29 research outputs found

    Telaah Kandungan Kimia Rambut Jagung (Zea mays L.)

    Get PDF
    Rambut jagung merupakan limbah dari industri pangan, namun sering dimaanfaatkan sebagai obat tradisional untuk peluruh air seni dan penurun tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kandungan kimia yang terdapat pada rambut jagung. Simplisia rambut jagung diekstraksi secara sinambung dengan alat Soxhlet. Ekstrak etil asetat difraksinasi menggunakan metode kromatografi cair vakum. Pemurnian dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis preparatif. Isolat dikarakterisasi menggunakan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak dan spektrofotometri inframerah. Spektrum ultraviolet-sinar tampak isolat menunjukkan dua buah puncak pada panjang gelombang 290 nm dan 367 nm. Spektrum inframerah isolat menunjukkan adanya gugus "“OH, C"“H alifatik, C=C aromatik, dan C=O. Isolat diidentifikasi sebagai salah satu flavanon dengan gugus "“OH pada posisi atom C nomor 5 dan atau 3´, 4´ tersubstitusi.Kata kunci : Zea mays L, rambut jagung, flavanoid, flavanone. Corn silk is considered as food industry waste; however it is traditionally utilized as diuretic and treatment for hypertension. The aim of this research is to study the chemical compound of corn silk. Crude drugs of corn silk were extracted using Soxhlet apparatus. Ethyl acetate extract was fractionated by vacuum liquid chromatography. Purification was conducted by preparative thin layer chromatography. Isolate was characterized by ultraviolet-visible and infrared spectrophotometry. Ultraviolet-visible spectrum of isolate showed two peaks at 290 nm and 367 nm. Infrared spectrum showed the presence of "“OH, aliphatic C"“H, aromatic C=C, and C=O groups. Isolate was identified as one of flavanone with substituted "“OH group at atom C number 5 and or 3´, 4´.Keywords: Zea mays L, corn silk, flavanoid, flavanone

    Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dari Babakan Ciparay, Bandung Selatan, Indonesia

    Get PDF
    Saat ini, kebutuhan manusia akan antioksidan berkembang pesat. Hal ini dikarenakan masyarakat mulai peduli akan adanya radikal bebas yang dapat meningkat di dalam tubuh diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain paparan lingkungan, radiasi zat-zat kimia, racun, dan gaya hidup yang tidak sehat. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat mencegah terbentuknya radikal bebas dan dapat menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Berdasarkan beberapa penelitian, daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) diketahui memiliki efek antioksidan. Selain itu, daun binahong juga telah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa antioksidan dari daun binahong serta menentukan golongan senyawa antioksidan yang terkandung dalam daun binahong. Simplisia daun binahong diekstraksi dengan metode refluks menggunakan tiga pelarut berbeda dengan kepolaran meningkat, berturut-turut yaitu n-heksana, etil asetat, dan etanol. Ekstrak diuji aktivitas antioksidannya dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) serta diukur flavonoid total, fenol total, dan tanin total. Ekstrak etil asetat difraksinasi dengan menggunakan chromatotron dan fraksi-fraksi yang diperoleh diuji aktivitas antioksidannya menggunakan DPPH. Pemurnian dilakukan dengan metode KLT preparatif menggunakan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak kloroform-metanol (10:1). Isolat dikarakterisasi menggunakan penampak bercak spesifik, spektrofotometri UV-sinar tampak, dan spektrofotometri inframerah. Simplisia daun binahong mengandung flavonoid, steroid/triterpenoid, tanin, dan fenol, sedangkan ekstrak etil asetat mengandung flavonoid dan steroid/triterpenoid. Aktivitas peredaman DPPH ekstrak etil asetat, n-heksana, dan etanol adalah 38,15%, 29,44%, dan 40,27% dengan flavonoid total secara berurutan sebesar 1,37%, 0,24%, dan 0,70%. Senyawa antioksidan P diisolasi dari ekstrak etil asetat. Senyawa antioksidan P diduga merupakan suatu senyawa flavonol aglikon dengan gugus OH pada posisi C-7 dan OH tersubstitusi pada C-3.Kata kunci: antioksidan, daun binahong, Anredera cordifolia, ekstrak etil asetat, isolat PAbstractNowadays, human's need of antioxidant is growing so fast. It is caused by the people awareness of the free radical that can be increased in the body because of many factors, such as environmental exposures, radiation of chemical substances, poison, and unhealthy life style. Antioxidant is a substance that can avoid the free radical formation and it can resist the oxidation reaction by binding with the free radical and other reactive molecules. In some researches, the binahong leaves (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) had antioxidant activity. Besides, the binahong leaves were used by the people to cure some diseases. The objective of this research was to isolate an antioxidant compound of binahong leaves. Crude drug of binahong leaves was extracted by reflux method using three different solvents with increasing polarity, which were n-hexane, ethyl acetate, and ethanol. The antioxidant activity was tested by DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) method, the total content of flavonoids, fenols, and tannins of extract were also determined. The ethyl acetate extract was fractionated by chromatotron and the antioxidant activity of the fractions has to be tested by DPPH method. Purification was done by preparative TLC method using silica gel GF254 as the stationery phase and chloroform "“ methanol (10:1) as the mobile phase. The isolate was characterized by specified spray reagent, UV"“visible spectrophotometri, and infrared spectrophotometry method. Crude drug of binahong leaves contained flavonoids, steroid/triterpenoids, tannins, phenol, while the ethyl acetate extract contains flavonoids and steroid/triterpenoids. The DPPH reducing activity of ethyl acetate extract was 38.15%, total content of flavonoids was 1.37%. An antioxidant compound was isolated from ethyl acetate extract. Antioxidant compound P was aglycone flavonol that has OH in C-7 and substituted OH in C-3.Keywords: antioxidant, binahong leaves, Anredera cordifolia, ethyl acetate extract, isolate

