14 research outputs found

    Analisis Alternatif Tipe Pondasi Dan Ekskavasi-dalam Pada Lokasi Calon Tapak Pulau Panjang, Serang

    Get PDF
    ANALISIS ALTERNATIF TIPE PONDASI DAN EKSKAVASI-DALAM PADA LOKASI CALON TAPAK PULAU PANJANG, SERANG. Pulau Panjang merupakan salah satu lokasi alternatif yang sedang dikaji sebagai calon tapak PLTN. Tanah permukaannya didominasi oleh endapan pasir dan cangkang hingga kedalaman belasan meter, selain itu juga perselingan pasir dan lempung hingga kedalaman sekitar 120 m. Tujuan penelitian adalah menganalisis alternatif tipe pondasi dan simulasi pembuatan ekskavasi-dalam pada saat konstruksi pondasi khususnya terkait aspek kestabilan lereng. Metode yang digunakan meliputi pengumpulan data hasil analisis laboratorium mekanika tanah/batuan, pengukuran kecepatan gelombang geser dengan metode PS logging, dan analisis alternatif tipe pondasi dan ekskavasi-dalam. Hasil analisis tipe pondasi yang dapat diterapkan pada calon tapak Pulau Panjang adalah kombinasi dari pondasi rakit dan pile. Batuan dengan Vs > 400 m/s pada kedalaman 44 m dapat dijadikan sebagai dasar konstruksi pondasi rakit. Di bagian bawahnya disambung dengan pondasi pile yang dikonstruksi sampai batuan dasar dikedalaman 120 m pada Vs > 900 m/s. Hasil analisis kestabilan lereng pada ekskavasi dalam dengan ketinggian lereng 44 m, sudut vertikal, pada kondisi normal menghasilkan nilai faktor keselamatan 0,184 dan pada kondisi beban gempa sebesar 0,138. Simulasi pemasangan angkur dengan spasi 1,25 m sebanyak 15 buah menghasilkan faktor keamanan di atas 1,0

    Penentuan Koefisien Hidraulik Pada Tapak NSD, Serpong, Berdasarkan Metoda Uji Permeabilitas In-Situ

    Get PDF
    Sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah limbah radioaktif maka PTLR-BATAN berencana untuk membangun fasilitas Near Surface Disposal (NSD), terutama pada tahap awal adalah fasilitas Demo Plant NSD. NSD merupakan suatu konsep penyimpanan limbah radioaktif tingkat rendah sampai dengan menengah. Aspek yang sangat penting dalam hal studi tapak untuk rencana NSD adalah aspek hidrogeologi terutama yang berkaitan dengan migrasi radionuklida ke lingkungan. Dalam studi migrasi radionuklida parameter awal yang harus diketahui adalah konduktivitas hidraulik. Nilai konduktivitas hidraulik tanah dan batuan di lokasi tapak dapat diperoleh dengan melakukan uji permeabilitas secara in-situ. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai konduktivitas tanah dan batuan yang berkisar antara 10-6 sampai 10-2 cm/det. Nilai terbesar konduktivitas hidraulik berada pada satuan tanah lanau kerikilan yang merupakan akuifer di tapak, dengan kedalaman antara 8-24 m, dan nilai konduktivitas hidraulik mencapai 10-2 cm/det. Inline with the increase of amount of radioactive waste, PTLR-BATAN plans to build the Near Surface Disposal (NSD) facility, especially in the preliminary stages is the Demo Plant of NSD facility. NSD is a low to medium level radioactive waste storage concept. Most important aspect in the site study for planning NSD is hydrogeological aspect especially related to the migration of radionuclides to the environment. In the study of radionuclide migration, a preliminary parameter which is required to know is the hydraulic conductivity in order to deliver the soil and rock hydraulic conductivity values ​​in the site then conducted the in-situ permeability test. Based on the test, obtained soil and rock hydraulic conductivity values​ranging from 10-6 to 10-2 cm/sec. The greatest hydraulic conductivity value located in the gravelly silt soil units which is in the site, constitute as aquifer, with depth ranging from 8-24 m, with hydraulic conductivity value ​​reached 10-2 cm/sec

    Evaluasi Sistem Pengendapan Uranium Pada Batuan Sedimen Formasi Sibolga, Tapanuli Tengah

