148 research outputs found

    OSMOTIC RESPONSES OF SEGARA ANAKAN FINE SHRIMP (Metapenaeus elegans) ADULTS IN VARIOUS SALINITY AND MOLTING STAGES

    Get PDF
    A research on eco-physiological characteristics of fine shrimp (Metapenaeus elegans) with special emphasis on the osmotic responses and isosmotic medium requirement for adult spawners in various molting stages was conducted. Adult stocks of M. elegans origin from the Segara Anakan lagunas of the South West of Central Java region were collected and used as experimental shrimps. The shrimps were hold in three 500 l-acclimation tanks and treated according to Anggoro and Nakamura’s method. The seawater salinity level in the tank 1, 2, and 3 was 25, 28, and 22 ppt, respectively. Osmotic response of the shrimps was examined during 3 molting stages, i.e. pre-molt/ post-molt, molt, and inter-molt phases by using an automatic microosmometer Roebling. The results showed that osmotic responses were closely related to the salinity of water medium and molting stages. It was also found that the minimum osmotic works of fine shrimp occurred in isosmotic medium, i.e. 16 to 20 ppt for post-molt, 28 to 30 ppt for molt, and 22 to 25 ppt for inter-molt stages. It was concluded that the range of isosmotic media for the adult of fine shrimp was 22 to 28 ppt or equals to 642.06 to 817.31 mOsm/l H2O

    EFFICIENCY AND ENERGETICS OF ARTEMIA (Artemia salina) CYSTS HATCHING IN DIFFERENT OSMOLARITY MEDIA

    Get PDF
    Hatching rate of Artemia salina cysts in the hatching process is variable due to many factors. Osmolarity of the medium is one of the factors determining hatching process of A. salina cysts. The purpose of this study is to assess the hatching process of A. salina cysts in a various osmotic condition on the hatching energetics efficiency and rate. The experimental design used was a 2 x 5 factorial completely randomized design. The first factor is an addition of chlorine (non-decapsulation and decapsulation) and the second factor is osmolarity of medium (640.27; 787.02; 901.76; 1080.51 and 1227.25 mOsm.L-1H2O). The results showed that hatching of A. salina cyst on various osmotic condition has significantly differed the hatching rate. No significant differences in the hatching energetics efficiency were obtained from each experimental groups. Media with osmolarity level of iso-osmotic to hyperosmotic (901.76-1227,25 mOsm.L-1H2O) provides a high hatching rate. Energetics efficiency of artemia cysts hatching is ranged from 640.27 to 1227.25 mOsm.L-1H2O in both hypoosmotic, isosmotic and hyperosmotic media. Keywords: artemia, decapsulation, energetics, hatching, salinity Tingkat penetasan kista Artemia salina dalam proses penetasan bervariasi karena banyak faktor. Osmolaritas medium merupakan salah satu faktor yang menentukan proses penetasan kista A. salina. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai proses penetasan kista A. salina dalam berbagai kondisi osmotik pada efisiensi dan laju penetasan energetika. Desain eksperimen yang digunakan adalah rancangan acak lengkap 2 x 5 faktorial. Faktor pertama adalah penambahan klorin (non-dekapsulasi dan dekapsulasi) dan faktor kedua adalah osmolaritas medium (640,27; 787,02; 901,76; 1080,51 dan 1227,25 mOsm.L-1H2O). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penetasan kista A. salina pada berbagai kondisi osmotik secara signifikan berbeda dengan tingkat penetasan. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam efisiensi energetika penetasan yang diperoleh dari masing-masing kelompok eksperimen. Media dengan tingkat osmolaritas iso-osmotik menjadi hyperosmotic (901,76-1227,25 mOsm.L-1H2O) memberikan tingkat penetasan yang tinggi. Energetika efisiensi penetrasi kista A. salina berkisar antara 640,27 sampai 1227,25 mOsm.L-1H2O pada media hypoosmotic, isosmotic dan hyperosmotic. Kata kunci: artemia, dekapsulasi, energetika, penetasan, salinita

    Environmental Quality Index as the Foundation for Management of Aquaculture Areas in Tambak Lorok, Tanjung Mas Village, North Semarang