    Telaah Fitokimia Daun Srikaya (Annona squamosa L.) yang Berasal dari Dua Lokasi Tumbuh

    Get PDF
    Daun srikaya (Annona squamosa L., Annonaceae) digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai penurun kadar gula darah. Simplisia yang berasal dari dua lokasi tumbuh dibandingkan kandungan kimianya. Penapisan fitokimia kedua simplisia, karakteristik simplisia, dan pola kromatogram ekstrak menunjukkan hasil yang mirip. Simplisia diekstraksi secara refluks menggunakan pelarut dengan kepolaran meningkat, yaitu n-heksana, etil asetat, dan metanol. Ekstrak n-heksana salah satu simplisia disaponifikasi, difraksinasi secara kromatografi cair vakum, dilanjutkan dengan kromatografi kolom. Fraksi dipisahkan menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif dan isolat dikarakterisasi menggunakan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak dan spektrofotometri inframerah serta penampak bercak Liebermann-Burchard. Isolat merupakan triterpenoid dengan gugus fungsi O"“H, CH, dan C=C serta tidak memiliki ikatan rangkap terkonjugasi.Kata Kunci: Annona squamosa L., daun Srikaya, triterpenoid Sugar apple (Annona squamosa L., Annonaceae) leaf has been traditionally used to treat high blood glucose level. Crude drugs obtained from plants growing at two different locations were studied to evaluate whether there were differences in their phytochemical constituents. Phytochemical screening of those two crude drugs, the quality, and extract chromatographic pattern showed similar results. Crude drugs were extracted by reflux using n-hexane, ethyl acetate, and methanol. N-hexane extract from one of the crude drugs was saponified, followed by fractionation using vacuum liquid chromatography and column chromatography. The fractions were separated using preparative thin layer chromatography and one isolate was characterized using Liebermann-Burchard reagent, ultraviolet-visible and infrared spectrophotometry. The isolate was a triterpenoid with O-H, C-H, and C=C groups and did not have any conjugated double bond.Keywords: Annona squamosa L., sugar apple leaf, triterpenoi

    Penetapan Kadar Genistein Biji Kedelai (Soya max Piper) Lokal dan Impor Secara Densitometri Lapis Tipis dan KCKT