    Get PDF
    Uranium in nature formed in various deposit type, depends on its sources, process, and depositional environments. Uranium occurrence in Sibolga, hosted in sedimentary rocks of Sibolga Formation, is properly potential to develop; nevertheless, the depositional pattern and uranium mineralization process so far had not been recognized. The research aim is to determine the rock distribution patterns and the existence of uranium grade anomalies based on surface geology and borehole log data. Mineralization occurrences from borehole log data distributed from basalt conglomerate unit (Kgl 1), sandstone 1 unit (Bp 1), conglomerate 2 unit (Kgl 2), and sandstone 2 unit (Bp 2) with their distribution and thickness are thinning to the top. Mineralization distribution in the eastern area, mainly on Kgl 1 unit, dominated by detritus materials from epi-genetic depositional in the form of monazite which is formed along with the formation of granite as its source rock. Meanwhile, mineralization on the upper rocks units formed a channel pattern trending northeast-southwest, which formed in syn-genetic process consist of uraninite, carnotite, and coffinite. Sibolga Formation deposition originated from east to west and uranium deposit formed because of the differences of depositional environment from oxidation in the east to the more reductive in the southwest. The increasing of organic materials in southwest basin caused the reduction condition of depositional environment

    Interpretasi Lingkungan Pengendapan Formasi Batuan Menggunakan Analisis Elektrofasies Di Lokasi Tapak Puspiptek Serpong

    Get PDF
    The activity of subsurface material composing site foundation characterization is part of nuclear installation siting study. Characterization conducted by several methods, such as understanding the depositional environment of rock formations. As a segment of depositional environment interpretation method, facies model analysis based on electrofacies provides quicker information on depositional system of rock formation. Methodology applied is gamma ray log (log GR) interpretation using relative correlation between log shape variation and sedimentation facies. Based on the analysis, Bojongmanik Formation was deposited on marine-lagoonal environment with very low wave influence. Log GR that shows shape of funnel, serrated, and symmetry, indicate shoreface, lagoon, and tidal point bar facies. The direction of sedimentation, basin, and supply of Bojongmanik Formation interpreted relatively to the north. Serpong Formation deposited on meandering river system, and composed of point bar deposit, crevasse splay, and floodplain deposit. The result of analysis is expected to be guidance in further analysis related to the characterization of foundation materials

    Studi Geologi Teknik Tapak Penyimpanan Akhir Limbah Radioaktif (LRA) Demo Plant Tipe NSD Kedalaman Menengah Di Puspiptek, Serpong

    Get PDF
    Penyimpanan akhir limbah radioaktif bertujuan untuk menjaga agar zat radioaktif tidak terlepas ke lingkungan sampai aktivitas zat tersebut turun ke level yang aman. Konsep penyimpanan akhir limbah radioaktif (LRA) yang akan dikembangkan di area Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong adalah penyimpanan akhir limbah radioaktif dekat permukaan (near surface disposal - NSD). NSD berdasarkan kedalaman terbagi dua macam yaitu NSD dekat permukaan dan NSD kedalaman menengah. Konsep NSD pada penelitian ini adalah NSD kedalaman menengah, yaitu antara 30–300 meter. Pada saat konstruksi NSD di kedalaman menengah dibutuhkan pekerjaan ekskavasi bawah permukaan atau pembuatan terowongan. Analisis tegangan in-situ dan deformasi bawah permukaan dilakukan untuk mengetahui besaran dan distribusi tegangan yang terbentuk di dalam tanah/batuan serta deformasi yang terjadi pada saat dilakukan ekskavasi bawah permukaan. Berdasarkan analisis diketahui nilai tegangan dan sebaran tegangan tensional maupun kompresional berkisar antara -441 kPa sampai 4,028 kPa dengan nilai deformasi alami atau tanpa perkuatan antara 4,4 cm sampai 13,5 cm. Nilai deformasi yang cukup besar dimana mencapai 13,5 cm menunjukkan diperlukan rekayasa perkuatan pada saat ekskavasi. Desain rekayasa perkuatan pada setiap tahapan ekskavasi mengacu hasil pemodelan pola distribusi tegangan dan deformasi. Final disposal of radioactive waste intended to keep radioactive substances does not released to the environment until the substance activity decreased to the safe level. Storage concept of radioactive waste (RAW) final disposal that will be developed at the area of Puspiptek, Serpong is near surface disposal (NSD). Based on depth, NSD divided on two type, near surface NSD and medium depth NSD. Concept NSD in this research is medium depth NSD, which is between 30–300 meters. During NSD construction in medium-depth required the works of sub-surface excavation or tunneling. Analysis of in-situ stresses and sub-surface deformation performed to recognize the stress magnitude and its distribution that developed in soil/rock as well as the deformation occurred when sub-surface excavation takes place. Based on the analysis, acknowledged the magnitude of tensional and compression stress and its distribution that range from -441 kPa to 4.028 kPa with values of natural deformation or without reinforcement between 4.4 to 13.5 cm. A rather high deformation value which is achieved 13.5 cm leads to necessity of engineering reinforcement during excavation. The designs of engineering reinforcement on every excavation stage refer to the result of modeling analysis of stress and deformation distribution pattern

