29 research outputs found

    BIOFILIA SEBAGAI KONSEP LINGKUNGAN BELAJAR PADA SMPN 3 DEPOK

    Get PDF
    SMP Negeri 3 Depok merupakan salah satu sekolah di Kota Depok yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 untuk menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini mengembangkan mata pelajaran integrative science sebagai pendidikan berorientasi aplikatif dan membangun sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam. Sebagai usaha untuk mewujudkan kurikulum tersebut, konsep Biofilia diharapkan dapat membantu melalui pengaplikasian unsur-unsur alam di lingkungan SMP Negeri 3 Depok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana penerapan konsep Biofilia pada SMP Negeri 3 Depok. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif tentang Biofilia dan atribut desainnya, hubungan langsung dengan alam, hubungan tidak langsung dengan alam, dan analisis penerapan konsep Biofilia pada SMP Negeri 3 Depok itu sendiri. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa SMP Negeri 3 Depok sudah menerapkan konsep Biofilia pada bangunan dan lingkungannya namun belum sepenuhnya karena ada beberapa atribut desain yang belum ada atau belum memadai

    STRATEGI ADAPTIVE REUSE PADA BANGUNAN TUA DI KAWASAN REVITALISASI Studi Kasus: Restoran Oeang di Kawasan M Bloc, Jakarta

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan strategi adaptive reuse pada bangunan lama di kawasan revitalisasi. Sebagai studi kasus dipilih bangunan bekas gudang percetakan uang milik Perum Peruri yang sudah lama di tinggalkan. Bangunan lama yang berlokasi di M Bloc Jakarta ini diubah fungsinya menjadi restoran. Penelitian studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Terdapat tiga aspek yang akan dijelaskan melalui penelitian ini yaitu (1) proses restorasi bangunan, (2) implementasi adaptive reuse, dan desain interior. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan adaptive reuse dilandasi keinginan mengembalikan kondisi kawasan Blok M ke era 1980-an di mana kawasan tersebut menjadi pusat berkumpul (pergaulan) dan trendsetter anak-anak muda di Jakarta. Strategi Adaptive reuse diterapkan dengan mengubah fungsi bangunan tetapi masih menjaga nilai historisnya. Perubahan fisik dilakukan tanpa mengubah kondisi aslinya walaupun ada beberapa renovasi seperti penambahan skylight dan pemanfaatan beranda sebagai ruang makan tambahan. Adanya intervensi desain yang tepat dan cermat telah berhasil mengubah fungsi bangunan gudang menjadi restoran dan bar yang unik. Arsiteknya tetap berupaya melakukan konservasi bangunan seperti layaknya cagar budaya. Elemen interior yang diterapkan dalam restoran ini mempertahankan gaya dan material pada bangunan aslinya.  Secara keseluruhan desain interior restoran ini berkonsepkan industrial tropical vintage di mana elemen lantai, dinding, plafon, dan pendukung lainnya cenderung diekspos untuk menciptakan keunikan tetapi tetap menjaga kenyamanan fungsional

    CITY IDENTITY AND MORPHOLOGICAL CHANGES IN BOGOR

    Get PDF
    Bogor is one of the most important inland cities in the colonial era, because Bogor (formerly Buitenzorg) once served as the capital of the Dutch Indies colonial rule. Many of the physical city artifacts built in the colonial period. After Indonesian independence, the city had gradually lost its central position as in the colonial period. In the year 1976 issued Presidential Instruction on Jabotabek where Bogor city designated as one of the capital buffer (hinterland) and as a dormitory town. This study aims to identify the physical elements forming the city's identity based on the level of image ability according to the public perception of Bogor. The results are sorted based on the identification of three periods of development, namely pre- colonial, colonial and independence periods. Furthermore, all of these objects will be positioned (superimpose) in the morphology of Bogor colonial city (Buitenzorg). The Research results showed that of 33 objects was selected by the respondents, 1 object (3.0%) is a product of the pre-colonial period, 18 objects (54.6%) of the colonial period, and 14 objects (42.4%) of the independence period. When it is viewed from the morphology of the city, it is known that the 23 objects (69.7%) were located inside the colonial city and 10 objects (30.3%) were outside. We found that despite the changes in city morphology, urban physical elements of colonial period still has the largest contribution in shaping the identity of the city of Bogor. In addition, many new important urban physical elements (product of independence period) are located in the area of this colonial city. All of which led to the conclusion that the colonial city of Bogor has a very important role for the identity, activity, and the attractiveness of Bogor city. Physically, the city of Bogor has a lot of heritage that contribute the identity of the city. However, because extending metropolitan phenomenon that is happening right now, the character of the historic city of Bogor is now starting to fade by urban commercial culture pressure

