46 research outputs found

    Cerpen Dinding Waktu karya Danarto telaah stilistika

    Get PDF
    Dalam studi ini hendak ditelaah sebuah cerpen Indonesia berjudul “Dinding Waktu” karya Danarto dari sudut tinjau stilistika. Cerpen “Dinding Waktu” selesai ditulis oleh Danarto di Jakarta pada hari Sabtu, tanggal 16 Desember 1989, kemudian dipublikasikan di Kompas Minggu, 21 Januari 1990. Selanjutnya cerpen tersebut dimuat dalam antologi Gergasi (Pustaka Firdaus, 1993) bersama-sama dengan dua belas cerpen Danarto lainnya. Cerpen yang dipilih sebagai bahan telaah untuk studi ini adalah cerpen yang dimuat di Kompas Minggu. Pengertian tentang stilistika, gaya bahasa, dan lingkup telaahnya dalam makalah ini tidak akan disajikan secara panjang lebar, tetapi hanya diuraikan secara ringkas. Maksudnya adalah agar studi ini tidak terkesan teoretis, tetapi lebih sebagai telaah praktis

    Kumpulan Cerpen Saksi Mata: sebuah perlawanan atas kekejaman di Timor Timur

    Get PDF
    Buku antologi Saksi Mata berisi 13 cerpen karya Seno Gumira Ajidarma. Karena cerpen-cerpen tersebut memiliki kaitan asosiatif dengan peristiwa yang terjadi di suatu masyarakat tertentu, yakni masyarakat Timor Timur, diasumsikan bahwa cerpen-cerpen itu kental dengan nuansa sosiologis. Oleh karena itu, kajian ini memanfaatkan teori dan metode sosiologi sastra. Setelah dikaji dengan teori dan metode (pendekatan) sosiologi sastra, diketahui bahwa cerpen-cerpen tersebut memang menggunakan rujukan dunia di luar teks. Hal itu terbukti melalui pengakuan pengarang dalam esai-esainya sebagai penjelasan atas proses kreatif penciptaan cerpen. Namun, sebagai karya fiksi, cerpen-cerpen tersebut tidak kehilangan keberadaannya sebagai “sastra” karena secara struktural berbagai aspek pembangunnya tetap fungsional sehingga tidak terjebak pada sikap sloganistis. Dalam hal ini pengarang (Seno Gumira Ajidarma) mampu membuat jarak dan mampu menempatkan dirinya di antara dua dunia, yakni dunia fiksi (imajinatif) dan nonfiksi (faktual)

    Sang Pangeran Dari Tuban (1996)

    Get PDF

    Sastra Jawa Balai Pustaka 1917 - 1942

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan utuh tentang sastra Jawa modem terbitan BalaiPustaka. Gambaran itu tidak hanya meliputi sisi objektif (teks) sastra, yaitu sistem formalnya, tetapi juga sistem lain seperti pengarang, penerbit, kritik, dan pembaca yang menjadi lingkungan sosial pendukung keberadaan sastra Jawa. Pada dasamya, gambaran jelas mengenai sastra Jawa terbitan Balai Pustaka perlu dideskripsikan secara memadai karena deskripsi demikian pada gilirannya akan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi usahapenyusunan dan pemahaman sejarah sastra Jawa secara keseluruhan. Oleh sebab itu, ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada karya-karya terbitan Balai Pustaka pada masa sebelum perang. Atau lebih tegas lagi, karya yang diteliti adalah karya yang terbit sejak tahun 1917 hingga tahun 1942. Tahun 1917 dipilih sebagai pijakan awal karena pada tahun itu Balai Pustaka mulai memUiki peran dan komitmen yang jelas^ yaitu menyediakan bacaan bagi kaum pribumi yang telah memiliki kepandaian baca-tulis sesuai dengan program politik etis

    Sepasang naga di Telaga Sarangan

    Get PDF
    Cerita berjudul Sepasang Naga di Telaga Sarangan ini semula merupakan cerita rakyat (sastra lisan) dari daerah Jawa Timur (Sarangan , Magetan). Cerita lisan yang menjadi sumber cerita ini secara singkat telah dituliskan oleh Sagimun M.D. dalam buku berjudul Cerita Rakyat yang diterbitkan oleh Djawatan Kebudayaan dan Pengajaran tahun 1962 . Sepasang Naga di Telaga Sarangan ini adalah cerita tentang sepasang suami-istri yang akibat dari kecerobohan dan keteledorannya sehingga mereka mengalami nasib buruk

    Gagalnya Sebuah Sayembara

    Get PDF

    Dan Langit Pun Tak Lagi Kelabu

    Get PDF

    Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra

    Get PDF
    Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra, buku ini benar-benar memuat kerling(an) ‘pandangan mata’ para penulis atas berbagai peristiwa bahasa dan sastra di Indonesia. Nada suaranya pun beragam, ada yang sekadar menyampaikan kegelisahan, ada pula yang mengungkapkan berbagai harapan anak bangsa terhadap eksistensi bahasa dan sastra. Pun cara penyampaiannya, ada yang sangat santai, ada yang setengah serius/formal, dan ada pula yang sangat serius/formal. Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra memuat 59 tulisan: 21 esai tentang bahasa dan 38 esai tentang sastra. Sekalipun beragam tema yang dimuatnya, setidaknya terdapat dua isu utama yang menonjol dalam Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra ini, yakni harapan agar bahasa Indonesia mendunia dan harapan menjadikan (karya) sastra lokal sebagai sumber penulisan. Kedua harapan itu, jika terwujud, akan bermuara kepada isu nasional yang belakangan ini mengemuka: membangun jatidiri dan karakter bangsa
    corecore