    Evaluasi Massa Batuan Terowongan Eksplorasi Uranium Eko-Remaja, Kalan, Kalimantan Barat

    Get PDF
    Eko-Remaja uranium exploration tunnel, Kalan, West Kalimantan is one of the important facilities for uranium deposit research. The tunnel was built in 1980 with a length of 618 meters penetrating Eko Hill on both sides. The rock inside the tunnel is relatively compact, but it has weak zones in some area. Ground supporting is a method used to overcome the soil and rock collapses which occurred in the tunnel weak zones. Installation of ground supporting system throughout the recent time based on the soil collapse pattern, which occurred when the tunnel opened without any specific study related to rock mass characterization and the requirement of ground support system. This research conducted to evaluate the safety level of Eko-Remaja tunnel and the suitability of ground support location. The evaluation performed by comparing the rock mass characteristics using Rock Mass Rating (RMR) method between the installed rock support and uninstalled rock support locations. Based on the analysis result, RMR value on the installed ground support is classified as class IV or poor rock. Meanwhile, on uninstalled location, the rock is classified as class II or fair rock. Based on the correlation between RMR calculation result and Eko-Remaja tunnel roof span, it is concluded that tunnel ground supports position which are represented by observation location on 38 m, 73 m, and 165 m depth are suitable with rock mass characterization system using RMR method

    Interpretasi Bawah Permukaan Berdasarkan Distribusi Nilai Tahanan Jenis di Daerah Puspiptek, Serpong

    Full text link
    Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong memiliki luas 460 hektar. Sebagian besar kawasan ini merupakan ruang terbuka hijau. Seiring dengan pertumbuhan kegiatan penelitian, kebutuhan sarana infrastruktur dan bangunan juga akan semakin meningkat. Sebagai sarana strategis nasional, diperlukan desin bangunan yang kokoh untuk dan sesuai dengan kondisi bawah permukaan. Survey geolistrik dapat digunakan untuk mengetahui kondisi/informasi di bawah permukaan tanah. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran di bawah permukaan berdasarkan distribusi nilai geolistrik tahanan jenis di area rencana pembangunan Reaktor Daya Eksperimen (RDE). Pengambilan data tahanan jenis menggunakan alat ukur resistivitymeter multichannel tipe MAE X612EM+ secara 2-D menggunakan 48 channel konfigurasi Wenner-Schlumberger. Jumlah elektroda yang digunakan adalah 48 buah dengan interval jarak antar elektroda 5 m. Berdasarkan pemodelan inversi 2-D telah dihasilkan empat model penampang lintasan yaitu line-1, line 2, line-3, dan line-4. Kesalahan data di tiap lintasan relatif kecil, kurang dari 12%. Interpretasi geologi dilakukan pada pada penampang line-2 dan line-3 menggambarkan keberadaan lapisan A, B, dan C. Lapisan A diduga berupa batuan dengan ukuran butir lempung-lanau yang mengandung material organik dengan rentang nilai tahanan jenis 2-20 ohm-m dan variasi ketebalan sekitar 1-7 m. Lapisan B diduga berupa batupasir yang memiliki rentang nilai tahanan jenis 10-90 ohm-m dengan variasi ketebalan 5-20 m. Lapisan C diduga merupakan batulempung yang memiliki rentang nilai tahanan jenis 2-5000 ohm-m dengan variasi kedalaman 10-20 m

    Studi Keberadaan Mineralisasi Uranium Di Daerah Biak Numfor, Provinsi Papua Barat

