62 research outputs found

    Karakteristik Mikrosatelit Gen BoLA dengan Penanda Primer RM 185 pada Sapi Bali (Bos indicus) di Nusa Penida

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan menjelaskan distribusi frekuensi lokus gen bovine lymphocyte antigen (BoLA) memakai primer RM 185 pada sapi bali dari Nusa Penida. Sebanyak 21 ekor sapi bali yang berasal dari Nusa Penida diambil secara acak. Jumlah alel gen BoLA pada lokus RM 185 ada 7 macam alel yaitu 76 pb, 84 pb, 86 pb, 90 pb, 98 pb, 100 pb, dan 104 pb. Frekuensi tiap- tiap alel yang teramati adalah 0,02%; 0,09%; 0,31%; 0,07%; 0,12%; 0,28%; dan 0,09%. Rata- rata heterozigositas yang didapat adalah 0,804. Dapat disimpulkan, bahwa lokus RM 185 pada gen BoLA sapi bali di Nusa Penida adalah sangat polimorfik di antara populasi

    ASOSIASI POLIMORFISME GENETIKA LOKUS DEOXYNUCLEIC ACID (DNA) MIKROSATELIT GEN BOVINE LYMPHOCYTE ANTIGEN (BoLA) DENGAN KUALITAS SEMEN PADA SAPI BALI

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi dasar mengenai struktur genetika menggunakan marka melokuler DNA mikrosatelit gen bovine lymphocyte antigen (BoLA) dan hubungannya dengan kualitas semen sapi bali. Data diambil dari 8 ekor sapi jantan yang ada di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Inseminasi Buatan, Baturiti, Tabanan, Bali. Hasil pemeriksaan kualitas sperma menunjukkan bahwa volume semen sapi bali 3,0-6,5 ml, konsentrasi spermatozoa 800-11.000 juta sel/ml, dan persentase spermatozoa motil 70-75%. Hasil penelitian pada sapi bali menunjukkan bahwa ketiga lokus mikrosatelit yang digunakan teramplifikasi pada sapi bali dan jumlah alel pada lokus RM185 dan BM1815 adalah 2 sedangkan jumlah alel pada lokus DRB3 adalah 1. Heterozigositas per lokus berkisar 0-0,533. Nilai PIC per lokus antara 0-0,375. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ukuran alel pada ketiga mikrosatelit berpotensi sebagai marka molekuler yang berperan terhadap kualitas semen pada sapi bali

    Polimorfisme Genetik DNA Mikrosatellite GEN BoLA Lokus DRB3 pada Sapi Bali (Bos indicus)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dasar mengenai distribusi frekuensi lokus DRB3 gen BoLa (bovine lymphocyte antigen) pada sapi Bali. Untuk isolasi DNA digunakan sampel darah sapi Bali yang diambil dari populasi sapi Bali yang berasal dari Bali dan sapi Bali yang berasal dari Nusa Penida. Jumlah sampel untuk sapi Bali yang berasal dari Bali adalah 22 ekor dan sapi yang berasal dari Nusa Penida 21 ekor. Jumlah allel lokus DRB3 pada sapi Bali asal Bali adalah 7 dan 9 allel dari sapi Bali asal Nusa Penida. Rataan heterozigositas perlokus adalah 0,7967 pada sapi Bali asal Nusa Penida dan 0,7863 pada sapi Bali asal Bali. Nilai PIC lokus DRB3 pada sapi Bali asal Nusa Penida adalah 0,7417 dan 0,742 pada sapi Bali asal Bali. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah lokus DRB3 pada sapi Bali sangat polimorfik

    Acquisition of object-robbing and object/food-bartering behaviours: a culturally maintained token economy in free-ranging long-tailed macaques

    Get PDF
    Open access article. Creative Commons Attribution 4.0 International License (CC BY 4.0) appliesThe token exchange paradigm shows that monkeys and great apes are able to use objects as symbolic tools to request specific food rewards. Such studies provide insights into the cognitive underpinnings of economic behaviour in non-human primates. However, the ecological validity of these laboratory-based experimental situations tends to be limited. Our field research aims to address the need for a more ecologically valid primate model of trading systems in humans. Around the Uluwatu Temple in Bali, Indonesia, a large free-ranging population of long-tailed macaques spontaneously and routinely engage in token-mediated bartering interactions with humans. These interactions occur in two phases: after stealing inedible and more or less valuable objects from humans, the macaques appear to use them as tokens, by returning them to humans in exchange for food. Our field observational and experimental data showed (i) age differences in robbing/bartering success, indicative of experiential learning, and (ii) clear behavioural associations between value-based token possession and quantity or quality of food rewards rejected and accepted by subadult and adult monkeys, suggestive of robbing/bartering payoff maximization and economic decision-making. This population-specific, prevalent, cross-generational, learned and socially influenced practice may be the first example of a culturally maintained token economy in free-ranging animals.Ye

