunakan data curah hujan untuk mendapatkan hujan rencana dan hidrograf inflow. Analisis hidrolika menggunakan data penampang sungai existing. Hasil dari analisis tersebut akan dimasukkan kedalam program FLO-2D sebagai input data. Terdapat 5 alternatif pemodelan yang dapat dilakukan menggunakan data yang diperoleh yakni: Pemodelan 1, menggunakan data hujan ; Pemodelan 2, menggunakan data hujan, penampang saluran, dan tanpa data pasang surut ; Pemodelan 3, menggunakan data hujan, penampang saluran, dan dengan data pasang surut ; Pemodelan 4, menggunakan hidrograf inflow, penampang saluran, dan tanpa data pasang surut ; Pemodelan 5, menggunakan hidrograf inflow, penampang saluran, dan dengan data pasang surut. Berdasarkan hasil proses simulasi FLO-2D, pemodelan 3 merupakan pemodelan yang paling cocok dijadikan sebagai peta genangan DAS Guring karena menghasilkan plot grid element maximum flow velocity dan bentuk grafik maximum water surface elevation yang realistis dengan menggambarkan adanya pengaruh pasang surut dan tidak adanya pengaruh boundary hulu dan hilir. Mayoritas pemodelan memiliki kedalaman maksimum genangan yang terkonsentrasi pada sungai/saluran

    KERAGAAN HASIL DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA LINGKUNGAN GENANGAN

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui keragaan hasil dan komponen hasil dari beberapa varietas  kedelai  terhadap  lingkungan genangan.  Penelitian  di  lakukan  di  Rumah  Kasa Balitkabi pada bulan Februari-Mei 2017. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial terdiri dari dua faktor dan empat kali ulangan. Faktor pertama yaitu perlakuan lingkungan tanpa genangan (L1) dan lingkungan genangan (L2).  Faktor ke dua adalah varietas kedelai. Varietas yang digunakan dalam penelitian adalah 3 varietas kedelai (Grobogan, Demas 1, dan Dega 1). Pada perlakuan tanpa genangan (L1), tanaman di tanam dalam ember ditanam pada kondisi normal (tidak digenangi). Pada perlakuan genangan (L2), polibag yang telah diiisi tanah dimasukkan ke dalam bak kayu yang telah dilapisi plastik dan ditambahkan air.  Perlakuan genangan dilakukan setelah tanaman berumur 21 hst, bak kayu diisi air sampai ketinggian 5 cm dari permukaan tanah dalam polibag (tanaman dalam keadaan tergenang). Pupuk yang digunakan dalam penelitian adalah pupuk Phonska (N 15%, P2O5  15%, K2O 15%) dengan dosis 1,5 g/polibag atau setara 250  kg/ha  yang  diaplikasikan  saat  tanam.  Pengamatan  dilakukan  terhadap  karakter polong isi per tanaman, jumlah biji pertanaman, bobot biji per tanaman, tinggi tanaman, bobot segar dan bobot kering tajuk, bobot segar dan bobot kering akar serta indeks klorofil. Perlakuan genangan mengakibatkan penurunan komponen hasil dan hasil kedelai sebanyak ± 85% dibandingkan dengan lingkungan tanpa genangan dan perlakuan genangan meningkatkan bobot akar sebanyak ±60%  dibandingkan perlakuan tanpa genangan. Varietas Grobogan dan Dega 1 menghasilkan bobot biji pertanaman  ±95%   yang lebih tinggi dibandingkan pada lingkungan genangan

    HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP GENANGAN BANJIR DI KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

    Get PDF
    Abstrak Kecamatan Sidoarjo merupakan daerah muara Sub Daerah Aliran Sungai Pucang sebuah hilir daerah Daerah Aliran Sungai Brantas dengan memiliki luas 6256 Ha. Wilayah ini sering terjadi banjir pada saat musim penghujan tiba pada bulan oktober – april. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo, Kecamatan Sidoarjo merupakan wilayah yang sering menimbulkan genangan banjir. Kecamatan ini merupakan salah satu daerah yang berpotensi tinggi terhadap genangan banjir di Kabupaten Sidoarjo. Dampak banjir di Kecamatan Sidoarjo yang tercatat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo, paling parah terjadi pada tahun 2011 di Desa Blurukidul dengan banjir setinggi 50 cm yang menggenangi permukiman sehingga mengakibatkan aktivitas warga terganggu dan tahun 2016 banjir setinggi 50 cm di permukiman Kelurahan Sidokare yang merupakan banjir terparah di wilayah tersebut. Tujuan penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan curah hujan dan penggunaan lahan terhadap genangan banjir di Kecamatan Sidoarjo. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis korelasi antara variabel curah hujan dan penggunaan lahan terhadap genangan banjir. Penelitian ini terdapat dua persamaan korelasi yang terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari curah hujan (X1), lahan terbangun (X2), sedangkan variabel terikat yaitu genangan banjir meliputi, kedalaman genangan banjir dan luas genangan banjir (Y). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel penggunaan lahan di Kecamatan Sidoarjo memiliki hubungan signifikan terhadap kedalaman dan luas genangan banjir. Pada variabel curah hujan tidak memiliki hubungan terhadap kedalaman genangan banjir maupun luas genangan banjir yang terjadi di Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Kontribusi hubungan variabel curah hujan dan lahan terbangun terhadap kedalaman genangan banjir sebesar 63,8% dan sisanya sebesar dijelaskan diluar variabel. Kontribusi pengaruh variabel curah hujan dan lahan terbangun terhadap luas genangan banjir sebesar 40,2% dan sisanya dijelaskan diluar variabel penelitian ini. Kata Kunci: curah hujan, penggunaan lahan, genangan banji