    CITRA PUSAT KOTA DEPOK BERDASARKAN KOGNISI PENGAMAT

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi elemen-elemen citra kota yang membentuk imagibi/itas (kemampuan mendatangkan kesan) pada pusat Kota Depok berdasarkan kognisi pengamat. Hasi/ penelitian berdasarkan peta mental (kognitif) pengamat menunjukkan bahwa landmark kota Depok adalah Margo City dan district terbanyak diketahui responden adalah kawasan terminal. Untuk nodes yang paling banyak tergambar adalah persimpangan J/. Margonda - J/. Juanda, path adalah jalan Juanda, dan edges kota Depok adalah batas Gapura selamat datang. Bagian dari J/. Margonda yang paling baik secara visual menurut responden adalah kawasan Margo City. Sebaliknya, bagian yang paling buruk secara visual adalah daerah terminal. Orientasi kawasan yang terkuat saat ini adalah Margocity. Depok dipersepsikan oleh responden sebagai kota pendidikan dan kota perdagangan. Mayoritas responden bangga dengan kota Depok karena masih diasosiasikan sebagai kota pendidikan

    MENCARI BENTUK KOTA HEMAT ENERGI DI INDONESIA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsep bentuk kota yang hemat energi yang sesuai di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan konsep pembangunan kota dan struktur kota terhadap kesesuaian aplikasinya di negara berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan sangat esensial bagi perkembangan kota-kota di masa depan. Kota kompak (compact city) merupakan salah satu konsep yang berkembang dalam pola ruang dan bentuk kota yang hemat energi dan pembangunan berkelanjutan. Dalam sebuah kota kompak terdapat fokus yang kuat pada perencanaan urban containment, yakni dengan menyediakan suatu konsentrasi penggunaaan campuran yang secara sosial berkelanjutan. Pada kenyataannya mega-cities di negara berkembang sudah sangat kompak dalam arti sudah sangat padat. Tetapi kenyataan ini tidak berarti bahwa kota-kota tersebut sustainable. Beberapa peluang dalam mewujudkan kota kompak berkelanjutan yang hemat energi di Indonesia adalah memperbaiki dan membangun kota secara vertikal, sistem transportasi massal, kota berinti ganda, tata bangunan dan lingkungan hemat energi, dan ruang kota yang berorientasi pejalan kaki

    CITRA PUSAT KOTA DEPOK BERDASARKAN PETA KOGNITIF PENGAMAT

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi elemen-elemen citra kota yang membentuk imagibilitas (kemampuan mendatangkan kesan) pada pusat Kota Depok berdasarkan kognisi pengamat. Lokasi penelitian adalah di jalan Margonda Raya sebagai jalan protokol pada pusat kota Depok. Penggalian informasi dan data didasarkan atas respons dari stimulus ikonis, grafis, dan verbal. Analisis data menggunakan analisis kesamaan isi (content analysis) dan deskriptif. Hasil penelitian berdasarkan peta kognitif pengamat menunjukkan bahwa landmark kota Depok adalah Margo City dan district terbanyak diketahui responden adalah kawasan terminal. Untuk nodes yang paling banyak tergambar adalah persimpangan Jl. Margonda – Jl. Juanda, path adalah jalan Juanda, dan edges kota Depok adalah batas Gapura selamat datang. Bagian dari Jl. Margonda yang paling baik secara visual menurut responden adalah kawasan Margo City. Sebaliknya, bagian yang paling buruk secara visual adalah daerah terminal. Orientasi kawasan yang terkuat saat ini adalah Margocity. Depok dipersepsikan oleh responden sebagai kota pendidikan dan kota perdagangan. Mayoritas responden bangga dengan kota Depok karena masih diasosiasikan sebagai kota pendidikan