    Get PDF
    The Aquaculture Area in Tambak Lorok is one of the areas that is affected by human and industrial activities because utilizing water from the Kali Banger that has been affected by human activities, industry, etc., will reduce the water quality of the pond. The purpose of this study is to examine the water quality and saprobic index to see the level of pollution in the pond area; reviewing community perceptions for pond area management indicators; compile a community and ecosystem management strategy. The results of the study obtained that the aquaculture area in Tambak Lorok is at a level of heavy pollution, this is seen from the quality parameters that do not meet the quality standards and the saprobic index that many encounter with α-Meso-saprobic organisms. Based on the results of the SWOT analysis, the area can still be managed by increasing public awareness with the help of counseling from the government about the importance of maintaining the quality of the aquatic environment. Keywords: Saprobic Index, Water Quality Index, SWOT Analysis

    Pemahaman Konsep Dasar Akuntansi Keuangan 1 Ditinjau Dari Perilaku Kecerdasan Emosional Dan Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2012

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Pengaruh perilaku kecerdasan emosional terhadap pemahaman konsep Dasar Akuntansi Keuangan 1 pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2012; 2) Pengaruh motivasi belajar terhadap pemahaman konsep Dasar Akuntansi Keuangan 1 pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2012; 3) Pengaruh perilaku kecerdasan emosional dan motivasi belajar terhadap pemahaman konsep Dasar Akuntansi Keuangan 1 pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif. Penelitian ini mengambil lokasi di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Populasi dalam penelitian ini secara nyata dapat diidentifikasi dengan jelas karena sifat dan identitas mahasiswa terdeteksi oleh manajemen universitas. Sampel diambil sebanyak 110 mahasiswa dengan teknik Proporsional Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis Two Way ANOVA. Kesimpulan penelitian ini adalah 1) Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman konsep Dasar Akuntansi Keuangan 1 pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2012, hal tersebut dapat diterima. Berdasarkan analisis two way anova diketahui bahwa Fhitung > Ftabel, yaitu 9,398 > 2,060 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,000. 2) Tidak ada pengaruh motivasi belajar terhadap pemahaman konsep Dasar Akuntansi Keuangan 1 pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2012, hal tersebut dapat diterima. Berdasarkan analisis two way anova diketahui bahwa Fhitung 0,05, yaitu 0,191. 3) Tidak ada pengaruh perilaku kecerdasan emosional dan motivasi belajar terhadap pemahaman konsep Dasar Akuntansi Keuangan 1 pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2012, hal tersebut dapat diterima. Berdasarkan analisis two way anova diketahui bahwa Fhitung 0,05, yaitu 0,075

    ANALISIS MULTIDIMENSI STATUS KEBERLANJUTAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI PERAIRAN TELUK EKAS KABUPATEN LOMBOK TIMUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT)