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan berdasarkan adanya temuan indikasi mineral radioaktif berupa anomali laju dosis radiasi bernilai relatif tinggi. Hipotesis yang mendasari keberadaan laju dosis radiasi tinggi adalah pengendapan uranium yang berasal dari batuan basal Formasi Auwea, pengkayaan uranium yang berasal dari batugamping pada tanah permukaan, dan pengendapan uranium yang berasal dari penggunaan pupuk pertanian. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan kesimpulan dari beberapa hipotesis tersebut. Metode penelitian yang diterapkan adalah pemetaan geologi, pengukuran radiometri, kadar uranium (U), thorium (Th), dan potassium (K) di lapangan dengan menggunakan RS 125 untuk mengetahui kadar unsur secara insitu, pengukuran radiometri pupuk tanaman, pengambilan contoh, dan analisis kadar unsur di laboratorium. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi data survei diketahui bahwa di daerah sekitar Maryendi, Darmapis, dan Denafi, terindikasi adanya zona anomali uranium (U) yang dicirikan oleh keberadaan tanah berwarna coklat tua – coklat kemerahan, dengan nilai dosis radiasi 1,9 sampai 4.032,3 nSv/jam dan kadar uranium (U) berkisar antara 20,27 – 325 ppm eU. Berdasarkan hasil analisis batuan sumber uranium, disimpulkan batugamping merupakan batuan sumber uranium di lokasi penelitian. Hasil pengamatan lapangan terhadap pupuk dan batuan basal Formasi Auwea tidak ditemukan anomali yang dapat mengindikasikan material/batuan tersebut bertindak sebagai sumber uranium. This study was conducted based on the findings of radioactive minerals in the form of indication of relatively high radiation dose rate anomalies. The hypothesis underlying the existence of a high radiation dose rate is the deposition of uranium derived from basalt rock Auwea Formation, uranium enrichment derived from limestone to the soil surface, and the deposition of uranium resulted from the use of fertilizers in agriculture. Therefore the research aimed to obtain the conclusion of its hypotheses. Research methodology applied is geological mapping, radiometric measurement of uranium (U), thorium (Th), and potassium(K) in the field using RS 125 to determine in-situ grade of elements, radiometric measurements of plant fertilizer, sampling, and laboratory analysis of the element grade. Based on the analysis and evaluation of survey data it is known that in the area around Maryendi, Darmapis and Denafi, indicate the presence of anomalous zones which is characterized by the presence of uranium (U) dark brown soil – reddish brown, with the value of the radiation dose of 1.9 to 4,032.3 nSv/h and grade of uranium (U)has 20.27 to 325 ppm eU. Based on the analysis of source rock of uranium, it is concluded that limestone is the source rock of uranium in research area. The results of field observations of the fertilizer and basalt rock of Auwea Formation, it is found that no anomalies may indicate material/rock that acts as the source of uranium

    Studi Potensi Thorium pada Batuan Granit di Pulau Bangka

    Get PDF
    STUDI POTENSI THORIUM PADA BATUAN GRANIT DI PULAU BANGKA. Di Indonesia umumnya thorium dijumpai dalam batuan granit. Salahsatunya di pulau Bangka, terdapat cukup banyak singkapan batuan granit, seperti granit Menumbing, granit Pelangas, granit Jebus, granit Pemali, granit Mangol, granit Bebuluh dan granit Gadung. Penyebaran granit-granit tersebut cukup luas sehingga dianggap sebagai granit potensial thorium. Tujuan penelitian untuk mengetahui potensi thorium pada batuan granit yang terdapat di pulau Bangka. Metode yang digunakan adalah pengambilan sampel mineral berat dari batuan granit lapuk, selanjutnya dilakukan pengukuran dan analisis thorium di laboratorium menggunakan X-Ray Fluorescence. Batuan granit dianggap potensial thorium apabila mempunyai kadar thorium minimal tiga kali kadar thorium dalam granit normal (15 ppm) dan batuan granit telah mengalami pelapukan tingkat lanjut sehingga mudah untuk ditambang. Hasil studi menunjukkan bahwa kadar thorium pada granit Gadung 76 ppm, granit Bebuluh 23,33 ppm, granit Mangol 42 ppm, granit Pemali 35,40 ppm, granit Jebus 85,96 ppm, granit Pelangas 66,73 ppm dan granit Menumbing 67,03 ppm. Secara umum, kondisi fisik batuan granit di lapangan menunjukkan telah mengalami pelapukan tingkat lanjut. Batuan granit yang potensial thorium adalah granit Jebus, Menumbing, Pelangas dari Bangka Barat dan granit Gadung dari Bangka Selatan. Berdasarkan data Pulau Bangka layak dipertimbangkan dalam pengembangan eksplorasi thorium
    corecore