    PENENTUAN PRIORITAS PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI DI NDONESIA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan memberi arahan kebijakan pemerintah dalam penentuan prioritas program pengembangan kelembagaan dan pengelolaan irigasi di Indonesia. Propinsi yang menjadi obyek penelitian adalah 16 propinsi yang akan menerapkan PKPI (Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi). Metoda penelitian menggunakan pemodelan berdasarkan analisis multiatribut dengan kriteria SWOT. Penentuan nilai faktor SWOT didasarkan atas jawaban responden di propinsi tentang kondisi pengelolaan irigasi di daerah mereka. Penentukan bobot faktor SWOT didasarkan jawaban responden di Pusat yang diolah menggunakan prinsip Comparative Judgment (AHP). Hasil penelitian menunjukan bahwa propinsi Bali, NTB, Kal- Bar, dan Gorontalo sebaiknya menggunakan strategi Growth oriented. Propinsi Ba-bel, Kal- Teng, Kal-Tim, Sul-Teng, Mal-Ut, dan Papua sebaiknya menggunakan strategi Turn around. Propinsi Jambi, Sulut, Kal-Sel, dan Maluku sebaiknya menggunakan strategi Diversification, sedang propinsi Riau dan Bengkulu sebaiknya menggunakan strategi Defensive. Melalui matriks profil kompetitif diketahui urutan (ranking) dari 16 propinsi dimana propinsi NTB, Bali, Gorontalo, Sul-Teng, dan Kal-Bar menempati posisi 5 propinsi teratas

    PERUBAHAN SOSIAL PADA PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PENYEDIAAN PRASARANA FISIK

    Get PDF
    Tulisan ini didasarkan atas studi kasus proyek pembangunan bendung di sebuah desa di kabupaten Indramayu (Jawa Barat). Komunitas di desa ini memiliki masalah yaitu belum tersedianya bendung permanen yang mereka butuhkan untuk menambah masa tanam padi tiap tahun. Pola pembangunan sentralistis dan pendekatan top-down yang selama ini dijalankan telah menciptakan ketergantungan pada pemerintah dalam penyediaan prasarana fisik. Komunitas tidak dapat memecahkan masalah tersebut karena kelembagaan desa tidak mampu menggalang partisipasi dan swadaya warga. Ketidakmampuan komunitas dalam memecahkan masalah bersama membutuhkan kesadaran untuk melakukan perubahan melalui aksi bersama. Untuk meningkatkan kemampuan berorganisasi dan mengelola pembangunan, komunitas dibantu oleh pendamping komunitas. Komunitas diberi otonomi untuk menyalurkan aspirasinya secara demokratis dalam kegiatan perencanaan dan menjadi pelaku utama pembangunan. Panitia pembangunan bendung yang dibentuk dipilih dari seluruh elemen komunitas. Kinerja panitia ini diawasi dan dipertanggungjawabkan pada anggota komunitas. Proses-proses tersebut menimbulkan tingginya perhatian dan rasa memiliki dari komunitas. Mereka secara antusias dan sukarela mau berpartisipasi dengan tingkat swadaya yang tinggi. Dalam keseluruhan aksi sosial ini terjadi proses katalis yang mengarahkan dan mempercepat terjadinya perubahan persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap proyek penyediaan prasarana fisik. Melalui strategi edukatif dan persuasif norma sosial yang ada dirubah menjadi mandiri, demokratis, transparan, dan terbuka. Pada institusi sosial terjadi perubahan yaitu pemerintah desa menjadi lebih koordinatif, demokratis, dan mandiri. Adanya perubahan peran pada aktor pembangunan menyebabkan berubahnya pengaruh stratifikasi sosial. Status pemimpin formal menurun sedang status pemimpin informal dan warga biasa meningkat. Dengan adanya perubahan sosial tersebut komunitas menjadi mampu menanggulangi masalah prasarana fisik mereka sehingga dapat mengatasi masalah mereka
    corecore