14 research outputs found
Tanggapan Aksesi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) terhadap Mikoriza di Lahan Sawah Bekas Padi
Produksi kacang hijau nasional menurun selama kurun waktu tahun 2016 – 2018. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman secara ramah lingkungan adalah menambahkan agen hayati-mikoriza, karena pemberian mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan serta komponen hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan beberapa aksesi kacang hijau terhadap inokulasi mikoriza serta memilih aksesi yang tanggap terhadap inokulasi mikoriza sebagai bahan kajian genetika dan fisiologi ketergantungan kacang hijau terhadap mikoriza. Penelitian dilaksanakan di lahan Pusat Inovasi Agroteknologi Universitas Gadjah Mada (PIAT-UGM) Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) petak terbagi yang terdiri atas dua faktor. Faktor utama yaitu perlakuan inokulasi dan anak faktor berupa 20 aksesi kacang hijau. Pengamatan meliputi infeksi mikoriza, sifat komponen hasil, dan  hasil. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan analisis varian sesuai rancangan acak lengkap, uji lanjut Scott Knott, dan analisis korelasi. Pada penelitian ini masing-masing nomor aksesi kacang hijau memiliki tanggapan yang beragam terhadap inokulasi mikoriza. Persentase infeksi mikoriza  lebih tinggi pada perlakuan inokulasi. Inokulasi mikoriza mampu meningkatkan jumlah polong per tanaman, biji per polong, dan bobot biji per tanaman, namun tidak dengan bobot 100 biji tanaman. Persentase infeksi mikoriza pada umur 20 hari setelh tanam nyata berhubungan dengan hasil biji. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa nomor aksesi 788, 797, 798, 805, 807, 810, 812, 826, 829, dan 832 berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan kajian genetika dan fisiologi ketergantungan kacang hijau terhadap mikoriza
Analisis Penanda Tunggal Karakter Agronomi dengan Marka Mikrosatelit pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Keragaman genetik pada tanaman padi lokal di Indonesia menjadi kunci untuk pemulia tanaman dalam merakit suatu kultivar padi unggul. Keragaman genetik tersebut digunakan untuk perbaikan genetik pada tanaman padi. Marka molekuler bisa menjadi alternatif untuk mengelompokkan plasma nutfah padi sesuai dengan fenotipe dan genotipenya. Marka molekuler juga digunakan untuk mendeteksi lokus-lokus yang mengatur karakter agronomi pada tanaman padi. Penanda mikrosatelit (Simple Sequence Repeat) menjadi penanda molekuler yang banyak digunakan karena sifatnya yang reproducible, kodominan, dan dapat mendeteksi variasi alel yang tinggi. Pemanfaatan peta keterpautan mikrosatelit dalam perakitan varietas baru juga dapat menghemat waktu, tenaga, dan dana . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterpautan marka mikrosatelit dengan karakter agronomi melalui Analisis Penanda Tunggal dan untuk mengetahui pengaruh gen mayor maupun gen minor pada setiap karakter agronomi yang diamati. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah setiap lokus pada 8 marka yang digunakan memiliki asosiasi dengan 13 karakter agronomi yang berbeda dan setiap lokus yang berasosiasi dengan setiap karakter agronomi tersebut diatur oleh gen mayor karena nilai determinansi R2 > 10%
Pengaruh Frekuensi Aplikasi Pupuk Hayati Bacillus sp. terhadap Pertumbuhan dan Hasil Enam Kultivar Wortel (Daucus carota L.) di Lahan Pasir Pantai
Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang mempunyai masalah mikroklimat sehingga kurang sesuai dengan syarat tumbuh untuk budidaya tanaman wortel yang menghendaki iklim sub tropis. Modifikasi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah lahan pasir pantai adalah aplikasi Bacillus sp. dan penggunaan kultivar unggul wortel. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi yang tepat antara frekuensi aplikasi Bacillus sp. dan beberapa kultivar wortel dalam menghasilkan pertumbuhan, hasil, dan kualitas wortel terbaik di lahan pasir pantai. Penelitian ini dilakukan di lahan pasir pantai Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta yang berada di ketinggian 5 m dpl pada bulan Mei sampai Oktober 2019. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) Faktorial. Faktor pertama dalam penelitian ini adalah jumlah aplikasi Bacillus sp.(2 dan 4 kali). Sedangkan faktor kedua adalah kultivar wortel, yaitu: kultivar introduksi (‘New Kuroda’, ‘Kuroda’, ‘Shin Kuroda’ dan ‘Kuroda EW’) dan kultivar lokal Indonesia ‘Gundaling’ (Berastagi) dan ‘Gemuk’. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara Bacillus sp. dan kultivar wortel pada sebagian besar pertumbuhan pengamatan, antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, segar dan berat kering umbi, diameter dan panjang umbi, produktivitas, uji kemanisan, dan uji warna umbi. Penggunaan kultivar wortel yang cocok dibudidayakan di lahan pasir pantai adalah kultivar introduksi (‘New Kuroda’, ‘Kuroda’, ‘Shin Kuroda’ dan ‘Kuroda EW’) di mana kultivar introduksi ini unggul di semua variabel pengamatan