    Get PDF
    Kegiatan budidaya laut di perairan Teluk Ekas telah secara langsung memberikan kontribusi cukup besar terhadap capaian produksi perikanan budidaya secara nasional. Fenomena penurunan kualitas lingkungan perairan baik yang disebabkan oleh faktor internal yaitu aktivitas budidaya laut yang tak terkendali, maupun faktor eksternal yang berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan ruang lainnya dan aktivitas di up-land (daratan) dikhawatirkan justru akan menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan kegiatan usaha budidaya laut maupun ekosistem perairan secara umum. Tujuan penelitian ini adalah menghitung daya dukung kapasitas perairan untuk pengembangan budidaya laut sistem KJA, menganalisis indeks dan status keberlanjutan pengelolaan kawasan pengembangan budidaya laut; dan menentukan prioritas kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan pengembangan budidaya laut secara berkelanjutan. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini pendekatan kuantitatif digunakan dalam menentukan tingkat kesesuaian dan daya dukung kapasitas perairan serta analisis status keberlanjutan. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk menentukan strategi pengelolaan kawasan pengembangan budidaya laut berkelanjutan yang berbasis pada pendapat pakar (expert opinion). Penentuan lokasi penelitian mengacu pada Rencana Zonasi Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi NTB, dimana lokasi penelitian difokuskan di Dusun Ekas, Desa Ekas Buana, Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Analisis kesesuaian lahan perairan dilakukan melalui pendekatan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan perangkat lunak ArcGIS yang selanjutnya digunakan dalam menghitung daya dukung kapasitas perairan untuk pengembangan budidaya laut sistem KJA. Pengukuran status keberlanjutan dilakukan melalui pendekatan dengan metode Multidimensional Scalling dengan teknik ordinasi Rapfish untuk melakukan analisa status keberlanjutan. Penentuan faktor/atribut sensitif multidimensi dilakukan melalui analisis laverage dan pareto. Sedangkan penentuan prioritas kebijakan dan strategi pada masing-masing dimensi dilakukan melalui analisis AHP secara manual berdasarkan pada pendapat pakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum karakteristik perairan Teluk Ekas telah memenuhi persyaratan bioteknis untuk budidaya laut, namun untuk parameter nitrat dan ortofosfat memiliki kadar yang melebihi baku mutu optimum untuk kehidupan biota laut. Total luas area perairan yang sesuai untuk budidaya laut seluas 292,2 ha. Sedangkan luas lahan budidaya optimum yang dapat dikembangkan pada sub zona pengembangan budidaya laut sistem KJA adalah seluas 58,44 ha (20% dari total luas perairan sesuai). Daya dukung lingkungan melalui pendekatan kapasitas perairan diperoleh jumlah unit KJA optimum yang mampu ditampung pada kawasan sub zona pengembangan budidaya laut sistem KJA sebanyak 16.222 unit KJA atau rata-rata 278 unit KJA per ha. Nilai indeks dan status keberlanjutan multidimensi masing-masing untuk dimensi ekologi berada pada kategori kurang berkelanjutan dengan nilai indeks 44,62; dimensi regulasi dan kelembagaan berada pada kategori kurang berkelanjutan dengan nilai indeks 39,38; dimensi ekonomi berada pada kategori kurang berkelanjutan dengan nilai indeks 44,86; dimensi sosial-budaya berada pada kategori cukup berkelanjutan dengan nilai indeks 51,52; dan dimensi teknologi berada pada kategori cukup berkelanjutan dengan nilai indeks 52,98. Hasil analisis penentuan prioritas kebijakan dalam penyusunan strategi pengelolaan kawasan sub zona pengembangan budidaya laut sistem KJA di perairan Teluk Ekas berturut-turut yaitu dimensi ekologi pada prioritas pertama; dimensi regulasi dan kelembagaan pada prioritas kedua; dimensi ekonomi pada prioritas ketiga; dimensi teknologi pada prioritas keempat; dan dimensi sosial-budaya pada prioritas kelima. Sebagai upaya dalam memperbaiki kinerja pengelolaan kawasan budidaya laut secara berkelanjutan, maka diperlukan strategi konkrit melalui perbaikan kinerja terhadap faktor-faktor sensitif pada masing-masing dimensi. Kata Kunci : Status keberlanjutan, budidaya laut, daya dukung kapasitas perairan, multidimensi, teluk eka

    STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN KAWASAN MANGROVE DI KECAMATAN SINGKAWANG BARAT KOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

    Get PDF
    Kawasan mangrove merupakan kawasan yang sangat rentan terhadap kerusakan. Keterlibatan semua stakeholders yaitu pihak Pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan mangrove perlu dilakukan mengingat banyak sekali manfaat yang diberikan oleh kawasan mangrove bagi manusia dan lingkungan pesisir. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kondisi kawasan mangrove, mengkaji persepsi dan peran serta stakeholders terhadap upaya pengelolaan lingkungan kawasan mangrove dan merumuskan strategi pengelolaan lingkungan kawasan mangrove yang berkelanjutan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan pengolahan data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan kawasan mangrove di Kelurahan Kuala, Kecamatan Singkawang Barat memiliki keragaman jenis dan kerapatan yang sangat rendah. Selain itu kawasan ini juga telah memiliki fasilitas jembatan dan pondok bersantai di dalamnya. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan mangrove masih rendah, namun masyarakat bersedia untuk terlibat dalam upaya pengelolaan mangrove. Dukungan pemerintah terhadap kegiatan pengelolaan mangrove tinggi walaupun kegiatan belum dilakukan secara optimal. Berdasarkan hasil perumusan didapatkan delapan strategi pengelolaan lingkungan kawasan mangrove yang dapat dilakukan, yang terdiri dari empat strategi utama yaitu (1) Meningkatkan SDM terkait dengan pengelolaan mangrove; (2) Menetapkan regulasi zonasi kawasan mangrove; (3) Memaksimalkan pengelolaan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dan pemerintah dan (4) Melakukan penanaman dan pengkayaan jenis mangrove. Serta empat strategi pendukung yaitu (1) Menambah papan informasi dan papan peringatan; (2) Mendorong pengembangan wisata mangrove; (3) Memasang alat penjebak sampah serta (4) Menambah fasilitas kebersihan dan menyiapkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Strategi pengelolaan lingkungan kawasan mangrove ini harus segera dapat diwujudkan dengan melakukan skala prioritas sehingga dapat mengurangi tekanan negatif terhadap lingkungan kawasan mangrove, baik yang berasal dari faktor alam maupun manusia. Kata Kunci: Mangrove, Kuala, Strategi Pengelolaan Mangrove area is particularly vulnerable to damage. The role of government and community in environmental management is needed because many benefits provided by the mangrove areas and coastal environment. The purpose of this study were to assess the condition of the mangrove area in the district of West Singkawang in Singkawang City, analyze perception and participation of stakeholders towards environmental management efforts of this mangrove area, and formulate strategies for a sustainable management of mangrove areas. The results showed that mangrove area in Kuala Village, West Singkawang District have a very low diversity and density. Community knowledge on the management of mangroves is still low, however they are willing to get involved in mangrove management efforts. Environmental management on this mangrove area has not conducted yet, therefor there should be strategies to manage this area in a sustainable manner. There are eight recomended environmental management strategies to this mangrove areas, consists of four main strategies: (1) Improving human resources skill in the mangrove management; (2) Establish zoning regulstions of mangrove areas; (3) Maximizing the management by involving the entire community and governments, and (4) Cultivation and enrichment of mangrove species. Another four strategies are supporting strategies: (1) Adding information boards and warning signs; (2) Encouraging the development of mangrove tours; (3) Installing trap waste tool, and (4) Addition to sanitary facilities and sustainable waste management. Environmental management strategies of this mangrove area should immediately realized by implementing the priorities to minimize negative pressures on the environment of this mangrove area arising from both natural and human factors. Keywords : Mangrove, Kuala, Management Strateg

