1,317 research outputs found
PENGARUH HARMONISA TERHADAP EFISIENSI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV GARDU INDUK BANDA ACEH
Apabila terjadi suatu masalah pada transformator distribusi maka akan terjadi pemutusan aliran listrik kepada konsumen. Salah satu masalah yang dapat mengganggu kinerja transformator distribusi adalah harmonisa. Terjadinya harmonisa pada trafo distribusi disebabkan oleh beban-beban nonlinier. Harmonisa akan berdampak mengurangi efisiensi dari trafo distribusi. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap trafo distribusi PS#1 Gardu Induk Banda Aceh, dan dibuat simulasi filter harmonik dengan menggunakan software ETAP 12.6.0. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai THDv sebesar 1,87 % dan nilai THDi sebesar 14,13 %. Dari hasil simulasi per-beban didapatkan bahwa beban AC 2 pk menyumbangkan harmonisa yang terbesar dibandingkan dengan beban yang lain yaitu sebesar 29,68 % untuk nilai THDi, dan 0,79 % untuk nilai THDv. Dari hasil simulasi rangkaian tanpa menggunakan filter harmonik didapatkan nilai THDv sebesar 1,82 %, nilai THDi sebesar 14,14 %, dan nilai PF sebesar 90,9 %. Sedangkan hasil simulasi dengan menggunakan filter harmonik didapatkan nilai THDv sebesar 1,82 %, THDi sebesar 12,41 %, dan nilai PF sebesar 92,3 %. Filter harmonik bekerja dengan baik dan mampu mengurangi kandungan harmonisa serta memperbaiki nilai PF pada jaringan listrik. Kata kunci: Total Harmonic Distortion (THD), Transformator, PF, Filter Harmonik, ETAP 12.6.
Human PIF1 helicase supports DNA replication and cell growth under oncogenic-stress
Unwinding duplex DNA is a critical processing step during replication, repair and transcription. Pif1 are highly conserved non-processive 5′->3′ DNA helicases with well-established roles in maintenance of yeast genome stability. However, the function of the sole member of Pif1 family in humans remains unclear. Human PIF1 is essential for tumour cell viability, particularly during replication stress, but is dispensable in non-cancerous cells and Pif1 deficient mice. Here we report that suppression of PIF1 function slows replication fork rates and increases arrested forks during normal cycling conditions. Importantly, PIF1-dependent replication impediments impair S-phase progression and reduce proliferation rates of RAS oncogene-transformed fibroblasts, where replication fork slowing is exacerbated, but not parental, non-cancerous cells. Disrupted fork movement upon PIF1-depletion does not enhance double-stranded break formation or DNA damage responses but affects resumption of DNA synthesis after prolonged replication inhibitor exposure, accompanied by diminished new origin firing and mainly S-phase entry. Taken together, we characterised a functional role for human PIF1 in DNA replication that becomes important for cell growth under oncogenic stress. Given that oncogenes induce high levels of replication stress during the early stages of tumorigenesis, this function of PIF1 could become critical during cancer development
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER DENGAN BERBANTUAN TAKTIK PENGHASIL PERTANYAAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS X IPS SMAN 16 BANDA ACEH
vABSTRAKKata Kunci : Giving Question and Getting Answer, Taktik Penghasil pertanyaan, Hasil Belajar, GeografiMetode pembelajaran Giving Question and Getting Answer adalah metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif yang memfokuskan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Taktik penghasil pertanyaan merupakan gaya yang dilakukan untuk mempermudah guru dalam mengajar dan menjadikan tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran semakin meningkat . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Peningkatan hasil belajar siswa; (2) Aktivitas guru dan siswa; (3) Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran; dan (4) Respon siswa terhadap metode pembelajaran Giving Question and Getting Answer dengan berbantuan taktik penghasil pertanyaan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IS SMAN 16 Banda Aceh yang berjumlah 20 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan (1) Lembar pre-test dan post-test; (2) Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa; (3) Lembar pengamatan keterampilan guru; dan (4) lembar respon siswa. Analisis data menggunakan statistik deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persentase ketuntasan secara individual meningkat dari 14 siswa yang tuntas pada siklus I, 16 siswa tuntas pada siklus II, dan 19 tuntas pada siklus III, persentase ketuntasa n klasikal pun meningkat dari 50% pada siklus I, 70% pada siklus II, dan 90% pada siklus III; (2) Aktivitas guru dan siswa meningkat menjadi sesuai dengan persentase waktu ideal; (3) Keterampilan guru meningkat dari perolehan skor 2,64 pada siklus I dengan kategori baik, skor 3,42 pada siklus II dengan kategori baik, dan 3,55 pada siklus III dengan kategori sangat baik; (4) Respon siswa, terhadap metode pembelajaran Giving Question and getting answer dengan berbantuan taktik penghasil pertanyaan dapat dikatakan baik. 95 persen dari 20 siswa berpendapat bahwa dengan belajar melalui metode Giving Question and Getting Answer dengan berbantuan taktik penghasil pertanyaan dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi dasar-dasar ilmu geografi yang telah dipelajari
Recommended from our members
The signature motif of the Saccharomyces cerevisiae Pif1 DNA helicase is essential in vivo for mitochondrial and nuclear functions and in vitro for ATPase activity