Differences in Biochar Sources for Controlled Nitrogen Loss in a Hybrid Maize Agroforestry System with Melaleuca cajuputi
Biochar is used to improve soil fertility and control nitrogen loss in soil. This study aimed to evaluate the difference between biochar sources, namely Melaleuca cajuputi waste and rice husk, for controlled nitrogen loss in hybrid maize planted between Melaleuca cajuputi stands. A split-plot design with three replications was used. The main plot was composed of biochar sources (BS), i.e., without biochar application (WB), Melaleuca cajuputi biochar (MCB), and rice husk biochar (RHB). The subplot was the urea fertilizer dosage, i.e., 0, 150, 300, and 450 kg/ha. The observation parameters were nitrate reductase activity (NRA), total chlorophyll (TC), leaf photosynthesis rate (LPR), nitrogen loss (NL), nitrogen use efficiency (NUE), and seed yield per hectare (SY). The data were analyzed with ANCOVA and LS-means. The results showed that there was no significant difference between mixing MCB or RHB in UF for all hybrid maize parameters, whereas significant differences were observed with WB. The NL values ​​of MCB and RHB were 13.85 and 13.08 kg/ha N, i.e., NL was significantly reduced by 70.90% and 72.51%, and the percentage of SY increased by 28.60% and 37.94% compared to WB, respectively
Differences in Biochar Sources for Controlled Nitrogen Loss in a Hybrid Maize Agroforestry System with Melaleuca cajuputi
Biochar is used to improve soil fertility and control nitrogen loss in soil. This study aimed to evaluate the difference between biochar sources, namely Melaleuca cajuputi waste and rice husk, for controlled nitrogen loss in hybrid maize planted between Melaleuca cajuputi stands. A split-plot design with three replications was used. The main plot was composed of biochar sources (BS), i.e., without biochar application (WB), Melaleuca cajuputi biochar (MCB), and rice husk biochar (RHB). The subplot was the urea fertilizer dosage, i.e., 0, 150, 300, and 450 kg/ha. The observation parameters were nitrate reductase activity (NRA), total chlorophyll (TC), leaf photosynthesis rate (LPR), nitrogen loss (NL), nitrogen use efficiency (NUE), and seed yield per hectare (SY). The data were analyzed with ANCOVA and LS-means. The results showed that there was no significant difference between mixing MCB or RHB in UF for all hybrid maize parameters, whereas significant differences were observed with WB. The NL values ​​of MCB and RHB were 13.85 and 13.08 kg/ha N, i.e., NL was significantly reduced by 70.90% and 72.51%, and the percentage of SY increased by 28.60% and 37.94% compared to WB, respectively
Evaluasi Galur Harapan Padi Hitam (Oryza sativa L.) Berdaya Hasil Tinggi dan Berumur Genjah
Padi merupakan komoditas pangan penting dunia. Salah satu jenis padi adalah padi hitam yang saat ini belum banyak direkayasa, sehingga daya hasilnya rendah dengan umur yang panjang. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakter agronomi galur harapan padi hitam berdaya hasil tinggi dan berumur genjah. Percobaan dilaksanakan di Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada di Kalitirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Maret-Agustus 2018. Bahan penelitian yang digunakan adalah 17 galur harapan padi dan 1 kultivar unggul lokal. Rancangan percobaan lapangan yang digunakan adalah Kisi Sederhana (Simple Lattice Design) dengan 3 ulangan. Setiap galur harapan ditanam pada plot berukuran 5x1,2 m dengan jarak tanam 20×30 cm, secara inling (1 bibit perlubang tanam) dengan umur pindah tanam 21 hari. Variabel pengamatan berupa komponen agronomi, komponen hasil dan karakter fisik gabah dan beras. Analisis varians dilakukan untuk variabel kuantitatif dengan taraf nyata α = 5%. dilanjutkan dengan uji Scott Knott. Hasil penelitian menunjukan karakter agronomi galur harapan padi hitam secara umum serupa dengan karakter agronomi galur harapan padi putih dan padi merah terkait dengan variabel tinggi tanaman sedang (lebih dari 110 cm), anakan produktif sedang (10-20 buah), umur panen sedang (125-150 HSS), panjang malai (20-30 cm), jumlah gabah per malai kurang dari 250 biji. Daya hasil galur harapan padi hitam P2 (4,10±0.27 ton/hektare) dan XI (3,95±0.45 ton/hektare) lebih tinggi dari varietas unggul lokal Sleman Merah (3,84±0.50 ton/hektare. Galur harapan padi hitam W (116±0.33 HSS) memiliki kategori umur panen genjah.
