9 research outputs found

    Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Baru Cina (Artemisia Vulgaris) Terhadap Kadar Sgpt Sgot Dan Histopatologi Lambung Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan

    No full text
    Daun Baru Cina (Artemisia vulgaris) merupakan tanaman yang mempunyai kandungan flavonoid, berperan sebagai antioksidan karena dapat menangkal radikal bebas. Konsentrasi radikal bebas yang tinggi dapat mengundang peningkatan ROS (Reactive Oxygen Species). ROS dapat menyebabkan kerusakan pada struktur sel, DNA, kerusakan lipid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas akut penggunaan ekstrak etanol Daun Baru Cina (Artemisia vulgaris) terhadap kadar SGPT SGOT dan histopatologi lambung tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. Tahapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan ekstrak Artemisia vulgaris, menyiapkan hewan coba lalu pemberian ektrak etanol Daun Baru Cina (Artemisia vulgaris) dosis 300mg/kgBB, 600mg/kgBB, 1200mg/kgBB dan 2400mg/kgBB, pengambilan darah dilakukan untuk pemeriksaan kadar SGPT SGOT, pembedahan dilakukan untuk koleksi organ lambung dan dilakukan pembuatan preparat histopatologi lambung. Analisa data dibantu dengan aplikasi SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 25 menggunakan uji One Way Anova dan Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa toksisitas akut penggunaan ekstrak etanol Daun Baru Cina (Artemisia vulgaris) dengan dosis 300mg/kgBB, 600mg/kgBB, 1200mg/kgBB, 2400mg/kgBB tidak terdapat perbedaan yang nyata p>0,05 terhadap kadar SGPT dan SGOT pada tikus jantan. Hasil histopatologi dan skoring menunjukkan bahwa toksisitas akut penggunaan ekstrak etanol Daun Baru Cina (Artemisia vulgaris) dengan dosis 300 mg/kgBB, 600 mg/kgBB, 1200 mg/kgBB dan 2400 mg/kgBB menunjukkan kerusakan paling tinggi terjadi pada kelompok P4 (2400mg/kgBB) dengan melihat cedera mukosa, infiltrasi leukosit dan hemoragi pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan

    Efektivitas Terapi Kombinasi Kunyit dan Madu Terhadap Kesembuhan Luka Insisi pada Kolon Berdasarkan Ekspresi TNF-α dan Gambaran Histopatologis

    No full text
    Kolotomi yaitu prosedur bedah berupa penyayatan pada bagian usus mulai dari serosa sampai ke bagian lumen mukosa yang mengakibatkan perdarahan dan kerusakan jaringan. Kunyit dikenal sebagai tanaman yang memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi dan madu merupakan salah satu produk dari lebah terkenal akan efek antibakteri dan antioksidan, sehingga diharapkan mampu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kombinasi kunyit madu terhadap kesembuhan luka insisi pada kolon dilihat dari ekspresi TNF-α dan gambaran histopatologis. Hewan coba yang digunakan berupa tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley berumur 3 bulan dengan berat badan 400 gram sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok kontrol (K) yaitu tikus dengan perlakuan kolotomi tanpa pemberian terapi, P1 dengan pemberian terapi larutan omeprazole dengan dosis 20 mg/kg BB, P2 yang diberi terapi kunyit dosis 500 mg/kg BB, P3 yang diberi terapi madu dan P4 yang mana diberi terapi kombinasi kunyit dan madu dilakukan satu kali sehari selama 10 hari secara per oral. Pengambilan organ kolon menggunakan metode dekapitasi kemudian nekropsi sebagai sampel pengamatan ekspresi TNF-α dengan teknik imunohistokimia dan pembuatan preparat histopatologis menggunakan pewarnaan Hematoxilin-Eosin (HE). Analisis data jumlah sel fibroblas menggunakan uji One Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji lanjutan Tukey HSD dan ekspresi TNF-α menggunakan uji Kruskal Wallis dimana memiliki tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan terapi kombinasi kunyit dan madu mampu meningkatkan proliferasi fibroblas secara signifikan terhadap kelompok kontrol (p<0.05) namun tidak menurunkan ekspresi TNF-α secara signifikan (p>0.05). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terapi kombinasi kunyit dan madu memiliki potensi untuk membantu proses penyembuhan luka namun memiliki efek yang sama dibanding dengan hanya penggunaan kunyit atau madu

    Efek Pemberian Ekstrak Wortel (Daucus Carota L.) Terhadap Diameter, Survival Rate dan Germinal Vesicle Breakdown Oosit Ikan Zebra (Danio Rerio) dengan Paparan Heat Stress.