Pif1 family DNA helicases are conserved from bacteria to humans and have critical and diverse functions in vivo that promote genome integrity. Pif1 family helicases share a 23 amino acid region, called the Pif1 signature motif (SM) that is unique to this family. To determine the importance of the SM, we did mutational and functional analysis of the SM from the Saccharomyces cerevisiae Pif1 (ScPif1). The mutations deleted portions of the SM, made one or multiple single amino acid changes in the SM, replaced the SM with its counterpart from a bacterial Pif1 family helicase and substituted an α-helical domain from another helicase for the part of the SM that forms an α helix. Mutants were tested for maintenance of mitochondrial DNA, inhibition of telomerase at telomeres and double strand breaks, and promotion of Okazaki fragment maturation. Although certain single amino acid changes in the SM can be tolerated, the presence and sequence of the ScPif1 SM were essential for all tested in vivo functions. Consistent with the in vivo analyses, in vitro studies showed that the presence and sequence of the ScPif1 SM were critical for ATPase activity but not substrate binding
The yeast Pif1p DNA helicase preferentially unwinds RNA–DNA substrates
Pif1p is the prototypical member of the PIF1 family of DNA helicases, a subfamily of SFI helicases conserved from yeast to humans. Baker's yeast Pif1p is involved in the maintenance of mitochondrial, ribosomal and telomeric DNA and may also have a general role in chromosomal replication by affecting Okazaki fragment maturation. Here we investigate the substrate preferences for Pif1p. The enzyme was preferentially active on RNA–DNA hybrids, as seen by faster unwinding rates on RNA–DNA hybrids compared to DNA–DNA hybrids. When using forked substrates, which have been shown previously to stimulate the enzyme, Pif1p demonstrated a preference for RNA–DNA hybrids. This preferential unwinding could not be correlated to preferential binding of Pif1p to the substrates that were the most readily unwound. Although the addition of the single-strand DNA-binding protein replication protein A (RPA) stimulated the helicase reaction on all substrates, it did not diminish the preference of Pif1p for RNA–DNA substrates. Thus, forked RNA–DNA substrates are the favored substrates for Pif1p in vitro. We discuss these findings in terms of the known biological roles of the enzyme
Penerapan Metode Pembelajaran Giring Question And Getting Answer dengan Berbantuan Taktik Penghasil Pertanyaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi pada Siswa Kelas X Sman 16 Banda Aceh
Metode pembelajaran Giving Question and Getting Answer adalah metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif yang memfokuskan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Taktik penghasil pertanyaan merupakan gaya yang dilakukan untuk mempermudah guru dalam mengajar dan menjadikan tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Peningkatan hasil belajar siswa; (2) Aktivitas guru dan siswa; (3) Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran; dan (4) Respon siswa terhadap metode pembelajaran Giving Question and Getting Answer dengan berbantuan taktik penghasil pertanyaan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IS SMAN 16 Banda Aceh yang berjumlah 20 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan (1) Lembar pre-test dan post-test; (2) Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa; (3) Lembar pengamatan keterampilan guru; dan (4) lembar respon siswa. Analisis data menggunakan statistik deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persentase ketuntasan secara individual meningkat dari 14 siswa yang tuntas pada siklus I, 16 siswa tuntas pada siklus II, dan 19 tuntas pada siklus III, persentase ketuntasan klasikal pun meningkat dari 50% pada siklus I, 70% pada siklus II, dan 90% pada siklus III; (2) Aktivitas guru dan siswa meningkat menjadi sesuai dengan persentase waktu ideal; (3) Keterampilan guru meningkat dari perolehan skor 2,64 pada siklus I dengan kategori baik, skor 3,42 pada siklus II dengan kategori baik, dan 3,55 pada siklus III dengan kategori sangat baik; (4) Respon siswa, terhadap metode pembelajaran Giving Question and getting answer dengan berbantuan taktik penghasil pertanyaan dapat dikatakan baik. 95 persen dari 20 siswa berpendapat bahwa dengan belajar melalui metode Giving Question and Getting Answer dengan berbantuan taktik penghasil pertanyaan dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi dasar-dasar ilmu geografi yang telah dipelajari
Recommended from our members
Hrq1, a Homolog of the Human RecQ4 Helicase, Acts Catalytically and Structurally to Promote Genome Integrity
SummaryHuman RecQ4 (hRecQ4) affects cancer and aging but is difficult to study because it is a fusion between a helicase and an essential replication factor. Budding yeast Hrq1 is homologous to the disease-linked helicase domain of RecQ4 and, like hRecQ4, is a robust 3′-5′ helicase. Additionally, Hrq1 has the unusual property of forming heptameric rings. Cells lacking Hrq1 exhibited two DNA damage phenotypes: hypersensitivity to DNA interstrand crosslinks (ICLs) and telomere addition to DNA breaks. Both activities are rare; their coexistence in a single protein is unprecedented. Resistance to ICLs requires helicase activity, but suppression of telomere addition does not. Hrq1 also affects telomere length by a noncatalytic mechanism, as well as telomerase-independent telomere maintenance. Because Hrq1 binds telomeres in vivo, it probably affects them directly. Thus, the tumor-suppressing activity of RecQ4 could be due to a role in ICL repair and/or suppression of de novo telomere addition
- …