    Peluang Perakitan dan Pengembangan Kedelai Toleran Genangan

    Full text link
    Sekitar 60% produksi kedelai nasional dihasilkan dari lahan sawah. Namun, budi daya kedelai di lahan sawah menghadapi berbagai masalah, antara lain cekaman genangan. Genangan menyebabkan penuaan dini sehingga daun klorosis, nekrosis, dan gugur serta pertumbuhan tanaman terhambat, yang pada akhirnya menurunkan hasil. Umumnya kehilangan hasil pada fase vegetatif lebih kecil dibandingkan pada fase reproduktif, yaitu 1743% pada fase vegetatif dan 5056% pada fase reproduktif. Besarnya penurunan hasil bergantung pada varietas kedelai yang ditanam, fase pertumbuhan tanaman, lamanya tergenang, tekstur tanah, dan kehadiran penyakit. Tersedianya varietas kedelai toleran genangan akan memberikan arti penting bagi upaya mempercepat peningkatan produksikedelai dalam negeri. Pengembangan kedelai toleran genangan tidak hanya bermanfaat dalam pengembangan kedelai di lahan sawah, tetapi juga wilayah yang sering mengalami cekaman genangan seperti lahan pasang surut. Luas lahan pasang surut di Indonesia mencapai 20,10 juta ha, sekitar 2030% di antaranya berpotensi sebagai lahan pertanian. Program perakitan varietas kedelai toleran genangan berpeluang dilakukan jika tersedia sumber gen dan metode skrining yang sederhana, mudah, dan cepat. Karakter morfologi dan fisiologi yang dapat secara cepat mendeteksi indikator toleransi kedelai terhadap genangan adalah perkecambahan, tinggi tanaman, Perubahan warna daun menjadi kuning, kehadiran akar adventif, bobot kering akar, penutupan stomata, dan kadar N total. Kerja sama dengan lembaga Internasional terutama dalam pertukaran sumber gen akan mempercepat program pemuliaan kedelai toleran genangan

    Studi Genangan Kawasan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin

    Full text link
    Kota Banjarmasin yang dikenal sebagai Kota Seribu Sungai terletak di bagian hilir Sungai Martapura yang bermuara di Sungai Barito secara administrasi pemerintahan Kota Banjarmasin memiliki lima kawasan yaitu kawasan Banjarmasin Utara, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Barat, Banjarmasin Timur, dan Banjarmasin Selatan. Dalam rencana tata ruang kota Banjarmasin kawasan Banjarmasin utara merupakan salah satuPusatPelayanan Kota sebagai pusat pertumbuhan utama dan pusat kegiatan wilayah perkotaan, Oleh sebab itu sangat perlu untuk dilakukan Studi Genangan kawasan Banjarmasin Utara untuk menangani genangan di wilayah tersebut. Genangan yang terjadi di Kota Banjarmasin disebabkan oleh air sungai pasang, air hujan maupun hujan yang bersamaan dengan air sungai pasang.Dalam stud igenangan kawasan Banjarmasin Utara dilakukan dengan pengumpulan data survey genangan, penyebab genangan, survey pasang surut sungai, kemudian dilakukan pemetaan genangan. Untuk mencapai tujuan dari studi ini maka perlu dilakukan tahapan-tahapan analisis berupa : Analisa Hidrologi untuk mengetahi curah hujan rata-rata dan menghitung debit banjir rencana (debit puncak limpasan permukaan) pada DAS, analisa genangan dengan kenaikan elevasi muka air yang di simulasikan dalam peta, dan peta genangan yang diproyeksikan pada peta dibeberapa sub DAS yaitu pada sub DAS Andai, sub DAS Awang, sub DAS Jahri Saleh, sub DAS Kedaung, dan sub DAS Kuin

    Analisis Data Pasang Surut Sebagai Dasar Penentuan Daerah Genangan Banjir Pasang Di Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat

    Full text link
    Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang merupakan wilayah yang potensial di bidang pertanian dan perikanan. Banjir pasang mengakibatkan genangan di lahan tambak dan sawah serta kerusakan pada fasilitas-fasilitas umum. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut dan elevasi muka air laut serta wilayah genangan banjir pasang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk membuat model genangan banjir pasang dalam bentuk peta. Data yang digunakan untuk membuat model genangan banjir pasang adalah data pasang surut, DEM, data titik genangan banjir pasang, peta rupabumi Indonesia tahun 1999, citra Satelit GeoEye1 perekaman tahun 2016. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa tipe pasang surut di perairan Pondok Bali, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang adalah campuran condong ke harian tunggal dengan nilai MSL, HHWL dan LLWL masing-masing setinggi 174,94 cm; 231,01 cm dan 119,44 cm. Luas wilayah genangan banjir pasang yang terjadi pada tahun 2016 adalah seluas 4524,69 Ha
    • …
    corecore