Identifikasi Karakter Penciri Agronomi untuk Analisis Keragaman Genetik Plasma Nutfah Padi (Oryza sativa L.)
Karakterisasi morfologi untuk evaluasi keragaman genetik merupakan landasan penting dalam pemanfaatan plasma nutfah untuk suatu program pemuliaan tanaman. Pelaksanaan karakterisasi morfologi seringkali melibatkan banyak karakter untuk diamati. Oleh sebab itu, diperlukan kajian untuk menentukan karakter morfologi untuk keperluan evaluasi keragaman genetik secara efektif dan efisien, Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola keragaman plasma nutfah padi koleksi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (UGM) berdasarkan karakter morfologi, dan menentukan karakter penciri padi yang berkontribusi pada keragaman genetik untuk dimanfaatkan dalam karakterisasi plasma nutfah secara efektif dan efisien. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 ulangan dan 17 aksesi padi yang terdiri dari 12 plasma nutfah dan 5 kultivar sebagai perlakuan. Terdapat 12 karakter kuantitatif dan 6 karakter kualitatif yang diamati. Data dianalisis menggunakan analisis ragam, uji Scott-Knott, analisis lintas, analisis komponen utama, dan analisis kluster. Hasil penelitian menunjukkan terdapat keragaman pada semua karakter kuantitatif. Plasma nutfah padi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok berdasarkan karakter kualitatif dan kuantitatif. Sementara karakter kualitatif sebagian besar aksesi padi menunjukkan sudut daun bendera tegak, sudut daun sedang, cabang malai sekunder berkelompok, tipe malai antara kompak dan sedang, malai hanya muncul sebatas leher malai, dan tidak ada bulu ujung gabah. Tinggi tanaman, panjang dan lebar daun bendera, panjang daun, diameter ruas batang bawah, panjang malai, jumlah malai (anakan produktif), bobot 10 butir gabah, umur berbunga dan panen berkontribusi terhadap keragaman. Karater-karakter tersebut berpotensi sebagai karakter penciri padi yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi karakterisasi plasma nutfah, terutama dalam penggunaan tenaga, waktu, dan biaya
Short-Term Effect of In Situ Biochar Briquettes on Nitrogen Loss in Hybrid Rice Grown in an Agroforestry System for Three Years
Kayu putih (Melaleuca cajuputi) waste has the potential via in situ biochar briquettes to overcome the low availability of nitrogen in soil. This study evaluated the short-term effects of in situ biochar briquettes on nitrogen loss reduction and determined an optimum scenario for hybrid rice grown in an agroforestry system among kayu putih stands. This three-year experiment (2019–2021) was conducted using a randomised complete block design factorial with three blocks as replications. The treatments included biochar briquettes made from kayu putih waste (0-, 2-, 4-, and 6-grain plant−1 or 0, 5, 10, and 15 tonnes ha−1) and urea fertiliser (0, 100, 200, and 300 kg ha−1). The results demonstrated that the eco–environmental scenario was the most efficient strategy that improved the soil quality, the physiological characteristics, and the yield of the hybrid rice with the optimum application of the biochar briquettes at 5.54-grain plant−1 and the urea fertiliser at 230.08 kg ha−1. This alternative approach illustrated a reduction in both the usage of urea fertiliser and the loss of nitrogen by 23.31% and 26.28%, respectively, while increasing the yield of the hybrid rice by 24.73%, as compared to a single application of 300 kg urea ha−1 without biochar briquettes