9 research outputs found

    Pembekalan Keterampilan Pembuatan Tas Kanvas Bagi Perempuan Eks Pekerja Migran di Kampung Baros Desa Sukataris Kabupaten Cianjur

    Get PDF
    Abstract: The pressure on the limitation of employment opportunities is also economic needs of the family, becoming one of the driving factors for becoming migrant workers. Now the women migrant workers have returned to their homes, even though the economy has improved. But they are confronted with another problem, they can not work as before. This is one of them because of age, and the burden of the family growing. Their daily life only deals with the domestic sector and no longer produces economically, nor is their time wasted with unproductive things. To fill and utilize the time they have, it is necessary to empower women ex migrant workers. One of them with the skill of making canvas bag/totebag. This activity was implemented in Baros Pasantren RT 02 RW 02 Sukataris Village, Karangtengah Subdistrict, Cianjur Regency. The method used are lecture, discussion, question and answer, and practice to make pattern of tottebag, cutting pattern and also practice of sewing tottebag. This training make they start to realize about the importance of having skills, especially sewing skills or make patterns and cutting patterns. They can apply when there are owners of convection who ask for their services, before they can open their own business. Thus, in addition to taking care of the household and members of their family, they are able to fill their spare time with activities that can produce economically.  Abstrak: Tekanan atas keterbatasan peluang kerja juga didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, menjadi salah satu faktor pendorong untuk menjadi migran pekerja. Kini para perempuan pekerja migran telah kembali ke kampung halaman, meskipun secara ekonomi sudah mengalami peningkatan. Akan tetapi mereka dihadapkan dengan kendala lain, yakni tidak dapat bekerja sebagaimana sebelumnya. Hal ini salah satunya karena usia, dan beban keluarga yang semakin bertambah. Keseharian mereka hanya berkutat pada sektor domestik dan tidak lagi menghasilkan secara ekonomi, juga waktu mereka banyak terbuang dengan hal-hal yang tidak produktif. Untuk mengisi dan memanfaatkan waktu yang mereka miliki, maka perlu dilakukan pemberdayaan perempuan eks pekerja migran yang salah satunya dengan pembekalan keterampilan membuat tas kanvas/totebag. Kegiatan ini diselenggarakan di Kampung Baros Pasantren RT 02 RW 02 Desa Sukataris Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur pada ibu-ibu eks pekerja migran. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, dan praktik membuat pola tottebag, cutting pola serta praktik menjahit pola yang sudah ditentukan hingga menjadi tottebag. Dengan adanya pelatihan ini mereka mulai tersadar tentang pentingnya memiliki keterampilan, terutama keterampilan menjahit ataupun membuat pola dan cutting pola. Hal ini bisa mereka aplikasikan ketika ada pemilik konveksi yang meminta jasa mereka, menjelang mereka bisa membuka usaha sendiri. Dengan demikian selain mengurus rumah tangga dan para anggota keluarganya, mereka pun mampu mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan yang bisa menghasilkan secara ekonomi

    IMPLEMENTASI BLANDED LEARNING DALAM MENGKAJI ISU-ISU SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG’S)

    Get PDF
    ABSTRAKdilakukan blended learning dalam mengkaji isu SDG’s, kendala dan cara dalam mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara, observasi partisipatif, dan dianalisis menggunakan software NVIVO 12. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) implementasi blanded learning dilakukan melalui google-classroom sebagai media pembelajaran, google scholar sebagai media pengembangan pengetahuan, dan google-form sebagai media evaluasi, yang diperkuat dengan berdiskusi saat tatap muka; (2) alasan diperlukan blended learning, karena mahasiswa merasa lebih tertarik, paperless, dan bersifat fleksibel.; (3) Kendala yang dihadapi pada blanded learning adalah jika e-learning mengalami lemahnya koneksi internet, tidak menguasai e-learning, dan ketika mahasiswa tidak memperhatikan intruksi dalam pembelajaran. Respon dosen yang lambat dalam memantau e-learning juga dapat menjadi kendala. Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut, mahasiswa dan dosen perlu saling interaktif, sehingga blanded learning dapat efektif.  Kata Kunci: Implementasi, Blanded Learning, Sustainable Development Goal’

    Implementasi Blanded Learning Dalam Mengkaji Isu-Isu Sustainable Development Goals (Sdg?s)

    No full text
    dilakukan blended learning dalam mengkaji isu SDG?s, kendala dan cara dalam mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara, observasi partisipatif, dan dianalisis menggunakan software NVIVO 12. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) implementasi blanded learning dilakukan melalui google-classroom sebagai media pembelajaran, google scholar sebagai media pengembangan pengetahuan, dan google-form sebagai media evaluasi, yang diperkuat dengan berdiskusi saat tatap muka; (2) alasan diperlukan blended learning, karena mahasiswa merasa lebih tertarik, paperless, dan bersifat fleksibel.; (3) Kendala yang dihadapi pada blanded learning adalah jika e-learning mengalami lemahnya koneksi internet, tidak menguasai e-learning, dan ketika mahasiswa tidak memperhatikan intruksi dalam pembelajaran. Respon dosen yang lambat dalam memantau e-learning juga dapat menjadi kendala. Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut, mahasiswa dan dosen perlu saling interaktif, sehingga blanded learning dapat efektif

    PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI DESA SEGARAJAYA, KECAMATAN TARUMAJAYA KABUPATEN BEKASI

    Get PDF
    The purpose of this research is to know the community participation management of mangrove forests in PAL Jaya Beach, Segarajaya Village Tarumajaya District, Bekasi. This study uses descriptive method, which aims to find information from  by using the questionnaire (closed questionnaire), direct observation, interviews, and documentation. The subjects of this study were 25 people consisting of members of the Supervisory Society Group (POKMASWAS), Ikatan Pemuda Putera Daerah (IKAPUD), and other communitie. The results showed that community participation management of mangrove forests is relatively high from the aspects of planning and activities implementation (restoration). Community participation is also supported by several institutions cooperate such as socialization, mangrove planting, and development of mangrove forest area. However, community involvement in treating mangroves have been low. Related to community participation in utilizing mangrove forests is still educatiobal tourist are

    MODEL AFIRMATIF BAGI MASYARAKAT PESISIR PANTAI DI WILAYAH JAKARTA UTARA TENTANG BATIK JUMPUTAN BERMOTIF ALAM VERSI MILENIAL

    No full text
    Community service activities are carried out in an effort to strengthen women's capacity so they can develop the jumputan batik home industry and the millennial version of natural fashion designs. Operationally the product of community service activities is jumputan cloth using natural dyes. The training materials for community service activities are the skills of making jumputan batik patterns with natural characteristics, as well as green campaigns on environmental preservation and sustainable lifestyles through getting used to implementing 7R (recycle, reuse, reduce, replace, repair, replant, refill). Counselling on environmental materials in sustainable development was delivered in a planned manner to 27 Coastal Communities in the North Jakarta Region virtually. The community is expected to be able to design skills. In the virtual process, they have shown: enthusiasm, collaboration, curiosity, participation in providing ideas, discipline, new ideas, creativity, interest, ability to express opinions and motivation. The millennial version of natural character fashion products can soon be widely promoted at the local, regional, national and global levels. Demand for fashion products with coastal batik motifs with a millennial version of nature shows the high enthusiasm of coastal communities in North Jakarta for products with the concept of supporting a circular economy by implementing the 7R
    corecore