    Get PDF
    Biji kedelai (Soya max Piper) impor sangat banyak digunakan di Indonesia terutama sebagai bahan baku utama makanan olahan seperti tahu dan tempe. Genistein, senyawa isoflavon dalam biji kedelai, dilaporkan memiliki aktivitas estrogenik dan antioksidan kuat. Penelitian ini bertujuan menetapkan kadar genistein biji kedelai lokal dan impor serta menemukan metode penetapan kadar tanpa preparasi sampel yang dapat dikerjakan dalam waktu singkat. Simplisia biji kedelai diekstraksi dengan cara panas menggunakan metanol. Sebagian simplisia didelipidasi terlebih dahulu dengan n-heksana sebelum diekstraksi. Kadar genistein ditetapkan secara densitometri lapis tipis dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Secara berurutan, kadar genistein biji kedelai lokal dan impor ditetapkan secara densitometri lapis tipis adalah 19,51±4,59 μg/g dan 21,69±3,98 μg/g. Sedangkan secara KCKT adalah 19,99±3,79 μg/g dan 21,12±3,19 μg/g. Kadar genistein biji kedelai lokal dan impor secara densitometri lapis tipis dan KCKT tidak berbeda bermakna pada aras keberartian 0,05.Kata kunci : Soya max, kedelai, genistein.Imported soybean seed is widely used in Indonesia especially as the main ingredient for tofu and soybean cake (tempe). Genistein, an isoflavone in soybean seed, has an estrogenic activity and act as a strong antioxidant. Besides quantifying genistein in the local and imported soybean seeds, this research was also aimed to find a fast and simple quantitative method. Soybean seed crude drugs were extracted by reflux using methanol. Some parts of the crude drug were delipidated using n-hexane before extracted. Genistein was determined using thin layer densitometry and high performance liquid chromatography (HPLC). Quantity of genistein in local and imported soybean seeds determined by thin layer densitometer were 19.51±4.59 μg/g and 21.69±3.98 μg/g, respectively. While the quantity obtained by HPLC were 19.99±3.79 μg/g and 21.12±3.19 μg/g, respectively. Both methods showed no significant difference in probability of 0.05.Keywords: Soya max, soybean, genistein

    UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN BIOLA (Ficus Lyrata Warb.)

    Get PDF
    Radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab penyakit degeneratif dalam tubuh meningkat. Paparan radikal bebas yang berlebihan membuat tubuh membutuhkan antioksidan dari luar. Daun biola (Ficus lyrata Warb.) memiliki aktivitas antioksidan. Tujuan penelitian untuk menentukan aktivitas antioksidan ekstrak, fraksi dan subfraksi daun biola dengan metode peredaman 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Metode ektraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Fraksinasi dilakukan dengan cara ekstrasi cair-cair menggunakan tiga pelarut dengan tingkat kepolaran meningkat, yaitu n-heksana, etil asetat, dan air-etanol, serta di pantau dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan di uji aktivitas antioksidan. Fraksinasi terpilih disederhanakan dengan kromatografi kolom sistem elusi gradient dan diuji aktivitas antioksidan. Hasil aktivitas antioksidan yang paling kuat ditunjukkan oleh fraksi etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 9,31±0,304 µg/ml

    Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Kulit Batang Ketapang (Terminalia Catappa L.)

    Get PDF
    Ketapang (Terminalia catappa L.) banyak digunakan sebagai obat tradisional. Informasi mengenai aktivitas antimikroba dari kulit batang ketapang sejauh ini belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antimikroba ekstrak etanol kulit batang ketapang. Kulit batang diekstraksi dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol. Ekstrak difraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksan, kloroform, dan etil asetat. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar. Ekstrak etanol simplisia kering kulit batang ketapang menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans dengan konsentrasi hambat minimum (KHM) masing-masing 200 μg/cakram dan 300 μg/cakram. Fraksi etil asetat merupakan fraksi yang paling aktif dengan KHM 50 μg/cakramterhadap S. aureus dan C. albicans. Satu mikrogram fraksi etil asetat setara dengan 1,27x10-3 μg tetrasiklin HCl dan setara dengan 2,1x10-4 μg ketokonazol. Aktivitas antimikroba ekstrak etanol simplisia kering lebih tinggi daripada ekstrak etanol simplisia segar. Fraksi etil asetat memiliki aktivitas antimikroba paling tinggi dan semua fraksi menunjukkan aktivitas antimikroba yang lebih rendah daripada antibiotik pembanding.Kata kunci : ketapang, antimikroba, fraksi etil asetat, Candida albicans, Staphylococcus aureus "Ketapang" (Terminalia catappa L.) had been widely used as a folk medicine. Antimicrobial activity of "ketapang" bark had not been reported. The aim of this research was to investigate antimicrobial activity of ethanol extract of "ketapang" bark. The bark was extracted by refflux method, using ethanol as solvent. The extract was fractionated by liquid-liquid extraction method, using n-hexane, chloroform, and ethyl acetate as solvents. Antimicrobial activity was tested by agar disc diffusion method. Dried crude drug ethanolic extract of "ketapang" bark showed antimicrobial activity against Staphylococcus aureus and Candida albicans with minimum inhibition concentration (MIC) of 200 μg/disc and 300 μg/disc, respectively. The ethyl acetate fraction had highest antimicrobial activity against S. aureus and C. albicans with MIC of 50 μg/disc. A microgram of ethyl acetate fraction was equivalent to 1.27 x 10-3 μg tetracycline hydrochloride and 2.1 x 10-4 μg ketoconazole, respectively. Antimicrobial activity of dried crude drug was higher than fresh crude drug ethanolic extract. The ethyl acetate fraction had highest antimicrobial activity and all fractions showed lower activity than standard antibiotics.Keywords: ketapang, antimicrobial, ethyl acetate fraction, Candida albicans, Staphylococcus aureu

    Produksi Senyawa Metabolit Sekunder Melalui Kultur Jaringan dan Transformasi Genetik Artemisia Annua L.