    No full text
    Induksi suhu tinggi yang melebihi batas toleransi pada ikan akan menstimulusi diproduksinya Reactive Oxygen Species (ROS) dan berakibat terjadinya stress oksidatif dan mempengaruhi perkembangan oosit pada diameter, Survival Rate, dan Germinal Vesicle Breakdown. Kandungan β- karoten pada wortel merupakan pembentuk vitamin A yang berfungsi sebagai antioksidan baik untuk ROS sehingga memungkinkan individu tetap hidup dalam kondisi lingkungan panas yang dapat menyebabkan heat stress. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suplementasi ekstrak wortel dengan dosis 4 μL terhadap diameter, Survival Rate, dan Germinal Vesicle Breakdown oosit Ikan Zebra pada suhu normal 28°C dan paparan panas 32°C dan 34°C. Sebanyak 1080 oosit ikan Zebra dibagi menjadi enam kelompok perlakuan yaitu kelompok yaitu non- heat stress + solution (4μl), non- heat stress + ekstrak wortel (4μl), 32°C + solution (4μl), 32°C + ekstrak wortel (4μl), 34°C + solution (4μl), 34°C + ekstrak wortel (4μl) dengan enam kali pengulangan. Data kuantitatif diolah menggunakan software SPSS dengan Analisa Two Way ANOVA. Hasil uji Two Way ANOVA menunjukkan bahwa suplementasi esktrak wortel memberikan pengaruh terhadap presentase diameter, namun tidak memberikan pengaruh pada survival rate dan Germinal Vesicle Breakdown. Hal ini ditunjukkan oleh signifikansi terhadap presentase diameter (p=0.000) dan Survival Rate (p=0.670), Germinal Vesicle Breakdown (p=0.075)

    Efektivitas Terapi Kombinasi Kunyit dan Madu Terhadap Kesembuhan Luka Insisi Pada Kulit Berdasarkan Gambaran Makroskopis dan Histopatologis.

    No full text
    Luka insisi (vulnus incisivum) merupakan salah satu bentuk luka yang disebabkan oleh benda tajam sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan. Kunyit dan madu memiliki bahan aktif berupa flavonoid yang bekerja sebagai antiinflamasi dengan menghambat NF-kB, COX-2 dan meningkatkan sintesis kolagen oleh fibroblast dalam kesembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian kombinasi kunyit dan madu terhadap kesembuhan luka insisi berdasarkan gambaran makroskopis dan histopatologis. Tikus Sprague-Dawley yang digunakan berjumlah 25 ekor, berjenis kelamin jantan berumur 3 bulan dengan berat badan 400 gram dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan terdiri dari kelompok K1, P1, P2, P3 dan P4. Kelompok K merupakan kelompok perlakuan tanpa pemberian terapi, kelompok P1 diberikan terapi gentamicin sulfate konsentrasi 0,1%, kelompok P2 diberikan terapi madu konsentrasi 1 ml, kelompok P3 diberikan terapi kunyit konsentrasi 100 mg/ml dan kelompok P4 diberikan terapi kombinasi kunyit dan madu dengan perbandingan 1:1. Sampel kulit pada area insisi dikoleksi untuk diproses menjadi preparat histopatologi dengan menggunakan pewarnaan Haematoxilin Eeosin (HE), kemudian diamati pada 5 lapang pandang dengan perbesarn 400x. Analisis data skoring Clinical Sign of Inflammation (CSI), jumlah sel radang, dan sel fibroblast dilakukan menggunakan uji statistik Kruskal Wallis, dimana uji tersebut menggunakan tingkat signifikansi 95% (α = 5%) / p < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi kombinasi kunyit dan madu tidak memengaruhi skoring CSI, jumlah sel radang, dan sel fibroblast secara signifikan (p > 0,05). Pada kelompok P4 dengan pemberian kombinasi kunyit dan madu diperoleh hasil bahwa nilai CSI dan sel radang lebih rendah dari kelompok lainnya dan nilai sel fibroblast lebih tinggi dari kelompok lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian terapi kombinasi kunyit dan madu memiliki gambaran proses kesembuhan luka yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lainny

    Efek Suplementasi Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap Viabilitas dan Germinal Vesicle Breakdown Rate Oosit Ikan Zebra (Danio rerio) Dengan Paparan Heat Stress

