Perbandingan Penambahan
Tepung Maggot Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) Sebagai
Pakan Tambahan Terhadap Gambaran Histomorfometri
Tebal Mukosa Sekum Ayam Broiler Pada Fase Starter Dan
Finisher
Ayam broiler merupakan komoditas yang berkontribusi besar dalam memenuhi
kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia. Periode pemeliharaan ayam
terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase starter dan fase finisher, dimana keduanya memiliki
kebutuhan nutrisi yang berbeda. Protein kasar adalah unsur penting dalam ransum
unggas karena berperan penting terhadap perkembangan organ pencernaan. Maggot
Black Soldier fly (BSF) merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi
ketergantungan dari tepung ikan sebagai sumber protein yang mengandung protein
kasar ± 50% dan lemak ± 25%. Sekum merupakan organ yang berfungsi membantu
pencernaan secara kimiawi dengan bantuan mikroflora serta turut membantu
penyerapan air dan elektrolit. Penambahan Maggot BSF dalam pakan dapat
meningkatkan tebal tunika mukosa sehingga penyerapan air dan elektrolit pada sekum
semakin optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penambahan
Maggot BSF terhadap gambaran histomorfometri tebal mukosa sekum ayam broiler
pada fase starter dan finisher. Sebanyak 100 ekor ayam broiler MB 202 strain Lohman
dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang terdiri dari 5 ekor ayam tiap kelompok
dengan 4 kali ulangan perlakuan. P1 (kontrol negatif), P2 (Pakan standar + 5% tepung
maggot), P3 (Pakan standar + 10% tepung maggot), P4 (Pakan Standar + 15% tepung
maggot) dan P5 (Pakan standar + 20% tepung maggot). Perlakuan dimulai pada hari ke-
8 setelah 7 hari diaklimatisasi. Kelompok fase starter dinekropsi pada hari ke 17,
kemudian nekropsi pada fase finisher dilakukan pada hari ke 30. Analisa data tebal
mukosa sekum dianalisis dengan menggunakan one way ANOVA lalu dilanjutkan
dengan uji tukey dengan angka kepercayaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan tepung maggot BSF dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% sebagai
pakan tambahan pada ayam broiler fase starter dan finisher diperoleh hasil (P<0,05)
pada antar kelompok perlakuan serta memiliki tebal mukosa yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol (0%). Kesimpulan penelitian ini adalah penambahan
tepung maggot BSF menyebabkan penambahan tebal mukosa sekum ayam broiler fase
starter dan finisher paling optimal pada kelompok 20%, serta kelompok yang memiliki
tebal mukosa paling tinggi diperoleh pada kelompok fase finisher dengan penambahan
maggot BSF 20%