    Get PDF
    Produksi metabolit sekunder pada tanaman biasanya menghasilkan kadar yang rendah. Metode bioteknologi telah terbuktidapat meningkatkan produksi beberapa metabolit sekunder pada tanaman. Untuk meningkatkan perolehan metabolit sekunder telah digunakan teknik kultur jaringan dan transformasi genetik dengan induksi Agrobacterium rhizogenes. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan metabolit sekunder dari kultur kalus dan akar rambut dari tanaman Artemisia annua hasil transformasi genetik menggunakan A. rhizogenes. Kultur kalus dan akar rambut hasil transformasi genetika mengandung senyawa artemisinin lebih tinggi dibanding dengan kultur kalus dan akar tanpa transformasi.Kata Kunci : Artemisia annua, kultur kalus, akar rambut Agrobacterium rhizogenes, artemisinin. The production of secondary metabolites of plant is usually low. Biotechnological methods have been proved to enhance the production of some of plant's secondary metabolites. To enhance the production of secondary metabolites, cell cultures and genetically transformed plants which were induced by Agrobacterium rhizogenes have been used. This research aimed to enhance the secondary metabolite content from A. rhizogenes transformed callus and hairy roots cultures of Artemisia annua. Genetically transformed callus and hairy root cultures of A. annua contained higher artemisinin content compared to untransformed callus and root cultures.Keywords : Artemisia annua, callus cultures, hairy roots, Agrobacterium rhizogenes, artemisinin

    Isolasi Senyawa Aktif Lignan dari Buah Lada Hitam (Piper nigrum L.) dan Daun Sirih (Piper betle L.)

    Get PDF
    Buah lada hitam (Piper nigrum L.) dan daun sirih (Piper betle L.) telah banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Beberapa senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada kedua tanaman tersebut diduga bertanggungjawab terhadap efek farmakologi, salah satu golongan metabolit sekunder tersebut adalah lignan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa lignan dari buah lada dan daun sirih. Serbuk simplisia dari daun sirih dan buah lada hitam diekstraksi dengan ekstraksi sinambung menggunakan pelarut metanol. Ekstrak difraksinasi dengan ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut air-diklorometan (1:1) dan kromatografi cair vakum. Pemurnian dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis preparatif. Isolat dikarakterisasi dengan menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa (KG-SM). Dari buah lada hitam telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dua senyawa lignan berupa hinokinin dan satu senyawa lignan lain yang memiliki ciri fragmen 135 dan 286 pada KG-SM. Sedangkan daun sirih memberikan data kromatografi untuk golongan lignan tetapi belum dapat dikonfirmasi dengan data KG-SM.Kata kunci : buah lada hitam, daun sirih, lignan, tanaman obat Indonesia Black pepper fruits and betel leaves are widely used traditionally to cure several illnesses. Secondary metabolites of both plants are believed to be responsible for their pharmacological effect; one of the secondary metabolites groups is lignan. The goal of this research is to isolate lignans from betel leaves and black pepper fruits. Crude drugs of betel leaves and pepper fruits were extracted with Soxhlet apparatus, using methanol. The extract was fractionated by liquid-liquid extraction using dichloromethane-water (1:1) and vacuum liquid chromatography. Purification was conducted by preparative thin layer chromatography. Isolated compounds were characterized by gas chromatography-mass spectra (GC-MS). Two lignans were isolated from black pepper fruits and identified with GCMS. First known as hinokinin, and another has MS fragment 135 and 268, which are specific for lignan compounds. Betel leaves showed chromatography data to lignan groups but cannot confirm yet by GC-MS.Keywords: black pepper fruits, betel leaves, lignan, Indonesian Medicinal Plan

    Telaah Fitokimia Daun Kangkung Air (Ipomoea aquatic Forsskal)