    ANALISIS TAMPILAN BIOLOGIS IKAN LAYANG (Decapterus sp) HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE YANG DIDARATKAN DI PPN PEKALONGAN BIOLOGICAL PERFORMANCE ANALYSIS OF LAYANG (Decapterus spp) FROM THE PURSE SEINE FISHERY AT THE PPN PEKALONGAN LANDING PLACE

    Get PDF
    ABSTRAK Sumberdaya perikanan pelagis kecil di Laut Jawa didominasi oleh ikan layang (Decapterus spp) yang terdiri dari 2 (dua) jenis, yakni Decapterus russelli (Rupell, 1928) dan Decapterus macrosoma (Bleeker, 1851) dan mempunyai peranan penting dan mempunyai nilai ekonomis didalam perikanan purse seine sehingga banyak dicari dan ditangkap oleh armada purse seine sebagai target utama hasil tangkapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang tampilan biologis ikan layang (Decapterus spp) meliputi data morfometri, potensi reproduksi (Tingkat Kematangan Gonad), hubungan panjang berat ikan layang dan menganalisis sifat pertumbuhan serta mengkaji trend hasil tangkapan ikan layang per upaya (CPUE) dengan alat tangkap purse seine di PPN Pekalongan berdasarkan daerah penangkapan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September – Desember 2004. Penelitian dilakukan melalui survai dengan mempergunakan metode observasi. Hasil penelitian didapatkan Nisbah kelamin Decapterus spp (1894 ekor) betina : jantan = 54,0 % : 46,0 %. Tingkat Kematangan Gonad Decapterus spp diperoleh TKG I – IV, jumlah terbesar (868 ekor) 45,83 % pada TKG III ditemukan pada panjang tengah rata-rata 14,5 - 15,5 cm dengan Lm (D macrosoma) 14,3 – 14,9 cm dan Lm (D russelli 14,9 – 15,7 cm. Berdasar hasil analisis Regresi hubungan Panjang – Berat Decapterus spp diperoleh nilai eksponen b =3 maka sifat Pertumbuhan ikan layang adalah Isometrik. Nilai Faktor Kondisi relatif (Kn) mulai dari September – Desember 2004 sekitar 1,34 – 2,95. Estimasi nilai parameter pertumbuhan berdasarkan panjang cagak rata-rata yang diaplikasikan dengan Model Von Bertanlanffy dan metode ELEFAN I untuk D russeli L∞ = 24,73 ; K = 0,82 dan L∞ =23,63 ; K = 1,70 untuk D macrosoma (Perairan Barat ) dan L∞ = 25,73;K= 0,63 untuk D russelli L∞ = 24,68 K=0,53 untuk D macrosoma. (Perairan Timur L.Jawa) . Perkembangan CPUE perairan Barat dan Timur Laut Jawa selama tahun 1997 – 2004 cenderung mengalami penurunan yakni di perairan Barat dari 33,55 ton/trip pada tahun 1997 menjadi 27, 62 ton/trip tahun 2004 sedang Perairan Timur L Jawa yakni dari 16,27 ton/trip pada tahun 1997 menjadi 10,76 ton/trip tahun 2004. Tingkat pengusahaan ikan Layang di Laut Jawa sudah mengalami overfishing. Berdasarkan daerah penangkapan, estimasi penghitungan MSY sumberdaya Decapterus spp dengan metode Surplus Produksi model Schaeffer diperoleh dari Perairan Barat Laut Jawa 10.860 ton/tahun dengan tingkat upaya – 480 trip/tahun sedang Perairan Timur 26.500 ton/tahun dengan tingkat upaya – 2.483 trip/tahun . Kata-kata Kunci : Analisis Tampilan, Biologi Ikan Layang, Purse seine, PPN Pekalonga