    No full text
    Pemanasan global ditandai dengan meningkatnya suhu atmosfer, laut, dan daratan di bumi, sehingga terjadi perubahan iklim yang ekstrim. Efek perubahan iklim akan berpengaruh terhadap kesehatan hewan melalui peningkatan suhu lingkungan (heat stress). Heat stress berdampak negatif pada kesehatan hewan melalui peningkatan ROS (Reactive Oxygen Spesies), terutama pada sistem reproduksi karena menyebabkan penurunan efisiensi reproduksi, seperti perkembangan folikel, kualitas oosit, dan pematangan oosit. Diperlukan suplementasi antioksidan, yaitu ekstrak teh hijau, untuk mengurangi efek negatif dari heat stress. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pemberian ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) dosis 4 µl terhadap viabilitas dan Germinal Vesicle Breakdown (GVBD) rate oosit ikan Zebra pada suhu normal (28℃) dan dengan paparan heat stress (32℃; 34℃). Oosit ikan Zebra dikoleksi dan dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok perlakuan meliputi, kelompok non heat stress (28℃) dan kelompok heat stess (32℃; 34℃) dengan 6 kali pengulangan. Data kuantitatif diolah menggunakan software SPSS dengan Analisa Two Way ANOVA. Hasil Two Way ANOVA menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak teh hijau memberikan efek positif terhadap viabilitas dan GVBD rate oosit ikan Zebra. Hal ini ditunjukkan oleh signifikansi terhadap persentase viabilitas (P=0.000) dan GVBD rate (P=0.000)

    Efek Suplementasi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus sinensis) Terhadap Diameter, Survival Rate, dan Germinal Vesicle Breakdown Rates Oosit Ikan Zebra (Danio rerio) Dengan Paparan Heat Stress

    No full text
    Paparan suhu yang tinggi dapat menyebabkan kondisi heat stress akibat ketidakmampuan individu untuk meregulasi panas. Heat stress dapat menyebabkan peningkatan produksi Reactive Oxygen Species yang menyebabkan ketidakseimbangan fisiologi dan reproduksi. Flavonoid yang terdapat pada kulit jeruk dapat mengurangi dampak negatifnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek suplementasi ekstrak kulit jeruk terhadap diameter, survival rate, dan germinal vesicle breakdown rate oosit ikan zebra yang terpapar heat stress dan non heat stress. Oosit dikoleksi dari Ikan Zebra betina (n=1080) sejumlah 20 ekor dibagi menjadi enam kelompok perlakuan suhu NHSS, NHSKJ, HS32S, HS32KJ, HS34S, dan HS34KJ. Kemudian oosit diberi perlakuan heat stress selama satu jam lalu diberi suplementasi ekstrak kulit jeruk sejumlah 4μl pada kelompok suplementasi, dengan konsentrasi flavonoid 328,58 ppm pada ekstrak kulit jeruk. Data kemudian diolah menggunakan SPSS dengan analisa Two Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji lanjut LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit jeruk pada oosit memberikan perbedaan signifikan pada setiap kelompok perlakuan suhu pada diameter, survival rate, dan GVBD rate oosit ikan Zebra yang dipapar HS dan NHS (P<0,05). Mean kelompok suplementasi lebih ditinggi dibandingkan dengan kelompok solution. Kelomok NHSKJ menunjukkan angka yang paling tinggi pada diameter, survival rate, dan GVBD rate oosit ikan Zebra

    Pengaruh Paparan Heat Stress terhadap Integritas DNA, Mortalitas, Viabilitas, dan Morfologi Sperma Ikan Zebra (Danio rerio) dengan Diberi Suplementasi Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonium L.

    No full text
    Pemanasan global merupakan fenomena meningkatnya suhu bumi secara global sehingga menyebabkan terjadinya heat stress yang dapat mengganggu keseimbangan oksidan dan antioksidan di dalam tubuh sehingga meningkatkan kadar Reactive Oxygen Species (ROS). Peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) menimbulkan stress oksidatif yang akan berdampak langsung pada sistem reproduksi ikan khususnya spermatogenesis. Salah satu cara untuk mengurangi dampak dari heat stress tersebut adalah dengan pemberian senyawa antioksidan, seperti quercetin. Antioksidan quercetin merupakan senyawa utama yang terkadung pada bawang merah (Allium ascalonium L.) yang berfungsi sebagai pemutus reaksi berantai radikal bebas yang bekerja dengan menjaga keseimbangan oksidatif. Penelitian ini dilakukan menggunakan ikan Zebra sebagai hewan model dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi ekstrak bawang merah terhadap integritas DNA, viabilitas, mortalitas, dan morfologi sperma ikan pada paparan heat stress. Ikan jantan dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu kelompok perlakuan (pemberian ekstrak bawang merah) dan kontrol (solution). Setiap kelompok dibagi lagi berdasarkan suhu, yaitu suhu normal (240 C) dan heat stress suhu (300 C dan 320 C) yang dipelihara selama 7 hari. Pengamatan morfologi menunjukkan adanya beberapa abnormalitas pada kelompok perlakuan. Data integritas DNA, viabilitas dan mortalitas diolah menggunakan software SPSS dengan uji non-parametrik Kruskal-Wallis H. dengan uji lanjutan Mann�Whitney (P<0,05). Hasil uji menunjukkan adanya perbedaan signifikan antar kelompok terhadap integritas DNA (p=0.000), viabilitas (p=0.000), dan mortalitas (p=0.000)