    Get PDF
    Ipomoea aquatica Forsskal (kangkung air) dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan makanan dan obat tradisional. Dilatarbelakangi adanya faktor geografis yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa suatu tanaman, maka penelitian ini ditujukan untuk menelaah kandungan senyawa kimia daun kangkung air yang diperoleh dari daerah Kopo, Bandung Selatan. Penelitian dimulai dengan sortasi kering dan pembuatan serbuk simplisia. Serbuk simplisia diekstraksi dengan ekstraksi sinambung menggunakan pelarut n-heksana dan metanol. Ekstrak metanol difraksinasi dengan ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut etil asetat dan n-butanol, Fraksi etanol dan fraksi etil asetat dimurnikan dengan kromatografi kertas preparatif dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-sinar tampak. Dari hasil penelitian diperoleh senyawa flavonoid dari fraksi etil asetat yang memiliki gugus trihidroksi pada posisi 3, 5, 7 dan gugus orto dihidroksi pada cincin B di posisi 3',4' yang merupakan senyawa aglikon kuersetin dan senyawa flavonoid dari fraksi n-butanol yang memiliki gugus 3-O-tersubstitusi, gugus dihidroksi pada posisi 5,7 dan gugus orto dihidroksi pada cincin B di posisi 3',4' yang merupakan senyawa kuersetin 3-Omonoglikosida.Kata kunci: kangkung air, Ipomoea aquatica, flavonoidIpomoea aquatica Forsskal is used by people as food and traditional medicine. Geographic factors can influence chemical compounds of the plant. The goal of this research was to examine the chemical compounds of Ipomoea aquatica Forsskal collected from Kopo, South Bandung. Crude drug of Ipomoea aquatica Forsskal was extracted using Soxhlet apparatus with n-hexane and methanol. The extract was fractionated by liquid-liquid extraction using ethyl acetate, and butanol. The butanol fraction and ethyl acetate fraction were purified by preparative paper chromatography and characterized by UV-visible spectrophotometry. Two flavonoids were obtained, from ethyl acetate fraction it had trihydroxy on 3, 5, 7 position, and ortho dihidroxy on B ring in 3',4' position. From n-buthanol fraction it had 3-O-substituted, dihydroxy on 5,7 position and ortho dihydroxy on B ring in 3',4' position. Ipomoea aquatica Forsskal leaf cointained quercetin and quercitrin 3-O-monoglycoside.Keywords: water spinach, Ipomoea aquatica, flavonoi

    PENAPISAN FITOKIMIA DAN KARAKTERISASI SIMPLISIA DAUN JAMBU MAWAR (Syzygium jambos Alston)

    Get PDF
    Syzygium jambos Alston adalah tumbuhan dari suku Myrtaceae. Secara tradisional daun dan awetan bunga biasanya digunakan sebagai obat penenang, kulit kayu dan bijinya  dapat mengobati demam, diare dan disentri. Buah dan kulit batang  mengandung saponin,  flavonoid  dan tannin, di samping itu daun dan buahnya mengandung polifenol. Namun penelitian kandungan kimia tumbuhan yang bermanfaat tersebut  di Indonesia  masih sedikit dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan senyawa fitokimia dan mengkarakterisasi simplisia daun S. jambos. Dilakukan pengambilan sampel dan pengolahan simplisia daun jambu mawar kemudian dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut dengan kepolaran bertingkat (n-heksana, etil asetat, dan metanol). Dilakukan karakterisasi serbuk simplisia meliputi penetapan kadar air, penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam, penetapan susut pengeringan serta penetapan kadar sari larut air dan etanol. Pemeriksaan kandungan kimia alkaloid: menggunakan pereaksi Dragendroff dan Mayer; flavonoid:  menggunakan pereaksi serbuk magnesium, HCl 2 N serta amil alcohol; tannin : diberikan pereaksi FeCl3, larutan gelatin 1% dan Steasny; fenol : ditetesi larutan FeCl3 10%; saponin: ditambahkan beberapa tetes asam klorida 2 N; steroid/triterpenoid: diteteskan pereaksi Liebermann-Burchard. Diperoleh nilai kadar air 8,33 ±1,52, kadar abu total 7,64 ±0,08 dan kadar abu tidak larut asam 5,41 ±0,15, susut pengeringan 15,33 ±4,04, kadar sari larut air 20,90 ±0,56 serta kadar sari larut etanol 22,43 ±1,35. Penapisan fitokimia ekstrak daun S. jambos mengandung fenol, flavonoid, dan steroid/triterpenoid
    corecore