    PERTUMBUHAN DAN KEBIASAAN MAKANAN GELONDONGAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) SELAMA PROSES KULTIVASI DI TAMBAK BANDENG DESA WONOREJO KABUPATEN KENDAL

    Get PDF
    Ikan bandeng merupakan salah satu komoditas stategis di Indonesia karena teknologi pembenihan dan pembesarannya berkembang di masyarakat. Kendal menjadi salah satu sentra budidaya bandeng di Jawa Tengah. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai pertumbuhan dan kebiasaan makanan gelondongan bandeng di tambak bandeng Desa Wonorejo Kabupaten Kendal. Penelitian ini dilakukan selama periode penggelondongan yaitu bulan Juli sampai Agustus 2016. Pengambilan sampel dilakukan pada umur kultivasi 20 hari, 40 hari dan 60 hari. Sampel yang digunakan sebanyak 100 ikan pada setiap waktu pengambilan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan gelondongan bandeng pada umur kultivasi 20 hari dan 40 hari adalah allometrik negatif sedangkan pada umur kultivasi 60 hari bersifat isometrik. Faktor kondisi gelondongan bandeng umur 20 hari adalah 0,38-1,55, umur 40 hari adalah 0,41- 1,28, dan umur 60 hari adalah 0,64-1,03. Gelondongan bandeng pada umur kultivasi 20 hari dan 40 hari bersifat planktivora dan seiring meningkatnya pertumbuhan bersifat omnivora

    POLA PERTUMBUHAN, RESPON OSMOTIK DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD KERANG Polymesoda erosa DI PERAIRAN TELUK YOUTEFA JAYAPURA PAPUA

    Get PDF
    Kerang Polymesoda erosa (nama lokal kerang kodok) termasuk kelas bivalve yang banyak ditemukan di perairan Teluk Youtefa Jayapura. Kerang ini hidup di daerah lumpur, lumpur berpasir dan serasah mangrove yang telah terdekomposisi menjadi lumpur. Habitat hidup kerang Polymesoda erosa terganggu akibat aktivitas antropogenik oleh masyarakat setempat seperti penebangan hutan mangrove, bahan pencemar, sedimentasi dan penangkapan kerang yang tidak terkontrol. Tujuan penelitain ini adalah mengetahui pola pertumbuhan, respon osmotik dan tingkat kematangan gonad melalui studi histologi. Seratus tiga puluh tiga (133) sampel kerang P.erosa dikumpulkan dari tiga stasiun berbeda selama bulan juni 2016. Hubungan morfometri panjang berat dianalisis menggunakan analisis regresi linearitas sederhana dan korelasi. Hasil penelitian menunjukan jumlah kelas frekuensi panjang tertinggi kerang P.erosa adalah 50,56–56,56 mm dengan kisaran ukuran 29,56-85,65 mm. Pola pertumbuhan kerang P.erosa adalah alometri positif terhadap 50 individu kerang jantan, 55 individu kerang betina dan 28 individu kerang unidentified (UND). Respon osmotik kerang P.erosa terdiri dari dua pola yaitu hipoosmotik dan hiperosmotik. Hasil studi histologi tingkat kematangan gonad kerang P.erosa ditemukan tiga tingkatan yaitu TKG I, TKG II, TKG III dan gonad yang tidak dapat dibedakan jantan atau betina (unidentified)
    • …
    corecore