    Pengaruh Perbedaan Musim Tropis Terhadap Dry Matter Intake Dan Glukosa Darah Pada Sapi Perah

    No full text
    Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang memiliki kelembapan dan suhu lebih tinggi dari negara lainnya. Meningkatnya kelembapan dan suhu dapat berpengaruh pada kondisi fisiologis sapi perah. Salah satu dampak yaitu dapat memicu kondisi stres panas. Stres panas merupakan kondisi dimana hewan tidak mampu mengeluarkan panas dari tubuh sehingga berdampak pada penurunan produktivitas. Dalam mengukur tingkatan stres, digunakan Temperature Humidity Index (THI) yaitu interaksi antara suhu dengan kelembapan lingkungan yang menggambarkan kenyamanan sapi perah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan musim tropis terhadap dry matter intake dan glukosa darah pada sapi perah. Subjek penelitian ini adalah sapi perah peranakan Friesien Holstein (PFH) pada periode multiparous milk lactation dengan berat badan ±450 kg, yang kemudian diamati parameter darah dan fisiologis tubuhnya pada musim kemarau dan musim hujan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan analisis statistika menggunakan aplikasi Statistical Analysis System (SAS) versi 9.3 windows dan dibandingkan antara dry matter intake serta kadar glukosa darah pada musim kemarau dan musim penghujan. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil bahwa musim penghujan berpengaruh pada dry matter intake yang ditunjukan dengan adanya penurunan pada hari ke-10 (p=0.04), hari ke-12 (p=0.00), hari ke-16 (p=0.03) dan hari ke-17 (p=0.01). Musim penghujan juga berpengaruh dalam menurunkan kadar glukosa dibandingkan musim kemarau ditunjukan dengan adanya perbedaan numerikal pada kategori grup hari ke-10 (p=<.0001) dan hari ke-20 (p=0.04)

    Perbandingan Penambahan Tepung Maggot Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) Sebagai Pakan Tambahan Terhadap Gambaran Histomorfometri Tebal Mukosa Sekum Ayam Broiler Pada Fase Starter Dan Finisher

    No full text
    Ayam broiler merupakan komoditas yang berkontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia. Periode pemeliharaan ayam terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase starter dan fase finisher, dimana keduanya memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda. Protein kasar adalah unsur penting dalam ransum unggas karena berperan penting terhadap perkembangan organ pencernaan. Maggot Black Soldier fly (BSF) merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan dari tepung ikan sebagai sumber protein yang mengandung protein kasar ± 50% dan lemak ± 25%. Sekum merupakan organ yang berfungsi membantu pencernaan secara kimiawi dengan bantuan mikroflora serta turut membantu penyerapan air dan elektrolit. Penambahan Maggot BSF dalam pakan dapat meningkatkan tebal tunika mukosa sehingga penyerapan air dan elektrolit pada sekum semakin optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penambahan Maggot BSF terhadap gambaran histomorfometri tebal mukosa sekum ayam broiler pada fase starter dan finisher. Sebanyak 100 ekor ayam broiler MB 202 strain Lohman dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang terdiri dari 5 ekor ayam tiap kelompok dengan 4 kali ulangan perlakuan. P1 (kontrol negatif), P2 (Pakan standar + 5% tepung maggot), P3 (Pakan standar + 10% tepung maggot), P4 (Pakan Standar + 15% tepung maggot) dan P5 (Pakan standar + 20% tepung maggot). Perlakuan dimulai pada hari ke- 8 setelah 7 hari diaklimatisasi. Kelompok fase starter dinekropsi pada hari ke 17, kemudian nekropsi pada fase finisher dilakukan pada hari ke 30. Analisa data tebal mukosa sekum dianalisis dengan menggunakan one way ANOVA lalu dilanjutkan dengan uji tukey dengan angka kepercayaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung maggot BSF dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% sebagai pakan tambahan pada ayam broiler fase starter dan finisher diperoleh hasil (P<0,05) pada antar kelompok perlakuan serta memiliki tebal mukosa yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (0%). Kesimpulan penelitian ini adalah penambahan tepung maggot BSF menyebabkan penambahan tebal mukosa sekum ayam broiler fase starter dan finisher paling optimal pada kelompok 20%, serta kelompok yang memiliki tebal mukosa paling tinggi diperoleh pada kelompok fase finisher dengan penambahan maggot BSF 20%
    corecore