    Tubectomy of Pregnant and Non-pregnant Female Balinese Macaques (Macaca Fascicularis) With Post-operative Monitoring

    Get PDF
    peer reviewedWorldwide, primates, and humans increasingly share habitats and often enter in conflict when primates thrive in human-dominated environments, calling for special management measures. Reproductive control is increasingly used to manage population growth but very few monitoring data are available. Therefore, the efficiency and implications of such programs require a careful examination. In the context of a contraception program in wild female long-tailed macaques in Ubud, Bali, conducted over four successive campaigns between 2017 and 2019, including 140 females (i.e., 41.9% of the reproductive females of the population in 2019), modifications of an endoscopic tubectomy procedure, a permanent sterilization method, clinical evaluation of this method, and the post-operative monitoring results of the neutered females after release are described. This surgical approach was applicable for pregnant females: 28.6% of the treated females were pregnant at the time of the surgery. The procedure used a single lateral port to reach and cauterize both oviducts in non-pregnant as well as in early to mid-term pregnant females. Pregnant females nearer to term required a second lateral port to access both oviducts masked by the size of the gravid uterus. Moreover, bipolar thermocauterization was utilized successfully without resection to realize the tubectomy. The average duration of the laparoscopic surgery was 14 min for non-pregnant females and 22 min for pregnant females. Animals were released 3 h 22 min in average following their capture. This short holding time, recommended for free-ranging primates, was made possible by the minimal invasiveness of the sterilization approach. A laparoscopic post-operative evaluation conducted on two patients during the following campaign confirmed that the oviducts were definitely disrupted and no longer patent. Moreover, no new pregnancies in sterilized females were recorded during the 3-year observation period. The survival rate of the treated females 6 months after sterilization was high (96.3%) with no major post-operative complications clinically recorded. Among females that were pregnant during surgery, 81.1% were confirmed to experience term delivery. This study demonstrates the safety and efficiency of endoscopic tubectomy, even for pregnant females, as a mean of wild macaques' population control

    KEKOREFERENSIALAN LINTAS KLAUSA BAHASA INDONESIA

    No full text
    Makalah ini mengkaji aspek sintaksis bahasa Indonesia dari sudut linguistik tipologi. Apakah bahasa Indonesia dapat digolongkan sebagai bahasa yang bertipe akusatif, ergatif, atau aktif? Kajian sintaksis ini menekankan kepada realisasi fungsi gramatikal dan perlakuan sintaktisnya, terutama yang terdapat dalam kalimat majemuk atau kalimat kompleks. Untuk mendeskripsikan bahasa Indonesia dalam penelitian ini dipergunakan kategori fungsi gramatikal, S, A, O oleh Dixon (1994). Berdasarkan hasil analisis, bahasa Indonesia menunjukkan aliansi grammatikal yang terpilah: seperti bahasa yang bertipe akusatif dan ergatif. Kata kunci: linguistik tipologi, kekoreferensialan lintas klausa, aliansi gramatikal, bahasa Indonesi

    Keragaman Fenotipe Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) di Kabupaten Jembrana Bali: Warna Kulit dan Pusaran Rambut

    No full text
    Sifat fenotipik Kualitatif merupakan karakteristik yang tidak dapat diukur namun dapat dibedakan dengan jelas. Warna kulit dan pusaran rambut adalah contoh dari sifat fenotipik kualitatif yang sering menjadi pertimbangan dalam memilih kerbau makepung. Penelitian observasional yang dilakukan pada 63 ekor kerbau lumpur jantan yang digunakan sebagai kerbau pacu, bertujuan untuk mengetahui perbedaan fenotipe (warna kulit dan pusaran rambut) kerbau lumpur antara Blok Ijo Gading Barat dan Blok Ijo Gading Timur di Kabupaten Jembrana, Bali. Data dianalisis dengan Uji Chi-Square dan Korespondensi Berganda untuk menggambarkan profil dari karakteristik dua blok kerbau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua jenis warna kulit pada kerbau dari kedua blok. Warna tersebut adalah abu-abu gelap yang lebih dominan dan albino, yang proporsinya tidak berbeda nyata (p?0,05) antara Blok Ijo Gading Barat dan Blok Ijo Gading Timur. Dari semua karakteristik pusaran, pusaran pada bahu kanan dan bahu kiri memiliki proporsi yang berbeda dengan mitranya pada kedua blok. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa profil fenotipe kerbau lumpur di Blok Ijo Gading Barat adalah sama dengan di Blok Ijo Gading Timur
    corecore